“Hai cowok!!!”. Saya
dikejutkan oleh sapaan tiga orang perempuan estewe
dengan dandanan seperti akan pergi kondangan. Harum lotion, hair spray dan parfum yang
semerbak menyatu di udara dan menyeruak menyerbu sistem pernafasan saya.
Begitu saya
menghampiri meja mereka. Mereka langsung cerewet.
“Yang cepat ya,
Mas” seru tante yang berambut merah a la
Megaloman. Lho, apanya yang cepat? Pesan aja belum.
“Soalnya kita
macan yang kelaparan,” timpal tante yang berambut keriting massai. Emang mirip macan sih.
“Tau nggak,
Mas, apa arti macan”. Hadeuhhhh,
bukannya pesan makanan malah ngajak main tebak-tebakan.
“Yang di kebun
binatang bukan?” tebak saya asal.
“Idihhhhh, sembarangan. Masa cantik-cantik begini dibilang dari kebun
binatang?”
“Macan itu
maksudnya mama-mama cantik, mas”, kilahnya lagi. Oh, OK deh!
“Jus apa yang
ada, Mas?”
“Kami cantik
nggak, Mas?”
“Di antara kami
bertiga siapa yang paling cantik, Mas?”
“Mas ada korek
api nggak?”. Busyet, nanyanya sampai borongan gitu. Saya jawab yang mana dulu
nih? Jadi serasa di arisan brondong dimana saya jadi brondong rebutan.
Dari hasil
nguping, ternyata mereka ini baru pulang arisan. Seperti biasa ibu-ibu, suka
ada geng-geng’an. Berhubung mereka
duduk dekat meja kasir, jadi saya bisa mendengar mereka ngomongin ibu-ibu lain
yang tadi menjadi teman arisan mereka. Semua dikomentarin, mulai dari sepatu
yang katanya ketinggalan zaman, katanya ada yang mirip Sophia Latjuba kesambar gledek-lah. Ternyata begitu ya ibu-ibu.
Mudah-mudahan sih tidak semuanya begitu. Apa sih!
Saat saya
mengantar pesanan mereka berupa jus, mereka buru-buru menyeruput jus pesanan
mereka sebelum saya sempat melarikan diri, mungkin maksudnya supaya sempat
protes kalau kurang ini dan itu.
“Eh, kok jusnya
nggak dingin?”, protes Tante Megaloman, perempuan berambut api.
“Tadi ibu nggak
bilang dingin, jadi saya nggak kasih es”
“Ya udah,
tolong kasih es ya. Saya nggak suka kalau nggak dingin. Dingin-dingin kan lebih enak. Hihihihihi...”
“Eh, kok jusnya
manis banget. Dikasih gula ya?” Kali ini Tante Keriting Massai yang protes.
“Tadi ibu nggak
pesan supaya jangan dikasih gula,” jawab saya.
“Ya udah,
tolong tambahin air ya. Saya nggak suka kalau terlalu manis, soalnya saya sudah manis. Mas juga udah manis”. Hadeuhhh, saya dibilang manis. Rasanya pengen langsung rebah ke lantai.
Saya menoleh ke
ibu yang satu lagi, saya menamainya Tante Kacamata Betty La Fea. Sepertinya dia juga akan protes.
“Eh, kok
jusnya......,” kalimatnya tertahan. Saya menahan nafas, siap mendengar
keluhannya. Sekalian deh dikeroyok tiga orang, biar saya mampus sekalian.
“Kenapa jusnya,
bu?”, saya tidak sabar menunggu kalimat selanjutnya.
“Enak”, jawabnya cuek. Ya ellahhh....
0 komentar:
Posting Komentar