20/11/15

Anggun, PECAT Dia!!!

Jujur saja, saya pernah kecewa berat dengan salah satu album Anggun. Itu sebabnya setiap kali Anggun akan merilis album, saya selalu deg-degan, bolak-balik ke toilet karena pengen pipis melulu.  Takut kecewa. Soalnya, album-album terdahulu Anggun selalu sanggup membuat saya sesak nafas dan melonjak-lonjak kegirangan kayak bayi macan. Pas sekali pernah kecewa, malah jadi trauma. Berlebihan memang. Tapi ya, begitulah! Masalah buat loe? Terserah!

Dari awal tahun 2015, sudah ada ancer-ancernya album terbaru Anggun akan rilis dalam tahun ini. Apalagi Anggun sesekali selalu update kegiatan rekamannya lewat Media Sosial. Paling sering sih lewat Viber, tetapi saya sudah tidak ikutin lagi. Apa serunya sih lihat orang ngobrol tanpa bisa nimbrung? OK, ini mulai curhat colongan.

Kembali ke hal yang tadi. Jadi dengan intens-nya Anggun meng-update proses dan progres rekamannya. Berarti beneran ada album, bukan sebatas janji-janji surga neraka jahaman bumi gonjang-ganjing seperti si.... Eh, siapa ya? Pokoknya adalah, sebut saja namanya Sobri.

Apalagi mengetahui Anggun kali ini bekerja sama dengan musisi & produser Inggris. Whoaaaaa, makin kesetananlah saya. Soalnya dari dulu pengen banget lihat Anggun sukses di Inggris karena kota favorit saya adalah London. Eh, apa hubungannya ya?

Jadi begitulah. Ketika album sudah selesai digojlok, keluarlah single pertama A Nos Enfants yang pffffftttttt…..ini masalah selera pribadi sih, saya sama sekali nggak suka lagunya. Sama sekali nggak ngerti enaknya dimana. Ketakutan itu akhirnya menjadi nyata. Ya, mungkin selera saya yang salah.

Keluar single kedua  Nos Vies Paralleles duet dengan biduan Prancis: Florent Pagny, enak sih lagunya. Tetapi ya itu saja, enak didengar sekali, abis itu nggak kepengen dengar lagi. Keadaan ini semakin diperparah dengan saya nggak ngerti lagunya ngomongin apa. Maklum, lagunya bahasa Prancis. Kadang saya bisa suka sama lagu tertentu karena saya suka lirik atau tema lagunya. Soal musik dan melodinya sih bisa diurus belakangan. Cincay-lah!

Oh iya, siapa tau Florent Pagny baca tulisan ini **who knows?**, saya mau ngucapin thanks berat buat Mas Pagny yang telah berjasa punya andil mempertemukan Anggun dengan Eric Benzi sehingga terciptalah album Snow On The Sahara yang keren sejagad dan yang tak mungkin dapat terulang itu.

Oh iya (lagi), siapa tau Eric Benzi juga baca tulisan ini **who knows again**, saya mau ngucapin terima kasih untuk album yang luar biasa itu, yang telah merubah pola pikir saya mengenai musik yang bagus dan berkwalitas. I love you, Eric Benzi! Aku sayang kamu sampai mati. 

Baiklah, cukup nostalgianya, saatnya kembali ke topik.

Udah keluar dua single, dan tak satupun yang nyetrum telinga. Ini sudah keterlaluan. Busyet, saya sudah ngefans sama Anggun sejak kelas 5 SD, dan terbiasa langsung jumpalitan setiap kali dengar lagu barunya. Kebayang kan bagaimana depresinya saya menerima kenyataan ini. Keraguan kini menjelma di dada, musnahkan segala asa. 

Tiba-tiba sudah tidak ada lagi keinginan untuk menunggu album barunya. Hampir lima tahun nungguin, hasilnya begini doang? Hih! Aku bingung memikirkannya. Ughhh, laba-laba! Lho, kok malah nyalahin laba-laba? Suka-suka gue dong!
Seperti yang kita tau, single pertama atau kedua biasanya adalah best cut dan representasi dari keseluruhan album. Kalau lagu andalannya saja kamu gak suka, bagaimana dengan lagu figuran lain? Kemana lagi harus mencari? Masihkah ada harapan untuk kita lagi?

Namun sepertinya jagad raya bersinergi untuk melakukan sebuah konspirasi indah. Jagad raya tidak membiarkan saya ditipu oleh pilihan lagu yang salah oleh entah siapa. Jagad raya tidak rela saya meragukan Anggun yang cantik molek tiada bandingnya. Maka sebutlah ada sesosok malaikat yang dikirim Tuhan untuk menahan langkah saya saat hendak beranjak pergi tinggalkan mimpi yang tiada bertepi.

Maka begitulah. Saya mendapat kesempatan dan kepercayaan untuk mendengarkan seluruh materi lagu di album Toujours Un Ailleurs jauh sebelum albumnya rilis di internet atau toko musik. 

Saya sebelumnya tidak kenal dia, tiba-tiba dia nongol dan seolah bilang, “Kamu harus dengar seluruh lagu-lagunya. Jangan menghakimi albumnya hanya dari dua lagu yang kebetulan bukan seleramu. Kamu harus terus percaya bahwa Anggun masih selalu menulis dan menyanyikan lagu-lagu yang bagus yang syukur-syukur sesuai dengan seleramu”.

Ternyata benar. Lagu pertama yang saya dengar adalah Face Au Vent. Nggak ngerti sih lagunya tentang apa, tetapi teriakan kondektur bus di intro lagunya langsung membuat bola mata saya berputar jenaka. “Lagu apa nih?!”.
Saya nggak langsung suka sih sama lagu ini saat pertama kali dengar. Tetapi begitu lagunya bubar, saya malah pengen dengar lagi, lagi dan lagi, hingga akhirnya suka. Musiknya mengingatkan saya pada musik Depeche Mode yang juga adalah band yang saya lumayan gemari. Bukan berarti Anggun mengikuti musiknya Depeche Mode, tetapi saya pengen bilang bahwa Anggun seperti bikin lagu dengan genre musik Elektro Pop a la Anggun, Elektro Pop yang khas Anggun.

Lagu A Quelques Pas De Nous langsung membuat saya jejeritan. Ini gila! Saya paling suka sama lagu yang  ada choir anak-anak, seperti Toy Soldier-nya Martika atau Wild-nya Troye Suvan. Eh, di lagu ini beneran ada choir anak-anak, dengan sentuhan world music pula. Jangan-jangan, Anggun bisa baca pikiran saya selama ini.
Karena saya sangat bermasalah dalam mengucapkan kata-kata dalam bahasa Prancis, maka saya menyebut judul lagu ini Sashi-Sashi. Kalau kalian sudah mendengar lagunya, pasti mengerti kenapa judulnya saya sebut begitu. 

Anggun pernah preview sekelebat lagu Perfect World pas dia lagi take vocal di studio. Saat itu sih saya skeptis banget, lagunya terdengar flat. Eh, ternyata hasil akhirnya keren banget. Musik rancak nan lincah a la Timur Tengah dipadu dengan lirik yang dalam, bikin saya ingin teriak "yang di belakang siap digoyang???". Loe kira lagi konser Dangdut acara tujuh belasan?

Sejak intro-nya berkumandang, di kepala saya sudah terbayang visualisasi Anggun sedang berada di museum, menikmati sebuah lukisan kuno yang ada tulisan “do not wink” di bagian atas sebagai peringatan kepada pengunjung. Anggun iseng berkedip dan tiba-tiba saya dia sudah ada dalam lukisan tersebut yang seolah menjadi dunia nyata, dan itulah awalnya petualangan dimulai. Anggun banyak lari-lari di video ini. Eh, kok jadi spoiler. Maaf, tunggu tanggal tayangnya saja ya.

Dan sejak dulu, setiap kali saya suka sama sebuah lagu, saya pasti langsung terbayang video klipnya saat sedang mendengarkan lagunya. So?

Lagu paling favorit saya di album ini adalah lagu yang berjudul Jus Kelapa. Eh, sebenarnya judulnya bukan seperti itu, tetapi Toujour Un Ailleurs. Tetapi gara-gara ada celotehan Kirana menyebutkan Jus Kelapa di bagian akhir lagu ini, saya menjadi lebih suka menyebutnya dengan judul Jus Kelapa. Saya saja baru tau ada benda bernama Jus Kelapa. Selama ini taunya cuma Air Kelapa atau Es Kelapa. Dan ternyata Air Kelapa itu bahasa Inggrisnya Coconut Juice. Ya berarti benar dong bahasa Indonesianya jadi Jus Kelapa. Yaelahhh, dibahas segala...

Bagian intro-nya saja pelan tetapi pasti bikin saya merinding. Begitu masuk ke lagu inti, terdengar lenguhan berjamaah bapak-bapak kepala suku terasing, ditingkahi dengan bunyi drum etnik dan stick drum yang saling beradu bertalu-talu, oh my god...saya hampir ejakulasi. Dan saya tidak perlu mendengar lagu ini sampai habis untuk mengklaim bahwa ini lagu favorit saya di album ini. 

Pssssst, saya punya kelainan lho, yaitu suka mengarang lirik versi bahasa Indonesia dari lagu yang saya suka. Termasuk lagu Mon Capitaine. Jadi saya selalu bersenandung “Ku seorang kapiten. Ku punya pedang panjang, dan tajam”. 

La Promesse bukan termasuk lagu favorit saya sih, tetapi saya memang dari dulu mengimpikan Anggun akan kembali menyanyikan lagu yang backing vocal-nya ramai-ramai seperti Valparaiso. Seru aja mendengarkan Anggun menyanyi dengan backing vocal ramai-ramai, karena walau bagaimanapun vocal Anggun tetap stand out, tidak tenggelam oleh riuhnya suara huru-hara tawuran antar etnis. Dan di lagu ini keinginan saya terpenuhi. Eh, serius! Jangan-jangan, Anggun beneran bisa membaca pikiran saya.

Est-ce Que Tu Viendras juga termasuk lagu favorit saya. Enak didengar menjelang tidur. Beat-nya dinamis, terkesan nggak sinkron dengan tempo menyanyi Anggun, tetapi justru terdengar seru dan asyik.

Yang paling bikin saya terdiam sejenak seperti kambing congek adalah saat mendengarkan lagu Un Jour A La Fois yang saya sebut dengan lagu Aha-Aha! Yang sudah dengar lagunya pasti mengerti kenapa judulnya saya sebut begitu. Yang sudah dengar tapi nggak ngerti maksud saya, lha itu telinga atau cantelan kuali?
Saking naksirnya sama lagu ini, saya sampai bela-belain nanya ke teman saya yang cas-cis-cus-pret bahasa Prancis mengenai tema lagu ini.

"Kita semua pada akhirnya akan pergi meninggalkan dunia menuju abadi. Selagi masih ada kesempatan, kenapa tidak berbuat baik saja?". Pecah! Lagunya saya sudah suka, eh ternyata liriknya juga kegemaran saya. Hingga dada ini deg-degan.

Intro-nya itu lho aneh banget dalam konteks unik. Sound-nya mengingatkan saya pada bunyi tawon racun yang terperangkap dalam stoples kaca. Konon sih katanya itu bunyi alat musik tradisional suku Aborigin. Terserah deh! Saya sih yakin itu suara tawon racun yang terperangkap dalam stoples kaca.

Lega. Ternyata Anggun tidak pernah berhenti membuat saya kagum dan ngefans. Makanya dari dulu saya selalu geregetan pengen nanya, siapa sih yang milih single pertama di tiga album terakhirnya ini? Whoever he is, (for god’s sake) fire him! Sungguh, tiga album terakhir benar-benar membuat saya nyaris meragukan Anggun. Are you gonna pick that song to be the first single? Seriously? Ini sama sekali tidak adil, karena ternyata persentase lagu menye-menye di album tersebut tidak seberapa dibanding lagu yang beneran bagus dan bikin sesak nafas. 

Well, mungkin review saya bukan review favorit fans Anggun atau bahkan Anggun sendiri. Abis gimana, setelah puluhan tahun, saya sudah bertransformasi dari penggemar yang fanatik loonatic menjadi penggemar yang realistis. Masa sepanjang abad cuma bisa bilang "Oh mbak Anggun, albumnya bagus banget", "Mbak Anggun cantik", "Mbak Anggun, minta duit dong"?  Eughhh...
Lagi pula ini kan review pribadi, jadi ya....gitu deh.


CATATAN:
Bagaimana rasanya ketika kamu menyukai sebuah album dari penyanyi favorit kamu, tetapi kamu tidak boleh membicarakannya. Itulah yang saya rasakan selama sebulan ini. Udah gatal pengen cerita pada dunia, tetapi saya harus komitmen dengan janji bahwa saya harus bisa menjaga rahasia: tidak boleh membicarakannya sebelum albumnya rilis. Begitulah, begitu albumnya rilis, saya langsung pecah perawan. Here it is!
Share:

4 komentar:

  1. Lucu review nya , aku suka face au vent sama la promesse

    BalasHapus
  2. hehe. kalau aku sih suka hampir semua lagunya. yah. selera sih ya. but that's ok. Anggun is still our queen. :*

    BalasHapus
  3. Parah lagi gue.. tiap dengerin lagunya mbak anggun.. gue ngayal yg nyanyi gue dan menirukan liukan2 tangannya.. ciri khas nya kalau nyanyi 🙃🙃🙃

    BalasHapus
  4. Aku suka semua. Selera orang memang beda. Pas deger pertama kali yg A Nos Enfants sama Nos Vies Paralleles, aku langsung suka dan dengerin yg lainnya makin suka. Buat aku hal yg paling penting saat dengerin lagu adalah liriknya bagus apa enggak,buatku lirik yg bagus mau musiknya di buat kaya gimana terserah, itu akan selalu ngena di hati buat aku pribadi karena aku bayanginnya bukan musiknya tapi makna lagunya dan si musik itu akan ngikutin sendiri (berjalan sendiri buat ngenakin lagunya) just my opinion

    BalasHapus