25/02/14

It Takes Two To TANGO



Sekedar menyindir RUU Anti Pornografi/pornoaksi, dengan lugas penyanyi Anggun pernah berkata bahwa sudah bukan waktunya menilai perempuan dari pakaiannya. Yang salah itu pikiran pria, bukan pada penampilan seksi perempuan.

Pada saat itu saya setuju dengan Anggun. Perempuan punya hak untuk tampil seksi, karena mereka melakukannya untuk diri mereka sendiri, bukan untuk menggoda para pria. Tetapi kemudian pemikiran saya berubah ketika saya mengalami kejadian beberapa waktu kemudian.

Hari itu hari Sabtu, dan seperti biasa saya libur kerja. Sekedar untuk refreshing, saya menyetujui ajakan beberapa teman waktu kuliah untuk bertemu di Cilandak Town Square untuk sekedar ngobrol ngalor ngidul. Maklum, kesibukan kami dengan pekerjaan masing-masing membuat kami sudah lama tidak bertemu atau hanya sekedar ngobrol. Nongkrong di sebuah resto yang cozy, iringan musik Top 40, waitress yang bening-bening, tak ada yang lebih hangat dari obrolan santai bersama sahabat-sahabat sambil menikmati secangkir kopi dan beberapa potong cake aneka rasa.

Yang menjadi inti dari tulisan saya ini bukan pertemuan saya dengan sahabat saya, tetapi perjalanan saya dari rumah menuju Cilandak Town Square.

Dengan gaya andalan masculine regime saya : Casual Smart, saya naik angkot jurusan Ciputat - Pondok Labu. Pada saat naik, saya adalah satu-satunya penumpang pertama. Setelah angkot melaju sekitar beberapa puluh meter, dua perempuan muda naik. Keduanya cantik dan berpenampilan modis. Saya sudah banyak bertemu perempuan cantik, jadi jangan berharap saya akan langsung berubah menjadi buaya gara-gara melihat mereka.

Yang menarik perhatian saya adalah busana yang mereka kenakan. Bagian atas mereka memakai T Shirt sedikit gombrong. Tetapi yang cukup menggoda iman saya adalah bagian bawah busana yang mereka kenakan. Keduanya memakai celana pendek ketat yang panjangnya hampir menyentuh pangkal paha, sangat kontras dengan atasan kaos yang berukuran over size. Saya yakin kalo mereka berdiri, pasti bagian bawah kaos akan menutupi seluruh celana pendek, sehingga mereka terlihat seperti tidak memakai celana. Jadi ketika mereka duduk diangkot yang notabene bangkunya pendek, alhasil bagian yang tidak seharusnya kelihatan menjadi kelihatan. Pameran deretan paha mulus layaknya paha sapi sudah membuat saya panas dingin.

Don’t get me wrong. Kalau saya melihat penampilan seperti ini di mall atau di atas panggung dangdut, mungkin saya akan biasa-biasa saja. Sama hal saya yang merasa biasa –biasa saja melihat perempuan pakai bikini atau setengah telanjang di pantai dan di kolam renang.

Dalam perjalanan dari Ciputat sampai Pasar Jumat, mereka berdua menjadi tontonan rombongan penumpang angkot yang saya tumpangi. Mereka turun di Pasar Jumat. Proses mereka turun dari angkot tidak kalah heboh karena di-iringi suitan-suitan nakal dan jahil dari para pria yang kebetulan berceceran di trotoar depan Kantor Polisi. Jelas pria-pria yang nongkrong disini adalah type pria-pria selonong boy seperti kondektur, pedagang asongan, preman, polisi cepek,, pencopet, buruh bangunan dan lain-lain.

Meskipun berusaha untuk terlihat cuek, saya bisa melihat bahwa mereka mulai tidak nyaman. Mereka sebenarnya tidak terlalu menikmati menjadi pusat perhatian. Mungkin mereka senang-senang saja kalau misalnya hanya sekedar dilihatin. Tetapi kalau sudah mulai diserang dengan suitan nakal dan teriakan yang cenderung mesum, mereka sudah tidak menyukainya lagi.

Setelah mereka turun, saya kemudian berpikir kalau ternyata kesalahan itu tidak melulu bersumber dari pikiran pria, tetapi juga cerdas tidaknya seorang perempuan menempatkan dirinya. It’s OK perempuan berpenampilan seksi, tetapi harus lihat tempatnya dulu dong. Wajar saja kalau perempuan berbikini atau a half naked di pantai atau di kolam renang atau di Gym. Tetapi kalau mereka melakukannya di mall atau di terminal, namanya cari penyakit. Jangan salahkan kalau banyak pandangan melecehkan yang diarahkan kepada mereka.

Sama dengan kedua mahluk seksi yang baru saja saya jumpai. Mereka memang hot banget saat memakai busana seperti itu. Tetapi memakainya sambil keluyuran naik angkot dan melewati kawasan ‘suram’? Please deh! Seperti peribahasa dalam bahasa Inggris : it takes two to Tango.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar