Suka atau tidak, Amerika selalu
saja menjadi kiblat musik dunia. Seorang penyanyi baru bisa dikatakan ‘sukses’
jika berhasil menembus industri musik Amerika. Katanya…
Sebenarnya ini sangat tidak adil.
Kenapa harus Amerika yang hanya satu negara? Kenapa bukan Eropa atau Asia yang
terdiri dari beberapa negara? Tetapi ya, begitulah.
Sejak masih menjadi penyanyi di
Indonesia, saya sebagai penggemar sudah mendambakan penyanyi idola saya (saat
itu) Anggun C. Sasmi bisa terkenal di Amerika. Obsesi yang setelah saya jika
saya pikir-pikir sekarang ternyata memberi pengaruh positif buat diri saya yang
dulu.
Masih kelas 5 SD, saya sudah sok komposer, menerjemahkan lagu Mimpi, Takut dan Bayang-Bayang Ilusi ke dalam bahasa
Inggris dengan kemampuan bahasa Inggris yang acak-adut. Zaman dimana Tua Tua Keladi
diterjemahkan menjadi Old Old Calladium. Kalau ingat masa-masa kelam itu, pengen bunuh diri rasanya
Plan A saya waktu itu adalah
mengirim lirik tersebut ke produser Amerika dengan sedikit tulisan profil
Anggun yang DITULIS PAKAI TANGAN.
Berhubung saya tidak kenal satupun produser
Amerika, maka saya switch to plan B: memprovokasi Anggun agar pergi ke Amerika,
menyanyikan lagu Bayang-Bayang Ilusi versi Inggris (yang saya tulis sendiri). Nyanyinya di Gedung
Putih pula.
Cara provokasinya? Kirim surat yang DITULIS PAKAI TANGAN.
Cara provokasinya? Kirim surat yang DITULIS PAKAI TANGAN.
Ya, imajinasi masa kanak-kanak
saya saat itu memang belum mengenal birokrasi dan kompleksitas. Saya kala itu
mengira, kalau mau terkenal di Amerika, tinggal datang saja dan nyanyi. Udah,
langsung terkenal.
Jadi bisa dibilang, go internasional
itu bukan hanya cita-cita Anggun saja, tetapi cita-cita saya juga.
Dari kecil
abang-abang saya menjejeli telinga saya dengan lagu-lagu Nazareth, Scoprions,
Manfred Mann, Bee Gees, The Beatles. Jadi referensi musik saya dulu lebih
condong ke musik luar negeri. Anggun satu-satunya penyanyi yang saya ngefans
secara murni, tanpa dipengaruhi atau dijejelin orang lain dulu supaya suka.
Karena itu juga itulah saya kemudian mendamba Anggun menjadi penyanyi seperti
band yang sering saya dengarkan dulu : menyanyi dalam Bahasa Inggris.
Berbicara mengenai Amrika sebagai
kiblat musik dunia, tentu ada barometernya, apakah itu chart atau award. Chart
lebih cenderung berorientasi terhadap kepopuleran lagu, misalnya karena paling
banyak atau paling sering di-request oleh pendengar (radio) atau pemirsa
(televisi). Sementara award lebih ke area sisi komersil dalam bentuk penjualan
terbaik atau terbanyak, bisa juga pada mengacu pada kwalitas dan komposisi yang
kadang tidak ada hubungannya dengan sisi komersil. Kadang sih, tidak selalu mutlak. Aduhhh, saya bukan panitia award-award'an sih ya. Jadi nggak terlalu ngerti. Maafkan, Halimah...
Makanya sekitar tahun 1999,
ketika mendengar kabar dari VJ MTV bahwa lagu Anggun sedang menanjak di chart
Billboard, rasa bangga bin geregetannya minta ampun. Geregetan karena hanya
bisa mendengar kabarnya. Maklumlah, saat itu masih termasuk era di mana
internet masih langka dan mahal. Sudah mahal, belum tentu juga ada informasinya
di internet, karena pada saat yang sama media cetak masih lebih meraja dibanding
media online. Beli majalah Billboard langsung dari Amerika?, bangkrut dong
perusahaan.
Akhirnya hanya bisa rajin ke toko-toko buku berburu
majalah dan koran terbitan Indonesia dan Singapura yang mungkin menulis artikel tentang kiprah Anggun di
Amerika. Kebetulan pas nemu artikelnya di majalah Aneka Yess dan Asiaweek, senangnya minta
ampun. Lalu ketuk-ketuk pintu tetangga satu persatu untuk ngabarin. Reseh ya?!
Anggun sendiri dari awal memang
tidak pernah bermimpi untuk menaklukkan Amerika, dia lebih memilih Eropa. Itu
sebabnya dia memilih Inggris sebagai pendaratan pertama, lalu ke Belanda yang
ternyata batal karena terlanjur cinta dengan Prancis.
Tetapi toh tanpa mimpi, Anggun
tetap bisa menerobos industri musik Amerika. Tanggal 26 Mei 1998, album berjudul
ANGGUN dengan single hits SNOW ON THE SAHARA dan A ROSE IN THE WIND resmi
beredar di Amerika dengan label Epic Record, label yang juga menaungi nama-nama
besar kala itu seperti: Michael Jackson, Celine Dion, Mariah Carey, dll.
Lagu SNOW ON THE SAHARA juga
berhasil mencapai posisi tertingginya di Top
20 Billboard Dance Club, yakni peringkat 16 setelah sebelumnya merangkak dari
bawah selama beberapa pekan.
Menembus chart musik Amerika
sekelas Billboard memang tidak mudah. Buktinya Anggun butuh 20 tahun lagi untuk
kembali menorehkan namanya di chart yang sama lewat lagu WHAT WE REMEMBER (dari
album berjudul 8). Tidak tanggung-tanggung, setelah bertahan selama 7 pekan di tangga
lagu tersebut, Anggun berhasil menyeruak menembus Top 10, walaupun pekan
sebelumnya sempat turun satu peringkat dari nomor 12 ke nomor 13.
“Dari dulu saya memang tidak
punya American dream. Tetapi bukan berarti saya tidak punya keinginan menembus
industri musik Amerika”, ujar Anggun kala itu. "Toh album saya beredar di sana dan masuk chart Amerika tanpa saya harus di-setting menjadi the girl next door yang sama sekali bukan karakter saya yang sesungguhnya".
Dan Anggun memang serius dengan
pernyataannya. Buktinya saat promo tour album debutnya di Amerika, dia rela tinggal selama sembilan
bulan, ikut tour keliling Amerika dan tampil di acara TV Amerika, yang sempat
membuat beberapa selebriti Amerika kepincut dengan sosok unik Anggun, seperti
Diana King, Sarah Mc.Lahlan, Tony Braxton, Pamela Anderson dll.
Dan mungkin tahun ini angka 8
adalah angka keberuntungan Anggun. Di pekan ke-8 bertahan di Billboard, lagu
Anggun berhasil menapak dua peringkat menjadi peringkat 8, jauh melampaui prestasi SNOW ON THE SAHARA 20 tahun yang lalu.
Billboard Dance Club chart sendiri seperti namanya "dance club' adalah chart khusus lagu-lagu yang sudah remix sehingga bisa mengakomodasi kebutuhan penggemar musik dansa. Saya sendiri bukan penggemar jenis musik seperti ini, musik asli yang dipermak menjadi musik ajeb-ajeb, jadi tidak terlalu mengikuti alur dari chart ini.
Yang saya tau, lagu yang berhasil masuk ke chart ini adalah lagu-lagu yang paling banyak dimainkan oleh para Disc Jockey (DJ) di club atau radio-radio yang khusus memutar dan punya segmen lagu-lagu dance.
Tentu saja dimainkan berdasarkan prediksi sang DJ yang menilai musik tersebut potensial untuk menarik perhatian penikmat musik dansa. Selain itu, juga ditentukan oleh request dari pendengar atau penikmat musik tersebut. Namanya juga bisnis hiburan, tidak mungkin DJ atau Music Director (MD) merekomendasikan musik yang tidak sesuai dengan audiens mereka. Dan ketika sudah direkomendasikan, ternyata peminatnya banyak, maka sudah dipastikan akan masuk ke chart. Sama saja sih dengan chart musik pada umumnya, cuma beda segmentasi saja.
Billboard juga punya chart khusus untuk lagu-lagu yang kiblatnya ke banyak penjualan single dan album. Saya dengar penyanyi Hip Hop Indonesia: Rich Brian, berhasil menembus chart khusus kategori ini: Billboard Top 100 Singles.
Billboard Dance Club chart sendiri seperti namanya "dance club' adalah chart khusus lagu-lagu yang sudah remix sehingga bisa mengakomodasi kebutuhan penggemar musik dansa. Saya sendiri bukan penggemar jenis musik seperti ini, musik asli yang dipermak menjadi musik ajeb-ajeb, jadi tidak terlalu mengikuti alur dari chart ini.
Yang saya tau, lagu yang berhasil masuk ke chart ini adalah lagu-lagu yang paling banyak dimainkan oleh para Disc Jockey (DJ) di club atau radio-radio yang khusus memutar dan punya segmen lagu-lagu dance.
Tentu saja dimainkan berdasarkan prediksi sang DJ yang menilai musik tersebut potensial untuk menarik perhatian penikmat musik dansa. Selain itu, juga ditentukan oleh request dari pendengar atau penikmat musik tersebut. Namanya juga bisnis hiburan, tidak mungkin DJ atau Music Director (MD) merekomendasikan musik yang tidak sesuai dengan audiens mereka. Dan ketika sudah direkomendasikan, ternyata peminatnya banyak, maka sudah dipastikan akan masuk ke chart. Sama saja sih dengan chart musik pada umumnya, cuma beda segmentasi saja.
Billboard juga punya chart khusus untuk lagu-lagu yang kiblatnya ke banyak penjualan single dan album. Saya dengar penyanyi Hip Hop Indonesia: Rich Brian, berhasil menembus chart khusus kategori ini: Billboard Top 100 Singles.
Waktu boleh berlalu, generasi pasti berganti. Namun, ibarat kupu-kupu yang telah sekian lama terbang tinggi, kepak sayap Anggun tak mengenal kata lelah atau patah. Justru semakin kuat terbang ikuti malam dan pagi.
Congrats, mbak Anggun!!!
0 komentar:
Posting Komentar