10/12/17

ANGGUN, Album '8' & Her Body Doesn't Need

Akhirnya Anggun merilis albumnya yang ke-8 tanggal 8 Desember 2017.

“Mudah-mudahan suka dengan album baru saya. Kalau nggak suka, diam aja. Gak boleh protes”, canda Anggun saat diminta komentarnya mengenai album barunya.

Sekali lagi, ini adalah album ke-8 Anggun yang memuat 10 lagu. Jelas ya, jadi tolong jangan lagi ada pertanyaan “Kenapa albumnya berjudul 8?”.
Tolong ya rekan-rekan wartawan, jangan kayak orang susah. Pertanyaanya kalau bisa yang berbobot sedikit. Misalnya, “Kenapa di cover albumnya ada angka 8?”. Eh, sama saja ya?

Yuk ah, kita kupas sekelebat materi albumnya.

                            
THE GOOD IS BACK –  “And when I look in the mirror. I see that I’m finally better. Because you don’t have me”.

Musik intro yang sangat grande selayaknya musik presentasi untuk film klasik action seperti James Bond atau Bruce Lee sudah pasti akan langsung menarik perhatian untuk mendengarkan keseluruhan lagu sampai akhir. Lagu yang saya tebak bercerita tentang perpisahan. No, jangan bayangkan lagu tema perpisahan a la tahun 90-an seperti Terlalu Pagi (Poppy Mercuri) atau bahkan lagu Anggun sendiri (saat masih C. Sasmi): “setelah engkau pergi, sepi hatiku”.
Nggak tau lagu yang saya sebut di atas? Maaf ya, anda yang rugi!

Liriknya cukup menggelitik: You keep the car, I keep the cat. Yes, sepertinya berbicara tentang pembagian harta gono-gini.

Musik ballad dengan iringan musik yang ‘mewah’, mungkin akan gampang disukai penyuka lagu-lagu diva a la KD atau Rossa kalau di Indonesia.

Saya sendiri bisa mengatakan bahwa lagu ini potensial menjadi hit untuk pasar Indonesia dan juga negara-negara lain di Asia. Apalagi saya dengar untuk lagu ini Anggun akan duet dengan penyanyi yang berbeda untuk negara yang berbeda.

Ngomong-ngomong soal lirik yang menggelitik, ternyata perpisahan tidak melulu menyakitkan. Di lagu ini Anggun seolah berkata, “Pisah? Fine! Wong kamu yang rugi”.

Saya justru geregetan dengan cerita tentang pembagian harta gono-gininya. Dia dapat apartemen, Anggun dapat kucing. Kalau saya sih ogah, saya mau mobilnya saja. Jadi saran saya ke Anggun: "Mari bung rebut kembali!"



WHAT WE REMEMBER“Can you see it on my face. The struggle & the grace, something I can not hide”

Ini lagu pertama yang diperkenalkan Anggun sebagai best cut album 8, rilis beberapa minggu sebelum albumnya sendiri beredar resmi. Irama lagunya membawa saya ke suasana liburan di Hawaii atau Spanyol, joged-joged di tengah terik matahari di bawah naungan pohon kelapa.


Ada pesan menarik yang disampaikan Anggun lewat lagu ini. Semua orang pada akhirnya akan mati, namu ada sesuatu yang akan terus ada meskipun kita telah mati, yaitu kenangan mengenai kita. Nah misi kita sekarang adalah bagaimana agar kelak orang mengenang sesuatu yang baik & berharga tentang kita. Serius banget ya?



OCEAN – “Hit them with laughter, kill them with smile”.

Anggun benar-benar unjuk gigi sekaligus bikin kejutan. Kejutan yang sungguh membuat saya pribadi shock. Shock dalam konteks positif tentu saja. I didn't see it coming.  Siapa yang pernah membayangkan kalau Anggun yang dulunya rocker, lalu merambah Pop-World Music, Elektro Pop, Hip-Hop, tiba-tiba saja tanpa ditandai dengan salju yang turun di Sahara, Anggun bernyanyi dengan gaya rap. Bukan bukan nge-rap jingkrak-jingkrak seperti Missy Elliot, apalagi Eminem. Tetapi rap yang lembut seperti Janet Jackson di lagu That’s The Way Love Goes.

Liriknya seperti curhat mengenai orang-orang yang lebih memilih memandang segala sesuatu yang dari perspektif negatif. Yang merasa mengenal luar dalam seseorang sehingga merasa layak untuk menghakimi.
Merasa mampu menyakiti orang lain, padahal hanya akan merugikan diri sendiri. Akan selalu ada orang-orang dengan sifat seperti itu di sekeliling kita ataupun di tempat yang kelak kita datangi. Daripada dibalas dengan hal yang serupa, mendingan senyumin saja. Begitulah kira-kira.

Saya sebagai penggemar musik rap waktu remaja dibuat kaget oleh Anggun. Sama sekali tidak terdengar seperti penyanyi yang coba-coba bernyanyi rap. Rap-nya Anggun juga bukan sebatas repetisi rima dan melodi, tetapi benar-benar lengkap dengan dinamika rap yang tiba-tiba ada harmony vocal lalu kembali ngoceh suka-suka tanpa kehilangan ritme dari ketukan musik dasar.

Andai saya latah, maka saat mendengar lagu ini saya pasti langsung “Eh kontrol, eh kontrol!!!”




INHUMAN“Tell me we’ll conquer love again. Cause hate only makes us inhuman”

Saya butuh beberapa kali dengar untuk bisa menikmati lagu ini. Awal-awal mengalun, saya seperti mendengar melodi yang mengambang, mungkin istilah musiknya nadanya naik atau turun setengah nada. Atau apalah itu.

Ini termasuk lagu yang dulu sempat dibikin hint oleh Anggun. Menampilkan lembar kertas berisi lirik lagunya, namun hanya judulnya yang terlihat jelas, sementara liriknya di-blur.

Lagunya berkisah tentang harapan kegelisahan Anggun melihat segala sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini. Bahwa semua hal buruk yang terjadi akibat ulah manusia adalah karena manusia tidak lagi memprioritaskan kasih dan cinta dalam melakukan segala hal. Apalah artinya menjadi manusia jika tidak lagi memiliki kasih dan cinta terhadap sesame mahluk hidup dan bumi?

Ada permainan tempo pada lagu ini. Awalnya kalem dengan tempo sedang, lalu begitu masuk ke chorus langsung balapan sama becak.



FORGET HER“And I’ll make you forget her. Nothing more to remember”

Pertama dengar musik intro-nya, telinga saya langsung tegak. Saya langsung terbayang Boy George, Imagine Dragon atau  penyanyi zaman now: The Weeknd.

Kesan dark yang elegan langsung terasa. Saya suka komposisi musik dan gaya bernyanyi Anggun di sini, sedikit nge-rock. Kadang terdengar lembut, lalu garang, lembut lagi, garang lagi. Begitu aja terus sampai Anggun jadi duta shampo lain. 

Apalagi pas masuk ke bagian coda: “believe in me…”, suara Anggun terdengar seperti merintih. Magis, tetapi sukses bikin saya merinding kotak-kotak dan selama tiga hari tidak berani menatap pohon kalau sudah malam hari. Tolong ya, Mbak Anggun. Tolong!

Liriknya, aduh bagaimana ya. Saya menangkap kesan seolah-olah ini lagu para pelakor. Tau pelakor? Perebut laki orang. Ngapain sih menginginkan pria yang sudah menjadi milik perempuan lain, kayak tidak ada pria lain saja untuk dikekep. Tunggu saja dulu sampai putus atau cerai, baru sambar.


Tetapi saya berpikiran positif aja. Mungkin ini lagu tentang save & rescue. Jadi ceritanya tentang seorang puteri yang ingin menyelamatkan pangeran yang sedang diguna-guna penyihir jahat agar mau menjadi pasangannya. Kalau itu sih Hallo-hallo Bandung saja: “Mari bung rebut kembali”.



ALIVE –  “Maybe the mornings should question how I feel. And maybe the evenings could tolerate my fear”.

Lagu ini termasuk lagu yang membuat saya langsung suka saat pertama mendengar. Beat-nya mengingatkan saya pada lagu Perfect World di album Toujours Un Ailleurs yang bernuansa Timur Tengah.

Semangatnya sama, tetapi beda vibe. Bedanya, pada lagu ini nuansa Timur Tengah-nya hanya sebatas ritme saja, tanpa sama sekali meningkahinya dengan musik tiup teroret-teroret seperti di Perfect World
Apalagi saat masuk ke bagian chorus. Perut, mana perut?. Mau bergoyang tari perut, maksudnya.



NO PROMISES – “If you love me then don’t tell me. I don’t need a ring on my finger”

Sebaris lirik di atas jelas akan membuat perempuan pada umumnya akan langsung “Maksud loe?”.

Mungkin Anggun melihat cinta dari perspektif yang berbeda, bahwa cinta itu tak butuh diungkapkan dengan kata-kata atau dinyatakan lewat sesuatu yang sifatnya materi atau ikrar sehidup semati.

Jika kamu cinta, ya udah, tidak usah gombal-gembel. Karena ketika kamu jatuh cinta benaran, maka itu akan terlihat dari caramu berbicara dan memperlakukan orang yang kamu cinta. Natural saja, dan dunia bisa melihat dan merasakan ada cinta di antara kita. Tsahhhhhhhh…..

Namun jangan lupa, bahwa cinta tak selalu abadi. Ada hal-hal yang bisa membuat kita kehilangan cinta pada satu orang, lalu kembali menemukan cinta pada orang yang berbeda.
Begitulah mungkin kira-kira maksudnya. Mudah-mudahan betul begitu ya, Mbak Anggun. 

Oh iya, saat mendengar lagu ini, saya langsung teringat sama penyanyi P!nk. Kalau misalnya Anggun tidak mau menyanyikan lagu ini, mungkin P!nk mau. Sayangnya, Anggun mau. Jadi, maaf ya, P!nk. Kamu jadi rugi. 



THANK YOU – “Doubts are allowed but never stop to believe”

Memilih lagu ini menjadi lagu penutup yang manis dari album ini adalah pilihan yang pas. Dengan gaya akustik Anggun menceritakan bahwa hidup tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan. Namun pada akhirnya akan ada selalu untuk disyukuri. Dan selama rentang perjalanan tersebut Anggun menyadari bahwa kita tidak sendiri, ada wajah-wajah yang datang dan pergi, juga wajah yang masih bersamanya kita sampai hari ini.

Lagu ini dipersembahkan untuk  mereka yang sudah punya andil membantu dan menbentuk Anggun menjadi seperti sekarang. Bisa saja itu keluarga, teman, penggemar dan Tuhan.
Mungkin kucing bernama Junot juga termasuk menjadi salah satu pihak kepada siapa lagu ini didedikasikan.

Mau dong jadi Junot. Eh, siapa juga yang mau jadi kucing. OK, nggak jadi deh jadi Junot!



RIGHTEOUS – “Everybody wants the truth. But no one wants to be honest. And we’re all standing between the evil and righteous

Beat yang bisa diganti dengan suara tepuk dada, tepuk paha dan tepuk tangan (yang jelas bukan tampar pipi) mengingatkan saya pada We Will Rock You milik Queen. Saya saja langsung spontan ikut menepuk dada, paha dan tangan saat pertama kali mendengar lagunya. Kuku saya sampai patah, jari saya sampai lecet. Well…no pain, no gain. Apa sih?!

Saya senang banget Anggun punya lagu seperti ini. Setidaknya nanti saat dibawakan dalam konser, penonton (termasuk saya) bisa distimulasi agar punya kerjaan: tepuk dada, tepuk paha atau tepuk tangan (tanpa tepuk pipi), supaya jangan cuma bengong dan selfie saja.

Liriknya saya suka. Anggun mencurahkan segala pengalaman dan kegelisahannya terhadap hal-hal tidak menyenangkan yang terjadi akhir-akhir ini melalui kritik sosial secara umum.

Mulai dari pengalaman mencintai orang yang ‘salah’ di masa lalu, orang-orang munafik, sekelompok manusia yang merasa dirinya Tuhan, preaching without practicing gitu deh.
Bahwa hidup tidak hanya sebatas benar atau salah, tetapi lebih dari itu, ada situasi dan tempat  di mana bukan penghakiman siapa benar siapa salah yang penting, melainkan bagaimana bersikap bijaksana atau memilih diam untuk menghindari seteru antar individu dan kelompok.

Mendengarkan lagu ini, membuat saya ingin berlari ke tengah kerumunan orang-orang (termasuk kerumunan orang-orang baik dan orang-orang jahat), lalu menyanyikan lagu ini sambil menunjuk hidung mereka satu persatu.
Lha, ini mau menyanyi atau mengajak berkelahi?



MEDICINE & MEDITATION – “Theories and explanations my body doesn’t need”.

Kalau saya harus memilih satu saja lagu favorit saya di album ini, maka saya akan memilih lagu ini.
Dari awal sampai akhir saya sangat menikmati lagu ini. Fresh dan bikin semangat. Cangkul, mana cangkul?

Judul lagunya memang mirip nama apotik yang menjual puyer dan jasa meditasi. Tetapi sebenarnya pesannya keren banget: Untuk menemukan diri kita yang sejati, tidak perlu obat atau meditasi, apalagi teori-teori apalah itu. Tetapi coba kenali diri kita sendiri. Apa yang menjadi kelemahan dan kekuatan kita sehingga kita punya alasan yang kuat untuk bisa lebih mencintai diri kita sendiri dan orang lain.

Namun yang mejadi punching part-nya adalah sound musik vintage saat break antar verse.
Bunyi dan melodi yang mengingatkan saya pada theme song film Unyil atau musik khas penyanyi cilik zaman dulu seperti Bobby Alatas, Chicha Koeswoyo atau Adi Bing Slamet. Nggak tau nama-nama yang saya sebutkan di atas? Ya maaf, anda yang rugi! Anggap saja saya menolak dituduh tua.

Kalau misalnya ditirukan dengan mulut, maka bunyinya totetot-totot-totot-tetot, bikin saya pengen goyang maju mundur, naik turun, kiri kanan. Siapapun yang punya ide memasukkan unsur musik kocak nan unik ini ke lagu ini, pengen saya cium. Beneran! Voulez vous coucher avec moi ce soir?



Album 8 menjadi album bahasa Inggris pertama Anggun yang materinya benar-benar berbeda dengan album bahasa Prancis. Jika sebelumnya setiap merilis album, Anggun akan membuat versi Inggris dan Prancis di mana kedua album tersebut memiliki melodi yang sama namun dengan bahasa yang berbeda. 

Untuk pertama kalinya juga Anggun tidak lagi menyelipkan lagu berbahasa Indonesia khusus untuk publik Indonesia. Ya memang sudah saatnya Anggun melepas bayang-bayang status penyanyi Indonesia yang sudah go internasional. Anggun sudah sangat jauh melampaui itu.

Yang saya perhatikan, Anggun tampil lebih sederhana di album ini. Tak ada improvisasi-improvisasi yang biasanya menjadi ciri khas Anggun sebelum mengakhiri sebuah lagu, juga tak ada repetisi chorus yang bolak-balik sampai ketiduran.

Rata-rata chorus hanya dinyanyikan dua sampai tiga kali saja, lalu langsung “OK, bye!”. Seolah berkata, “Kalau kamu suka, ya kamu harus putar ulang lagi lagunya. Jangan saya yang disuruh nyanyi bagian itu terus-terusan.  Nurlela sudah lelah, Bang. Lelah! Lelah dengan semua ini”.

Satu lagi, di album Anggun banyak bernyanyi di nada tinggi. Selamat datang kembali! Ya, karena dulu kan Anggun kondang sebagai penyanyi yang banyak berdendang dengan suara tinggi.
Bukan berarti teriak-teriak ingin menunjukkan rentang vokal yang bisa mencapai seribu oktaf, karena warna vokal Anggun yang kata pengamat musik masuk kolom kontra alto: terkesan berat, namun mampu meluncur mulus menjangkau nada tinggi tanpa harus menjerit dan merintih.


Kurang lebih 20 tahun berhasil membuktikan eksistensinya di industri dan panggung musik di luar Indonesia, Anggun memang tidak lagi butuh pembuktian, pengakuan ataupun pencitraan sebagai penyanyi asal Indonesia yang sudah diakui musik antar negara.
Waktu yang telah menguji dan membuktikan sendiri. Kini Anggun tinggal menjalaninya saja karena itu semua her body doesn’t need. Totetot-totot-totot-tetot...


Credit:
Special thanks to Jason Suhalim
Share:

3 komentar: