Boleh dibilang
masa-masa orentasi pengenalan kampus atau yang akrab disingkat dengan Ospek
adalah momen yang menyebalkan sekaligus menyenangkan. Menyebalkan karena
aktifitas kita selama masa ospek cenderung melakukan hal-hal yang menjatuhkan
martabat. Mulai dari penampilan yang seperti badut tabrak lari sampai membawa
barang-barang random.
Saya masih
ingat waktu saya mengikuti ospek dikampus saya, selama menjalani ospek selama
lima hari kami wajib menggunakan kaos kaki sepakbola yang berbeda warna di kanan
dan kiri. Lalu bagian pipa celana panjang warna hitam yang menjadi seragam
mahasiswa baru dimasukkan ke dalam kaos kaki tersebut, seperti gaya busana kaum
bangsawan Eropa zaman batu. Dan penampilan sedahsyat itu benar-benar sudah
harus teraplikasi saat kita sudah berjarak sekitar radius 200 meter dari
kampus. Sama sekali tidak boleh ‘berdandan’ setelah sampai di kampus. Sementara yang
rumahnya jauh tentu tidak mau berbusana seperti itu sejak dari rumah. Jadi yang
naik angkutan umum atau diantar naik mobil atau motor akan turun 200 meter
sebelum sampai dikampus. Lalu kemudian menyempatkan diri untuk ‘berdandan’
sesuai tuntutan zaman sebelum berjalan kaki menuju kampus.
Dulu pada hari
pertama, saya disuruh oleh panitia membawa telur ceplok yang melirik ke kiri.
Pagi harinya sebelum berangkat, saya sampai menghabiskan lebih dari tujuh butir
telur ayam karena bolak-balik gagal memaksa sang telur melirik ke kiri. Setelah
sukses membuat dua telur ceplok melirik ke kiri, ternyata setelah sampai di
kampus malah tidak diperiksa sama sekali oleh kakak senior. Kalau mengingat
betapa menderitanya saya tadi pagi menyiapkan telur ayam dengan lirikn mut itu,
sudah mau saya tampar saja tuh senior-senior saya.
Belum lagi
kalau dianggap melakukan kesalahan atau melanggar peraturan, hukumannya sangat
menguji mental dan peranakan. Saya pernah lupa membawa sesuatu yang sudah
diwajibkan untuk dibawa, maka sebagai hukumannya saya disuruh berjalan
disepanjang Jl. Kapten Tendean sambil bernyanyi lagu Abang Tukang Bakso-nya
Melissa dengan gaya berteriak-teriak. Mungkin karena suara saya memang bagus
atau memang dikira orang gila, beberapa warga bahkan sempat bertepuk tangan menyaksikan
penampian saya siang itu. Makanya sampai sekarang saya trauma dan menolak
melewati Jl. Kapten Tendean , takut warga setempat masih ingat wajah saya.
Tetapi di lain
pihak, kegiatan ospek ini juga memberi manfaat. Berbeda dengan saat masuk SMP
atau SMA, kadang kita masih bisa berjumpa dengan teman atau orang yang kita
kenal saat menjadi siswa baru. Tetapi berbeda dengan menjadi mahasiswa baru,
sangat jarang kita bisa menemukan teman atau orang yang sudah kita kenal
dikampus baru. Kegiatan ospek ini membuat kita memiliki kesempatan untuk
berinteraksi dengan mahasiswa-mahasiswa baru lainnya. Apalagi pada beberapa
kegiatan dimana para peserta ospek diwajibkan berkelompok.
Berada
dilingkungan yang masih asing tanpa teman tentu merupakan sesuatu yang membuat
kita tidak nyaman. Makanya hari pertama ospek biasanya kita langsung bergerilya
mencari kenalan (sekaligus gebetan). Tiba-tiba saja kita menjadi seseorang yang
murah hati dan rajin senyum demi memberi kesan bahwa kita adalah orang
menyenangkan sehingga mahasiswa baru lainnya mau berteman dengan kita. Yang
jelas pada saat itu tak ada waktu untuk memilih-milih teman. Pokoknya siapa
yang kebetulan duduk di sebelah kanan, kiri, depan dan belakang sudah langsung
di-sok akrab-in.
Karena ketika
sudah memiliki teman, tentu secara mental kita juga merasa lebih kuat. Kita
merasa lebih nyaman saat menghadapi senior atau menjalani hukuman, karena kita
tau ada teman yang akan mendukung kita. Bahkan dengan memiliki teman selama
masa ospek, mendapat hukuman bukan lagi menjadi hal yang menakutkan tetapi
menjadi sesuatu yang ditertawakan sama-sama.
Beberapa kasus
pernah saya dengar dimana mahasiswa baru terluka atau malah kehilangan nyawa
saat masa orientasi. Menurut saya itu tergantung sikap si mahasiswa baru itu sendiri. Saya
pernah menyaksikan sesama mahasiswa baru ‘dikerjain’ habis-habisan oleh para
senior. Pasalnya, dia menunjukkan sikap yang sangat menyebalkan, selalu ingin
telihat menonjol, merasa paling ganteng dan cenderung tidak sopan. Pokoknya
nggak bisa jaga sikap banget, minta ditinju.
Kalau saya dulu
selalu berusaha untuk tidak terlihat menonjol, misalnya dengan petantang-petenteng
atau sebaliknya terlihat kuper yang tentu saja tetap menarik perhatian
pemangsa. Terlihat akrab dengan banyak mahasiswa baru lainnya juga membuat
senior berpikir dua kali jika ingin berbuat macam-macam karena dia tau kita ada
yang ‘melindungi’.
Tidak tertutup
kemungkinan juga memang ada oknum senior yang memang sakit jiwa, yang punya
naluri untuk menyiksa anak orang. Untuk menghadapi senior seperti ini kita
tentu harus punya sikap. Dalam pelaksanaan orientasi tentu ada
peraturan-peraturan yang bukan hanya berlaku pada mahasiswa baru, tetapi juga
para senior. Salah satunya adalah hukuman tidak boleh dalam bentuk kontak
fisik. Jadi jika terjadi kontak fisik,
jangan diam saja. Balas tampar atau pukul kalau dipukul lalu laporkan ke
panitia ospek. Itu sebabnya perlu segera memiliki teman, dan usahakan tidak
sendirian agar memiliki saksi mata.
Pelaksanaan
kegiatan ospek juga lokasinya jelas yaitu disekitar lingkungan kampus dan
umumnya bukan diruangan tertutup. Jadi
kalau diajak oleh senior keluar dari lingkungan kampus atau ruangan tertentu
yang sama sekali tidak dijelaskan dalam peraturan kegiatan ospek, jangan mau.
Makanya saya bilang kita juga perlu punya sikap. Bukan berarti karena kita
mahasiswa baru lalu manut saja diperlakukan dan dibawa kemana saja oleh senior.
Itu sebabnya
sejak awal pembekalan ospek, pelajari semua peraturan, hak dan kewajiaban
peserta ospek. Tanyakan segala sesuatu yang belum jelas dan konsultasi kan
beberapa kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi selama pelaksanaan ospek.
Sehingga ketika nanti dalam pelaksaan ospek ada yang aneh-aneh, kita bisa langsung tau dan
antisipasi, bukan hanya sekedar mengikuti dan menjadi ‘korban’.
0 komentar:
Posting Komentar