Sekedar
menyindir RUU Anti Pornografi/pornoaksi, dengan lugas
penyanyi Anggun pernah berkata bahwa sudah bukan waktunya menilai perempuan dari
pakaiannya. Yang salah itu pikiran pria, bukan pada penampilan seksi perempuan.
Pada saat itu
saya setuju dengan Anggun. Perempuan punya hak untuk tampil seksi, karena
mereka melakukannya untuk diri mereka sendiri, bukan untuk menggoda para pria. Tetapi
kemudian pemikiran saya berubah ketika saya mengalami kejadian beberapa waktu
kemudian.
Hari itu hari
Sabtu, dan seperti biasa saya libur kerja. Sekedar untuk refreshing, saya menyetujui ajakan
beberapa teman waktu kuliah untuk bertemu di Cilandak
Town Square untuk sekedar ngobrol ngalor ngidul. Maklum, kesibukan kami
dengan pekerjaan masing-masing membuat kami sudah lama tidak bertemu atau hanya
sekedar ngobrol. Nongkrong di sebuah resto yang cozy, iringan musik Top 40,
waitress yang bening-bening, tak ada yang lebih hangat dari obrolan santai bersama sahabat-sahabat
sambil menikmati secangkir kopi dan beberapa potong cake
aneka rasa.
Yang menjadi
inti dari tulisan saya ini bukan pertemuan saya dengan sahabat saya, tetapi
perjalanan saya dari rumah menuju Cilandak
Town Square.
Dengan gaya
andalan masculine regime saya : Casual Smart, saya naik angkot jurusan
Ciputat - Pondok
Labu. Pada saat naik, saya adalah satu-satunya penumpang pertama. Setelah angkot melaju
sekitar beberapa puluh meter, dua perempuan muda naik. Keduanya cantik dan
berpenampilan modis. Saya sudah banyak bertemu perempuan cantik, jadi jangan
berharap saya akan langsung berubah menjadi buaya gara-gara melihat mereka.
Yang menarik
perhatian saya adalah busana yang mereka kenakan. Bagian atas mereka memakai T
Shirt sedikit gombrong. Tetapi yang cukup menggoda iman saya adalah bagian bawah busana yang mereka kenakan. Keduanya memakai celana pendek ketat yang panjangnya
hampir menyentuh pangkal paha, sangat kontras dengan atasan kaos yang berukuran
over size. Saya yakin kalo mereka berdiri, pasti bagian bawah kaos akan
menutupi seluruh celana pendek, sehingga mereka terlihat seperti tidak memakai
celana. Jadi ketika mereka duduk diangkot yang notabene
bangkunya
pendek, alhasil bagian yang tidak seharusnya kelihatan menjadi kelihatan.
Pameran deretan paha mulus layaknya paha sapi sudah membuat saya panas dingin.
Don’t get me wrong. Kalau
saya melihat penampilan seperti ini di mall atau di atas panggung dangdut, mungkin saya akan biasa-biasa saja. Sama hal saya yang merasa biasa –biasa saja melihat perempuan pakai bikini atau setengah telanjang di pantai dan di kolam renang.
Dalam perjalanan
dari Ciputat sampai Pasar Jumat, mereka berdua menjadi tontonan rombongan penumpang
angkot yang saya tumpangi. Mereka turun di Pasar Jumat. Proses mereka turun
dari angkot tidak kalah heboh karena di-iringi suitan-suitan nakal dan jahil dari para
pria yang kebetulan berceceran di trotoar depan Kantor Polisi. Jelas pria-pria yang nongkrong disini adalah type pria-pria selonong boy
seperti kondektur, pedagang asongan, preman, polisi cepek,, pencopet, buruh
bangunan dan lain-lain.
Meskipun berusaha untuk terlihat cuek, saya bisa melihat bahwa mereka mulai
tidak nyaman. Mereka sebenarnya tidak terlalu menikmati menjadi pusat
perhatian. Mungkin mereka senang-senang saja kalau misalnya hanya sekedar
dilihatin. Tetapi kalau sudah mulai diserang dengan suitan nakal dan teriakan
yang cenderung mesum, mereka sudah tidak menyukainya lagi.
Setelah mereka
turun, saya kemudian berpikir kalau ternyata kesalahan itu tidak melulu
bersumber dari pikiran pria, tetapi juga cerdas tidaknya seorang perempuan
menempatkan dirinya. It’s OK perempuan berpenampilan seksi, tetapi harus lihat tempatnya
dulu dong. Wajar saja kalau perempuan berbikini atau a half naked di pantai atau di kolam renang atau di Gym. Tetapi kalau mereka melakukannya di mall atau di terminal, namanya cari penyakit. Jangan salahkan kalau banyak pandangan melecehkan yang diarahkan kepada
mereka.
Sama dengan
kedua mahluk seksi yang baru saja saya jumpai. Mereka memang hot banget saat memakai busana seperti itu. Tetapi memakainya sambil
keluyuran naik angkot dan melewati kawasan ‘suram’? Please
deh! Seperti peribahasa dalam bahasa Inggris : it takes two to Tango.
0 komentar:
Posting Komentar