/ Foto & Grafis : Harrys / |
Dulu waktu saya masih SMA, saya dan teman-teman saya yang
berjenis kelamin laki-laki ngakunya ngefans sama Metallica,
Guns N Roses, Sepultura…pokoknya sok berselera musik yang jantan begitu.
Kalau dikasih pertanyaan ‘suka AB Three nggak?’,
jawabnya pasti melenceng dari pertanyaan dan malah balik bertanya: ‘yang sering menang
festival luar negeri kan?’, ‘yang penyanyi trio
kan?’. Pokoknya susah banget untuk menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’.
Maklum jaga gengsi, dulu salah satu cara anak-anak remaja cowok menjaga wibawa
adalah tidak ngefans dengan penyanyi cewek. Konyol memang,
tetapi begitulah kenyataannya.
Tetapi kalau pertanyaannya diganti dengan ‘siapa personil AB
Three yang loe taksir?’, langsung pada semangat dan rebutan menjawab
sesuai selera masing-masing.
Saya sendiri pasti memilih Nola. Alasannya? Suka
aja! Type jawaban standar dari orang yang malas berpikir. Ada
yang memilih Widi karena katanya doski imut, enak untuk ditimang-timang. Yang
paling aneh biasanya yang milih Lusy. Alasannya? Karena katanya Lusy kayak
laki-laki. Astaga! Padahal yang menjawab itu cowok lho!
Saya pertama kali mengenal trio ini saat mulai sering
tampil diacara Bagus & Bagus TVRI. Biasanya di
acara ini banyak penyanyi yang tadinya solois digabung menjadi tiga, empat,
lima, tetapi belum pernah seramai JKT48 yang jumlahnya warga
sekompleks perumahan itu. Ada AB Voices, AB Club dan
lain-lain tetapi sejak awal memang AB Three yang paling
menonjol. Menonjol dalam arti bakat dan aura bintangnya, bukan menonjol pada bagian
tubuh tertentu if you know what I mean.
Get into the Heat |
Selanjutnya saya mulai suka, eh sebenarnya mulai ngefans saat
melihat mereka di TVRI, tetapi nggak mau ngaku secara frontal.
Biasalah, cowok suka gengsi ngefans sama artis cewek.
Jadi di
layar kaca saya melihat cewek-cewek ini menari dan menyanyi sambil memakai
sepatu hak tinggi saat mengikuti festival gerak dan lagu di luar negeri. Trus,
menang pula!
Bukan menari yang a la ondel-ondel atau yang
sebatas nungging-nungging standar atau yang sedang hits saat
ini: goyang kucek-bilas-jemur dan joged bedah caesar, tetapi joged
yang lincah loncat-loncat indah dan sesekali salto di udara.
Oh, sebenarnya tidak benar-benar salto di udara, tetapi
tingkat kesulitannya kurang lebih relatif sama. Jadi ketika sekarang saya
melihat Beyonce bangga bisa joged-joged sambil memakai sepatu
hak tinggi, maaf-maaf saja ya ‘Nce…AB Three dulu sudah
melakukannya. Bedanya, AB Three melakukannya sambil memakai
baju lengkap.
Lulus SMA saya tidak lagi mengikuti kiprah AB Three karena
sibuk kuliah kemudian bekerja. Tau-tau saya mendengar kabar bahwa Lusy keluar
dari AB Three dan digantikan Cynthia Lamusu. Nama Cynthia
sendiri bukan nama yang asing buat saya. Dulu Cynthia juga termasuk yang
menonjol di acara Bagus & Bagus TVRI, baik sebagai solois maupun sebagai trio.
Ya, Cynthia juga dulu pernah dibentuk dalam format trio seperti
AB Three. Saya sudah lupa siapa nama dua anggota lainnya, yang jelas bukan Indra
Bekti dan Cici Paramida. Lalu kemudian AB Three mengganti
nama menjadi Be3 (baca : Be Three).
Selamat Datang Cinta |
Ketika mendengar kabar bahwa Be3 akan menggelar konser
perdana tadi malam (3 November 2013) setelah 20 tahun berkiprah di dunia musik
Indonesia, tentu saja saya sangat antusias.
Masa remaja saya lalui tumbuh
bersama lagu-lagu mereka dan menyaksikan mereka wara-wiri dilayar kaca lewat
video klip, penampilan di TV dan iklan.
Dulu sempat trend setiap
kali turun hujan anak-anak perempuan langsung rusuh cari payung, lalu berdiri
dibawah talang air sambil memakai payung dan bersenandung “dua hati,
yang terpadu…”.
Saya punya dan hafal luar kepala album Cintailah
Aku, Kerinduanku dan Nyanyian Cintamu. Lagu paling
favorit saya adalah Pertemuan Kita dan Tak Kan
Berhenti. Album selanjutnya saya tau tetapi sudah tidak hafal lagi. Maaf,
karena seiring usia bertambah, kemampuan menghafal lagu-lagu juga sudah
berkurang.
Saya sendiri nyaris tidak mendapatkan tiket konser Be3 ini karena
miskomunikasi dengan teman-teman yang tadinya janjian mau membeli tiket dan
nonton bareng. Pada akhirnya hanya saya sendiri yang berhasil mendapatkan tiket
konser atas bantuan salah seorang Be Friends (sebutan
untuk penggemar Be3), dan saya juga nontonnya pergi sendiri. Biasanya saya
paling malas nonton konser sendirian, tetapi demi konser Be3 yang sudah saya
tunggu-tunggu sejak lama so’ the show must go on.
Konsernya digelar di Taman Ismail Marzuki
(TIM). Berhubung kawasan ini bukan daerah jajahan saya, maka saya browsing di
internet untuk mencari angkutan umum yang menuju atau setidaknya melewati
kawasan ini. Menurut Google dari daerah saya ada Kopaja P20
yang melewati TIM. Asyik, cuma bayar 3000, tak perlu ribet naik kendaraan
sendiri atau naik taksi. Indahnya dunia. Benarkah?
Andai Saja + Setelah Kau Hadir |
Di jalan saya mencegat Kopaja P20 yang sopirnya terkenal
‘pembalap’ itu. Saya tanya kondekturnya.
“Bang, lewat TIM gak?“.
Dia jawab, “Lewat!”. Bingo!
Singkat kata singkat cerita, setelah melalui beberapa
kawasan, saya tiba-tiba disuruh turun. Lho, saya kan sudah bayar ongkos.
“Sudah sampai, Mas”, katanya.
Saya memandang keluar? Ada pohon Beringin besar. Maksud loe? Saya disuruh
musryik menyembah pohon Beringin?
“Saya mau ke TIM, bang”, saya
protes dong.
“Iya, yang mau ke TIM turunnya disini”
Saya memandangi pohon Beringin yang berdiri menantang, tak
ada tulisan Taman Ismail Marzuki, juga tak ada tanda-tanda akan digelar konser
disini.
“Mas tinggal jalan aja ke arah sana”, ujar si kondektur sambil menunjuk arah sekedarnya,
sepertinya menunjuk ke langit.
“Trus, kalau saya jalan ke arah sana nanti pasti ketemu
TIM?”
“Belum tentu”, jawabnya
cuek. Oh, sepertinya ngajak berantem nih.
“Tadi katanya lewat TIM”, saya mengingatkan alasan saya menaiki ‘armada perang’
berwarna hijau dusta ini.
“Iya, memang lewat TIM…tapi bukan lewat dari depan”, si kondektur masih ngeles.
“Trus?”
“Lewat dari jauh”
Sialan. Itu sih bukan lewat namanya. Kalau bukan karena
mengejar waktu, sudah saya bakar tuh Kopaja, tetapi penumpang dan sopirnya saya
suruh keluar dulu biar tidak ikut terbakar.
Tak Kan Berhenti |
“Mas nggak marah kan?”, tanya
si Kondektur. Belum sempat saya jawab, Kopajanya sudah kabur duluan. Kurang
ajar! Saya melirik jam tangan saya. Whoaaa… sudah
jam 7.30. Saya melihat pohon Beringin di depan saya. Whoaaaaa…saya
langsung lari tunggang langgang takut keburu ada penampakan.
Sepanjang jalan
saya lari dan terus berlari. Saking semangatnya berlari, tiba-tiba saya sadar
saya melewati sebuah kawasan bertuliskaan Theater TIM. Ibarat film
kartun, pasti saya mengerem langkah saya dengan efek bunyi rem mendecit, lalu
berlari dengan gerakan mundur untuk memastikan.
“Bang, ini Taman Ismail Marzuki ya?”, tanya saya kepada penjual Nasi Goreng dialun-alun
depan kawasan yang saya curigai sebagai TIM itu.
“Bukan. Dealer Suzuki sebelah sono tuh, tapi jam segini
sudah tutup”, jawab si abang penuh
perhatian.
“Taman Ismail Marzuki, Bang. Bukan dealer Suzuki”
“Oh, Taman Ismail Marzuki? Bukan, ini bukan Taman Ismail
Marzuki…tapi TIM”. GUBRAK!!!!
Menuju gedung konser, saya langsung dicegat para calo tiket
memanggil-manggil saya.
"Be three, be three !", katanya. Apa'an sih? Udah dandan jantan gini kok masih saja
disangka personil Be3.
“Mas sudah punya tiket?”, tanya beberapa calo tiket yang langsung mengerubungi saya. Oh,
ternyata mau nawarin tiket.
“Sudah”
“Mau jual nggak?”
“Mau”
“Berapa?”
“Sepuluh juta”
“Kelas apa tuh?’
“Festival”
“Mahal banget”
“Lho, saya kan juga calo. Jual tiket harus mahal dong. Baru
jadi calo ya?”, bakat songong saya
langsung keluar.
“Nggak sih, tapi itu kemahalan, Mas”
“Ya nggak apa-apa, kalo nggak ada yang beli nanti tiketnya
saya pakai sendiri saja”
“Nggak rugi, Mas?”
“Oh enggak, saya kan orang kaya”. Dan si calo-pun menyingkir. Badak kok dilawan.
Rasakan itu!
Pertemuan Kita |
Tanpa membuang waktu, saya langsung memasuki gedung konser.
Sebagian bangku penonton VIP masih kosong. Asyik, mudah-mudahan nanti kosong
sampai kiamat supaya saya bisa duduk. Panggung masih ditutupi layar putih yang
menampilkan proyeksi sponsor.
Di atas panggung di depan layar penutup tampak Evan Sanders berdiri
menghadap kamera. Nggak tau lagi ngapain, nggak kedengaran dia ngomong apa.
Mungkin lagi baca puisi.
Konser dimulai setelah molor empat puluh lima menit dari
jadwal yang tertulis di tiket. Begitu layar penutup panggung mulai dibuka, saya
menoleh ke belakang. Aduh, semua kursi ternyata telah terisi penuh. Saya duduk
dimana dong?
Seorang tante-tante dibelakang memandangi saya dengan tatapan
penuh makna. Maaf tante, saya pria baik-baik…jadi tolong jangan tatap saya
seperti itu. Oh, ternyata doski memandangi saya sebagai kode. Bukan kode yang
gimana-gimana, tetapi kode yang menyuruh saya enyah dari depannya karena saya
menghalangi pandangannya ke panggung.
Oh, maaf, ternyata itu maksudnya. Saya
langsung kabur ke bagian sisi panggung dan tak berani noleh-noleh ke belakang
lagi.
JEDDERRRRRR!!!! Bunyi drum digebuk dari speaker sebesar lemari
brankas di sebelah saya langsung menghajar gendang telinga.
“Eh kontrol, eh kontrol…”, saya langsung latah dalam hati saking kagetnya. Saya
berdiri persis didekat speaker bertumpuk di bagian kanan
panggung. Panggung terdiri dari dua lantai yang dihubungkan dengan tangga a
la negeri dongeng yang membentuk setengah lingkaran dan anak tangganya
ditaburi pecahan kaca dan beling. Sumpe loe? Ini Be3 mau
konser atau main debus? Ternyata bukan pecahan kaca dan beling, tetapi sesuatu
bubuk rahasia yang membuat anak tangganya terlihat berkilauan dengan ornamen
bintik-bintik bercahaya.
Setelah Kau Hadir |
Di ujung tangga atas yaitu panggung lantai dua,
tampak Andi Rianto dengan gagahnya duduk di depan piano. Ya,
beliau adalah penata musik konser ini. Lalu dibelakang Andi Rianto muncul….eng-ing-eng: DORA the Explorer.
Bukan cuma satu Dora, tetapi tiga Dora sekaligus dengan ukuran yang
berbeda-beda. Kalau Dora yang di film kartun pakai baju monyet, maka Dora yang
diatas panggung ini memakai baju mirip kostum beladiri KungFu warna
hitam. Nola, Widi dan Cynthia muncul sambil
memakai wig a la Dora The Explorer,
langsung menggeber lagu pembuka Love Song di pinggir panggung
lantai dua.
Hati-hati Bu, jangan sampai jatuh lho.
Lalu kemudian
ketiganya berjalan menuruni tangga dengan lenggak-lenggok yang sengaja dibuat
berlebihan a la peragawati. Begitu berhasil menapak panggung
lantai satu dengan selamat sentosa, mereka langsung didampingi oleh dancers berjenis
kelamin perempuan yang juga memakai kostum serba hitam. Untuk pertama kalinya
saya melihat Widi, Nola dan Cynthia dengan mata kepala saya sendiri dari jarak
dekat. Minta cium dong! Lho!?
Segmen kedua dibuka dengan empat orang laki-laki
bertelanjang dada sambil membawa-bawa lentera berisi lilin. Melihat para pria
dengan kostum a
la India ini menjagai lilin yang menyala begitu, saya jadi mikir
kira-kira yang ngider keliling kampung siapa ya? Yang jelas bukan Be3 karena
mereka buru-buru muncul lagi dipanggung, mungkin mereka takut dicurigai sebagai
pihak yang ngider keliling kampung.
Satu persatu memasuki panggung dengan
gerakan teatrikal maju mundur sambil bungkuk-bungkuk kemudian membawakan
lagu Kasih dan Cintamu memakai kostum dewi Yunani versi mini
berwarna coklat susu. Eh, saya sebut warna ‘coklat muda’ saja, nggak enak
ngomong ‘coklat susu’. Tampak perhiasan bling-bling menghiasi
leher, tangan, mata kaki dan dengkul.
Cintailah Aku |
Setelah sejak tadi saya hanya bisa terpaku karena lagu-lagu
yang tidak begitu familiar di telinga saya, akhirnya saya mulai bisa sedikit
goyang saat Be3 menyanyikan lagu Get Into The Heat.
Untuk lagu ini Be3 didampingi tiga orang pria bertopi prajurit Romawi namun
berkostum army look. Perpaduan yang sebenarnya tidak
nyambung, tetapi tetap saja kelihatan keren.
Be3 bernyanyi a la ratu
sejagad, mereka bernyanyi tanpa harus pegang mike karena mike-nya
dipegangi oleh pasangan dancer-nya masing-masing yang terlihat
sedikit repot mengikuti gerakan Be3 yang super lincah karena mike harus
tetap berada di depan bibir masing-masing personil Be3.
Sebuah inovasi yang
keren: microphone yang bisa bergerak dan berdansa.
Saat mendapat kesempatan bernyanyi solo untuk lagu Peluk
Diriku, Nola tiba-tiba tidak kuasa melanjutkan nyanyiannya karena tidak
tahan untuk tertawa. Oh ternyata bukan tertawa, tetapi Nola menangis terharu.
Entah terharu karena lega akhirnya bisa menggelar konser setelah menunggu
selama 20 tahun atau terharu karena ingat momen Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober kemarin. Entahlah, hanya Nola dan Tuhan yang tau.
Guest Stars : Maya Hasan, 5 Romeo, Cherrybelle & Raisa |
Momen yang paling emosional adalah ketika giliran Cynthia
yang bernyanyi solo menyanyikan lagu Andai Saja (karya
Lusy), tiba-tiba dari panggung lantai dua muncul Lusy bernyanyi
lagu Setelah Kau Hadir (karya Cynthia) yang kemudian berlanjut
dengan duet yang apik saling mengerahkan dan mengadu kemampuan vokal yang
sama-sama dahsyat.
Untung di akhir lagu Nola dan Widi buru-buru muncul sebelum
Lusy dan Cynthia hanyut terbawa suasana sehingga akhirnya berkelahi benaran di
atas panggung. Namanya juga cewek. kalau sudah saingan, bisa gawat dunia persilatan.
Melihat Lusy,Nola, Widi dan Cynthia muncul dalam satu
panggung adalah salah satu momen spesial dari konser ini karena Lusy memang
adalah bagian penting dari eksistensi Be3 di tujuh tahun pertama karir
musik AB Three sebelum kemudian digantikan oleh Cynthia lalu
berubah nama menjadi Be3.
Lalu mereka berempat dengan kostum Thinkerbell (nama
peri dalam cerita Peter Pan)
berwarna pastel dan topi Justin Timberlake menggeber
lagu wajib AB Three ditahun 90’an dulu yaitu Tak Kan Berhenti dengan
koreografi yang sama seperti dulu yaitu gerakan berputar-putar tanpa pusing
kepala, sambil sesekali menendang udara ke kanan dan kiri. Bahkan intro-nya
sempat membuat saya pangling, saya pikir mereka akan menyanyikan lagu Masa
Muda Menanti.
Kerinduanku, Apa Adanya + Bernyanyi Dari Hati |
“Ku rentangkan tangan-tangan kecilku, raih kemenangan…”. Ini adalah lagu pertama yang dulu membuat saya suka AB
Three, itu sebabnya saya tidak tahan untuk ikut bernyanyi dan sedikit goyang
badan.
Ya, cuma sedikit karena saya berdiri persis di sebelah suami-suami
para personil Be3 : Baldi (suami
Nola), Surya
Saputra (suami Cynthia) dan Dwi Sasono (suami
Widi). Sesama lelaki harus harus menjaga wibawa masing-masing dong.
Oh ya, para suami siaga ini juga pada satu kesempatan
tiba-tiba naik keatas panggung untuk memberi minum dan menyeka keringat istri
masing-masing. Para istri yang kaget dengan perhatian sang suami langsung
girang. Untungnya dengan dandanan dan kostum yang nyaris sama (hanya beda
warna), para suami idaman ini masih bisa mengenali istri masing-masing tanpa
ada kejadian salah pegang istri orang.
Lalu kemudian ada segmen dimana masing-masing personil Be3
pamer kemampuan menguasai budaya leluhurnya. Segmen dibuka dengan penampilan Maya Hasan memainkan
harpa, lalu Be3 muncul diatas panggung memakai busana warna cerah dengan model
kostum bidadari kayangan yang khas dengan selendang yang menjuntai panjang.
Tiba-tiba saya ingin jadi Ken Arok. Eh, yang mencuri selendang para bidadari di
cerita rakyat itu Ken Arok atau Jaka Tingkir ya?
Hasratku + Optimis |
Dengan diiringi
harpa yang dipetik oleh Maya Hasan, Be3 menyanyikan lagu Suaramu. Namun
tiba-tiba ditengah lagu Widi yang berdarah Sunda menyanyikan verse lagu
ini dengan gaya sinden. Sungguh sebuah kejutan yang sontak membuat penonton
riuh tepuk tangan.
Lalu kemudian Nola yang berdarah Minang (tapi mengaku
Spanyol) melakukan atraksi tari piring dengan sangat lihai sambil disemangati
tepuk tangan penonton. Tak ketinggalan Cynthia yang berasal dari Gorontalo
pamer kemampuannya memainkan alat musik tradisional tifa.
Setelah puas
bernarsis-ria dengan suku asal masing-masing, tiba-tiba Nola, Widi dan Cynthia
berubah menjadi inang-inang Batak lengkap dengan logatnya yang khas saat
berdialog.
Lalu dengan gaya yang kocak, suara yang melengking setinggi atmosfir
dan rahang yang bergetar-getar khas penyanyi perempuan tradisional Batak saat
bernyanyi penuh penghayatan, Be3 membawakan lagu Dirimu Satu milik Bornok
Hutauruk. Sontak seisi gedung langsung bergemuruh dengan campuran tawa,
tepuk tangan dan teriakan kagum.
Bagaimana tidak
kagum, meski dengan ekspresi dan gerakan-gerakan konyol, harmonisasi vokal Be3
tetap terjaga, apalagi pas bagian chorus yang dibikin dengan
gaya choir : “Kini dirimu satu satu ku rindu. Kini
namamu satu ku seru…”. Dahsyat!!!
Selanjutnya Be3
mempersembahkan segmen tribute to trio dimana
Be3 menyanyikan lagu-lagu dari trio penyanyi yang pernah mengharu biru blantika
musik Indonesia. Mulai dari lagu milik Lingua, Rida Sita
Dewi, Tiga Diva, Tiga Dara, Trio Libels dan lain-lain. Ketiganya
bahkan turun dari panggung. Nah, saat turun dari panggung ini Nola benar-benar
lewat dari depan saya.
Saya sudah pasang
aksi supaya Nola melihat saya dan naksir di tempat, tetapi ternyata Nola tidak
peduli dan terus berlalu. Kasian deh saya. She was one of my
celebrities crush when I was a boy! Mau nyolek, tetapi tidak berani
karena saya kan sudah bilang tadi bahwa suaminya duduk persis disebelah saya
berdiri. Badannya lebih gede dari saya, man!
Be3 feat. Lusy Rahmawati |
Bertiga
mereka mendatangi barisan bangku penonton VIP untuk bisa
bernyanyi dengan para penyanyi aslinya seperti Titi DJ, Ruth Sahanaya, KD, Edwin Manansang dan Ronny Sianturi.
Di barisan
penonton VIP lainnya juga tampak Rossa, Melly Goeslaw, Titiek Puspa, Mario & Hedy Yunus (Kahitna),
Guruh Soekarnoputra, Ubiet (pelatih vokal), Dian HP dan banyak
lagi wajah-wajah yang sering saya lihat di TV dan majalah tetapi saya tidak tau
namanya siapa.
Saat
giliran menyanyikan lagu Nona Manis milik Tiga
Dara, justru Mona Ratuliu yang berdiri
dan heboh bergoyang. Mungkin sebelumnya Ita Purnamasari, Paramitha Rusady dan Silvana Herman sudah
menitahkan Mona untuk mewakili mereka.
Yang paling mengundang tawa adalah Be3
menutup segmen ini dengan menyanyikan lagu Trio Kwek-Kwek : “Ku takut mamaku marah. Ku takut papaku marah. Kalau terlambat sekolah”. Sebuah ide
segar untuk segmen yang mengundang tawa sekaligus cerdas.
Setiap perpindahan segmen di-isi dengan penampilan bintang
tamu yang menyanyikan lagu-lagu Be3 seperti 5 Romeo membawakan
lagu Salam
Cinta Pertama, lalu CherryBelle menyanyikan
lagu Ayaya dan Raisa untuk
lagu Tetap
Menunggu.
Kasih & Cintamu |
Saat menyanyikan lagu Kerinduanku, Be3 seperti
membawa visualisasi video clip yang tematik itu ke atas
panggung. Video clip Kerindukanku identik
dengan hujan dan payung transparan.
Dan itulah ornamen yang dihadirkan oleh Be3
ke atas panggung, bernyanyi berbalut mantel plastik warna putih sambil memakai
payung dibawah siraman rinai efek hujan diatas panggung.
Ya, benar-benar turun
hujan di atas panggung dengan suasana yang temaram dan orang-orang lalu lalang.
Dramatis!
Setelah sukses dengan efek hujan diatas panggung, otomatis
panggung basah oleh air. Dari kanan kiri panggung bermunculan sosok-sosok hitam
membawa tongkat pel. Astaga, apa tidak bisa panggung ditutup layar dulu agar
para kru panggung ini bisa mengepel panggung tanpa disaksikan oleh para
penonton. Apa indahnya melihat orang mengepel lantai?
Oh, ternyata adegan mengepel lantai ini juga merupakan
bagian dari pertunjukan karena lama-lama gerakan ngepel-nya kok begitu amat,
mulai goyang-goyang pinggul seperti Inem Pelayan Seksi, terlalu elegan untuk
hanya sekedar ngepel dan kemudian mengikuti gerakan musik dan menjadi tarian
yang mengiringi Be3 bernyanyi
untuk lagu selanjutnya yaitu Auraku. Mantap!
Auraku |
Tak terasa,
penonton baru tersadar bahwa konser sudah berakhir saat Be3 mempersembahkan lagu
terbarunya yang tulis oleh Andi Rianto bersama Be3 berjudul Bernyanyi Dari Hati yang bertempo lincah dan riang.
Sambil menapak tangga menuju
panggung lantai dua, Be3 memperkenalkan satu persatu penanggung jawab teknis
konser ini, mengucapkan terima kasih kepada penonton dan pihak sponsor dan
konser resmi berakhir saat layar kembali menutupi panggung.