02/03/14

Jangan Takut OSPEK




Boleh dibilang masa-masa orentasi pengenalan kampus atau yang akrab disingkat dengan Ospek adalah momen yang menyebalkan sekaligus menyenangkan. Menyebalkan karena aktifitas kita selama masa ospek cenderung melakukan hal-hal yang menjatuhkan martabat. Mulai dari penampilan yang seperti badut tabrak lari sampai membawa barang-barang random.

Saya masih ingat waktu saya mengikuti ospek dikampus saya, selama menjalani ospek selama lima hari kami wajib menggunakan kaos kaki sepakbola yang berbeda warna di kanan dan kiri. Lalu bagian pipa celana panjang warna hitam yang menjadi seragam mahasiswa baru dimasukkan ke dalam kaos kaki tersebut, seperti gaya busana kaum bangsawan Eropa zaman batu. Dan penampilan sedahsyat itu benar-benar sudah harus teraplikasi saat kita sudah berjarak sekitar radius 200 meter dari kampus. Sama sekali tidak boleh ‘berdandan’  setelah sampai di kampus. Sementara yang rumahnya jauh tentu tidak mau berbusana seperti itu sejak dari rumah. Jadi yang naik angkutan umum atau diantar naik mobil atau motor akan turun 200 meter sebelum sampai dikampus. Lalu kemudian menyempatkan diri untuk ‘berdandan’ sesuai tuntutan zaman sebelum berjalan kaki menuju kampus.

Dulu pada hari pertama, saya disuruh oleh panitia membawa telur ceplok yang melirik ke kiri. Pagi harinya sebelum berangkat, saya sampai menghabiskan lebih dari tujuh butir telur ayam karena bolak-balik gagal memaksa sang telur melirik ke kiri. Setelah sukses membuat dua telur ceplok melirik ke kiri, ternyata setelah sampai di kampus malah tidak diperiksa sama sekali oleh kakak senior. Kalau mengingat betapa menderitanya saya tadi pagi menyiapkan telur ayam dengan lirikn mut itu, sudah mau saya tampar saja tuh senior-senior saya.

Belum lagi kalau dianggap melakukan kesalahan atau melanggar peraturan, hukumannya sangat menguji mental dan peranakan. Saya pernah lupa membawa sesuatu yang sudah diwajibkan untuk dibawa, maka sebagai hukumannya saya disuruh berjalan disepanjang Jl. Kapten Tendean sambil bernyanyi lagu Abang Tukang Bakso-nya Melissa dengan gaya berteriak-teriak. Mungkin karena suara saya memang bagus atau memang dikira orang gila, beberapa warga bahkan sempat bertepuk tangan menyaksikan penampian saya siang itu. Makanya sampai sekarang saya trauma dan menolak melewati Jl. Kapten Tendean , takut warga setempat masih ingat wajah saya.

Tetapi di lain pihak, kegiatan ospek ini juga memberi manfaat. Berbeda dengan saat masuk SMP atau SMA, kadang kita masih bisa berjumpa dengan teman atau orang yang kita kenal saat menjadi siswa baru. Tetapi berbeda dengan menjadi mahasiswa baru, sangat jarang kita bisa menemukan teman atau orang yang sudah kita kenal dikampus baru. Kegiatan ospek ini membuat kita memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan mahasiswa-mahasiswa baru lainnya. Apalagi pada beberapa kegiatan dimana para peserta ospek diwajibkan berkelompok. 

Berada dilingkungan yang masih asing tanpa teman tentu merupakan sesuatu yang membuat kita tidak nyaman. Makanya hari pertama ospek biasanya kita langsung bergerilya mencari kenalan (sekaligus gebetan). Tiba-tiba saja kita menjadi seseorang yang murah hati dan rajin senyum demi memberi kesan bahwa kita adalah orang menyenangkan sehingga mahasiswa baru lainnya mau berteman dengan kita. Yang jelas pada saat itu tak ada waktu untuk memilih-milih teman. Pokoknya siapa yang kebetulan duduk di sebelah kanan, kiri, depan dan belakang sudah langsung di-sok akrab-in.

Karena ketika sudah memiliki teman, tentu secara mental kita juga merasa lebih kuat. Kita merasa lebih nyaman saat menghadapi senior atau menjalani hukuman, karena kita tau ada teman yang akan mendukung kita. Bahkan dengan memiliki teman selama masa ospek, mendapat hukuman bukan lagi menjadi hal yang menakutkan tetapi menjadi sesuatu yang ditertawakan sama-sama.

Beberapa kasus pernah saya dengar dimana mahasiswa baru terluka atau malah kehilangan nyawa saat masa orientasi. Menurut saya itu tergantung  sikap si mahasiswa baru itu sendiri. Saya pernah menyaksikan sesama mahasiswa baru ‘dikerjain’ habis-habisan oleh para senior. Pasalnya, dia menunjukkan sikap yang sangat menyebalkan, selalu ingin telihat menonjol, merasa paling ganteng dan cenderung tidak sopan. Pokoknya nggak bisa jaga sikap banget, minta ditinju.

Kalau saya dulu selalu berusaha untuk tidak terlihat menonjol, misalnya dengan petantang-petenteng atau sebaliknya terlihat kuper yang tentu saja tetap menarik perhatian pemangsa. Terlihat akrab dengan banyak mahasiswa baru lainnya juga membuat senior berpikir dua kali jika ingin berbuat macam-macam karena dia tau kita ada yang ‘melindungi’.

Tidak tertutup kemungkinan juga memang ada oknum senior yang memang sakit jiwa, yang punya naluri untuk menyiksa anak orang. Untuk menghadapi senior seperti ini kita tentu harus punya sikap. Dalam pelaksanaan orientasi tentu ada peraturan-peraturan yang bukan hanya berlaku pada mahasiswa baru, tetapi juga para senior. Salah satunya adalah hukuman tidak boleh dalam bentuk kontak fisik.  Jadi jika terjadi kontak fisik, jangan diam saja. Balas tampar atau pukul kalau dipukul lalu laporkan ke panitia ospek. Itu sebabnya perlu segera memiliki teman, dan usahakan tidak sendirian agar memiliki saksi mata.

Pelaksanaan kegiatan ospek juga lokasinya jelas yaitu disekitar lingkungan kampus dan umumnya  bukan diruangan tertutup. Jadi kalau diajak oleh senior keluar dari lingkungan kampus atau ruangan tertentu yang sama sekali tidak dijelaskan dalam peraturan kegiatan ospek, jangan mau. Makanya saya bilang kita juga perlu punya sikap. Bukan berarti karena kita mahasiswa baru lalu manut saja diperlakukan dan dibawa kemana saja oleh senior.

Itu sebabnya sejak awal pembekalan ospek, pelajari semua peraturan, hak dan kewajiaban peserta ospek. Tanyakan segala sesuatu yang belum jelas dan konsultasi kan beberapa kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi selama pelaksanaan ospek. Sehingga ketika nanti dalam pelaksaan ospek ada yang  aneh-aneh, kita bisa langsung tau dan antisipasi, bukan hanya sekedar mengikuti dan menjadi ‘korban’.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar