19/03/14

KEBAKARAN HUTAN, Identitas Negeri Yang Musnah




Sebenarnya tidak harus menjadi Presiden dulu supaya saya peduli atau melakukan sesuatu untuk kelestarian hutan. Toh, Presiden kita yang sekarang sama sekali tidak peduli dengan kelestarian lingkungan. Tetapi kalau ditawari bikin album, pasti langsung semangat berlari kencang melompati semak belukar dan pohon.

Jika saja kita peka dan sensitif dengan alam, kita pasti akan selalu mengusahakan agar apapun yang kita lakukan, bukan sekedar sesuatu yang berguna untuk kita sendiri, tetapi juga berguna untuk alam sekitar.
Bahkan sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya yakin kita semua telah belajar fungsi hutan itu apa saja. Terdengar sangat sederhana yaitu berfungsi sebagai paru-paru dunia. Tetapi orang cenderung mengabaikan untuk berpikir lebih jauh mengenai fungsi sebagai paru-paru dunia ini. Orang hanya sebatas berpikir bahwa paru-paru dunia berarti menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen, tanpa pernah menelusuri lebih jauh bahwa paru-paru dunia ini sama dengan paru-paru manusia, akan rusak jika tidak dijaga. Sevital apa fungsi paru-paru bagi manusia, sevital itu jugalah fungsi hutan bagi bumi. Bayangkan manusia tanpa paru-paru, begitu jugalah bumi tanpa hutan.

Sejak kecil, saya terbiasa dididik oleh orangtua saya untuk selalu menjaga lingkungan yang hijau. Mama saya, meskipun beliau tidak mempunyai latar belakang pendidikan ilmu botani, beliau adalah seorang ibu rumah tangga yang peduli dengan fungsi tanaman. Di sekeliling rumah kami selalu ditanami berbagai macam tanaman, mulai dari pohon sampai bunga. Mama saya melakukan ini sambil memberi contoh kepada anak-anaknya betapa berjasanya tanaman-tanaman ini terhadap hidup manusia, antara lain memberi buah, daun (sayuran) dan akar (umbi), menjaga keseimbangan udara tetap bersih dan juga menyejukkan pemandangan mata lewat warna hijaunya.

Kebiasaan itu jugalah yang terbawa-bawa saat kami merantau ke Jakarta. Rumah kami tidak pernah kehilangan nuansa hijaunya. Di depan rumah akan selalu kami tanami berbagai macam tanaman, mulai dari bunga, sayuran dan pohon rindang. Selain karena terbiasa mencintai tanaman sejak kecil, kami juga merasakan sendiri pengaruh baik apa yang telah diberikan oleh tanaman-tanaman hijau ini bagi kami. Setelah mumet dan stress saat baru pulang kuliah atau kerja, setelah sampai di rumah, langsung terasa nyaman dan segar karena disambut pemandangan-pemandangan hijau.

Karena keterbatasan lahan (apalagi di Jakarta), saya tidak mungkin bisa membuat sebuah hutan. Tetapi itu bukan berarti saya berhenti peduli dengan isu menjaga paru-paru bumi ini. Jika tidak bisa memiliki hutan, setidaknya bisa dimulai dengan memiliki taman kecil. Intinya adalah memberi ruang untuk tanaman-tanaman untuk tumbuh. Meski kadarnya berbeda, tetapi setiap tanaman (apapun bentuk dan jenisnya) berpotensi sebagai paru-paru lingkungan. Jika memang belum memungkinkan untuk melakukan dalam skala besar, boleh dimulai dari skala yang kecil dulu.

Meskipun di awal tulisan ini saya mengatakan bahwa saya tidak harus jadi presiden dulu untuk peduli dengan kelestarian hutan. Tetapi tentu saja dengan menjadi presiden, saya bisa berbuat sesuatu yang lebih banyak dan luas lagi. Dengan menjadi presiden, saya punya power untuk melakukan ini dan itu sehubungan dengan pelestarian hutan.

Dengan status saya sebagai rakyat jelata seperti sekarang, orang tidak akan mendengarkan saya ketika saya menegur oknum-oknum yang melakukan pembalakan liar terhadap hutan untuk proyek pertanian dan pemukiman untuk kepentingan pihak-pihak tertentu. Namun dengan status sebagai presiden, saya punya kuasa untuk mengambil tindakan tegas, menghukum dan menjebloskan ke penjara oknum-oknum yang bertanggung jawab dalam pembabatan dan pengrusakan hutan.

Maraknya pengrusakan hutan lewat aksi pembabatan dan pembakaran adalah indikasi ketidak pedulian pemerintah terhadap fungsi dan kelestarian hutan. Bagaimana hutan berfungsi menahan curah hujan agar tidak menjadi banjir. Bagaimana hutan menahan air dalam tanah agar lahan tidak tandus. Bagaimana hutan menahan konstruksi tanah agar tidak terjadi longsor. Bagaimana pohon-pohon di hutan menyerap karbondioksida yang berbahaya bagi manusia untuk memudian menghasilkan oksigen yang sangat penting bagi hidup manusia. Bagaimana hutan adalah rumah yang nyaman bagi berbagai jenis hewan agar tidak perlu nyasar ke pemukiman penduduk untuk membuat resah para warga.

Dengan iming-iming uang proyek, pemerintah dengan gampang menutup pikiran mata terhadap fungsi hutan. Pikiran dan mata yang tertutup membuat mereka tidak bisa berpikir dengan orientasi ke depan. Ketika hutan musnah, bumi menjadi akrab dengan bencana alam seperti banjir dan longsor, apakah setumpuk uang masih bisa menyelamatkan mereka? Karena ketika alam murka, kita tidak bisa menghentikannya. Kita hanya bisa menghindar dan menerimanya. Tetapi kita tentu saja bisa menjaganya dengan cara mengantisipasi sejak awal.
Indonesia adalah salah satu negara dengan wilayah hutan terluas di bumi. Otomatis sebagai negara yang menjadi sumber utama paru-paru dunia, hutan juga menjadi identitas penting negara Indonesia. Ironisnya, Indonesia juga yang terkenal sebagai negara paling tidak peduli dengan kelestarian hutannya. Padahal begitu banyak hal-hal yang menjadi ciri khas dan identitas Indonesia yang bersumber dari hutan. Seperti binatang khas orangutan, harimau Sumatera, bekantan atau hasil hutan seperti kayu jati dan rotan. Musnahnya hutan, berarti musnah juga hal-hal yang menjadi identitas negara Indonesia ini.

Dan entah kenapa, hal-hal sederhana seperti ini luput dari perhatian dan pemikiran pemerintah, khususnya presiden. Tidak adanya tindakan tegas membuat oknum-oknum yang memikirkan kepentingan pribadi bebas menghancurkan hutan untuk kepentingan pribadi. Itu sebabnya dari hari ke hari, hutan Indonesia semakin mengalami penyusutan akibat pembalakan, pembabatan dan pembakaran untuk areal pertanian, pemukiman dan pertambangan.

Dan jika saya menjadi presiden, saya tidak akan menjanjikan hal-hal yang muluk-muluk. Saya hanya ingin menjadi presiden yang peduli dengan hal-hal sederhana tetapi berdampak besar dan berorientasi ke masa depan seperti ini. saya ingin menjadi presiden yang peduli dengan lingkungan, khususnya hutan yang menjadi salah satu identitas penting negara saya. Presiden yang peduli terhadap apa yang tidak dipedulikan oleh presiden sebelumnya. Presiden yang belajar dari kesalahan presiden sebelumnya.
Share: