20/03/14

Tante-Tante KECE



“Hai cowok!!!”. Saya dikejutkan oleh sapaan tiga orang perempuan estewe dengan dandanan seperti akan pergi kondangan. Harum lotion, hair spray dan parfum yang semerbak menyatu di udara dan menyeruak menyerbu sistem pernafasan saya.

Begitu saya menghampiri meja mereka. Mereka langsung cerewet.

“Yang cepat ya, Mas” seru tante yang berambut merah a la Megaloman. Lho, apanya yang cepat? Pesan aja belum.

“Soalnya kita macan yang kelaparan,” timpal tante yang berambut keriting massai. Emang mirip macan sih.

“Tau nggak, Mas, apa arti macan”. Hadeuhhhh, bukannya pesan makanan malah ngajak main tebak-tebakan.
“Yang di kebun binatang bukan?” tebak saya asal.
“Idihhhhh, sembarangan. Masa cantik-cantik begini dibilang dari kebun binatang?”
“Macan itu maksudnya mama-mama cantik, mas”, kilahnya lagi. Oh, OK deh!

“Jus apa yang ada, Mas?”
“Kami cantik nggak, Mas?”
“Di antara kami bertiga siapa yang paling cantik, Mas?”
“Mas ada korek api nggak?”. Busyet, nanyanya sampai borongan gitu. Saya jawab yang mana dulu nih? Jadi serasa di arisan brondong dimana saya jadi brondong rebutan.

Dari hasil nguping, ternyata mereka ini baru pulang arisan. Seperti biasa ibu-ibu, suka ada geng-geng’an. Berhubung mereka duduk dekat meja kasir, jadi saya bisa mendengar mereka ngomongin ibu-ibu lain yang tadi menjadi teman arisan mereka. Semua dikomentarin, mulai dari sepatu yang katanya ketinggalan zaman, katanya ada yang mirip Sophia Latjuba kesambar gledek-lah. Ternyata begitu ya ibu-ibu. Mudah-mudahan sih tidak semuanya begitu. Apa sih!

Saat saya mengantar pesanan mereka berupa jus, mereka buru-buru menyeruput jus pesanan mereka sebelum saya sempat melarikan diri, mungkin maksudnya supaya sempat protes kalau kurang ini dan itu.

“Eh, kok jusnya nggak dingin?”, protes Tante Megaloman, perempuan berambut api.
“Tadi ibu nggak bilang dingin, jadi saya nggak kasih es”
“Ya udah, tolong kasih es ya. Saya nggak suka kalau nggak dingin. Dingin-dingin kan lebih enak. Hihihihihi...”

“Eh, kok jusnya manis banget. Dikasih gula ya?” Kali ini Tante Keriting Massai yang protes.
“Tadi ibu nggak pesan supaya jangan dikasih gula,” jawab saya.
“Ya udah, tolong tambahin air ya. Saya nggak suka kalau terlalu manis, soalnya saya sudah manis. Mas juga udah manis”. Hadeuhhh, saya dibilang manis. Rasanya pengen langsung rebah ke lantai.

Saya menoleh ke ibu yang satu lagi, saya menamainya Tante Kacamata Betty La Fea. Sepertinya dia juga akan protes.
“Eh, kok jusnya......,” kalimatnya tertahan. Saya menahan nafas, siap mendengar keluhannya. Sekalian deh dikeroyok tiga orang, biar saya mampus sekalian.
“Kenapa jusnya, bu?”, saya tidak sabar menunggu kalimat selanjutnya.
“Enak”, jawabnya cuek. Ya ellahhh....
Share:

0 komentar:

Posting Komentar