01/03/14

Microphone Yang Bisa Berdansa Di Konser BE3



/ Foto & Grafis : Harrys / 

Dulu waktu saya masih SMA, saya dan teman-teman saya yang berjenis kelamin laki-laki ngakunya ngefans sama Metallica, Guns N Roses, Sepultura…pokoknya sok berselera musik yang jantan begitu. Kalau dikasih pertanyaan ‘suka AB Three nggak?’, jawabnya pasti melenceng dari pertanyaan dan malah balik bertanya: ‘yang sering menang festival luar negeri kan?’, ‘yang penyanyi trio kan?’. Pokoknya susah banget untuk menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’

Maklum jaga gengsi, dulu salah satu cara anak-anak remaja cowok menjaga wibawa adalah tidak ngefans dengan penyanyi cewek. Konyol memang, tetapi begitulah kenyataannya. 

Tetapi kalau pertanyaannya diganti dengan ‘siapa personil AB Three yang loe taksir?’,  langsung pada semangat dan rebutan menjawab sesuai selera masing-masing. 

Saya sendiri pasti memilih Nola. Alasannya? Suka aja! Type jawaban standar dari orang yang malas berpikir. Ada yang memilih Widi karena katanya doski imut, enak untuk ditimang-timang. Yang paling aneh biasanya yang milih Lusy. Alasannya? Karena katanya Lusy kayak laki-laki. Astaga! Padahal yang menjawab itu cowok lho!


Saya pertama kali mengenal trio ini saat mulai sering tampil diacara Bagus & Bagus TVRI. Biasanya di acara ini banyak penyanyi yang tadinya solois digabung menjadi tiga, empat, lima, tetapi belum pernah seramai JKT48 yang jumlahnya warga sekompleks perumahan itu. Ada AB Voices, AB Club dan lain-lain  tetapi sejak awal memang AB Three yang paling menonjol. Menonjol dalam arti bakat dan aura bintangnya, bukan menonjol pada bagian tubuh tertentu if you know what I mean


Get into the Heat

Selanjutnya saya mulai suka, eh sebenarnya mulai ngefans saat melihat mereka di TVRI, tetapi nggak mau ngaku secara frontal. Biasalah, cowok suka gengsi ngefans sama artis cewek. 

Jadi di layar kaca saya melihat cewek-cewek ini menari dan menyanyi sambil memakai sepatu hak tinggi saat mengikuti festival gerak dan lagu di luar negeri. Trus, menang pula! 

Bukan menari yang a la ondel-ondel atau yang sebatas nungging-nungging standar atau yang sedang hits saat ini: goyang kucek-bilas-jemur dan joged bedah caesar, tetapi joged yang lincah loncat-loncat indah dan sesekali salto di udara.

Oh, sebenarnya tidak benar-benar salto di udara, tetapi tingkat kesulitannya kurang lebih relatif sama. Jadi ketika sekarang saya melihat Beyonce bangga bisa joged-joged sambil memakai sepatu hak tinggi, maaf-maaf saja ya ‘Nce…AB Three dulu sudah melakukannya. Bedanya, AB Three melakukannya sambil memakai baju lengkap.


Lulus SMA saya tidak lagi mengikuti kiprah AB Three karena sibuk kuliah kemudian bekerja. Tau-tau saya mendengar kabar bahwa Lusy keluar dari AB Three dan digantikan Cynthia Lamusu. Nama Cynthia sendiri bukan nama yang asing buat saya. Dulu Cynthia juga termasuk yang menonjol di acara Bagus & Bagus TVRI, baik sebagai solois maupun sebagai trio. Ya, Cynthia juga dulu pernah dibentuk dalam format trio seperti AB Three. Saya sudah lupa siapa nama dua anggota lainnya, yang jelas bukan Indra Bekti dan Cici Paramida. Lalu kemudian AB Three mengganti nama menjadi Be3 (baca : Be Three).

Selamat Datang Cinta

Ketika mendengar kabar bahwa Be3 akan menggelar konser perdana tadi malam (3 November 2013) setelah 20 tahun berkiprah di dunia musik Indonesia, tentu saja saya sangat antusias. 

Masa remaja saya lalui tumbuh bersama lagu-lagu mereka dan menyaksikan mereka wara-wiri dilayar kaca lewat video klip, penampilan di TV dan iklan. 

Dulu sempat trend setiap kali turun hujan anak-anak perempuan langsung rusuh cari payung, lalu berdiri dibawah talang air sambil memakai payung dan bersenandung “dua hati, yang terpadu…”.

Saya punya dan hafal luar kepala album Cintailah AkuKerinduanku dan Nyanyian Cintamu. Lagu paling favorit saya adalah Pertemuan Kita dan Tak Kan Berhenti. Album selanjutnya saya tau tetapi sudah tidak hafal lagi. Maaf, karena seiring usia bertambah, kemampuan menghafal lagu-lagu juga sudah berkurang. 

Saya sendiri nyaris tidak mendapatkan tiket konser Be3 ini karena miskomunikasi dengan teman-teman yang tadinya janjian mau membeli tiket dan nonton bareng. Pada akhirnya hanya saya sendiri yang berhasil mendapatkan tiket konser atas bantuan salah seorang Be Friends (sebutan untuk penggemar Be3), dan saya juga nontonnya pergi sendiri. Biasanya saya paling malas nonton konser sendirian, tetapi demi konser Be3 yang sudah saya tunggu-tunggu sejak lama so’ the show must go on.


Konsernya digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM). Berhubung kawasan ini bukan daerah jajahan saya, maka saya browsing di internet untuk mencari angkutan umum yang menuju atau setidaknya melewati kawasan ini. Menurut Google dari daerah saya ada Kopaja P20 yang melewati TIM. Asyik, cuma bayar 3000, tak perlu ribet naik kendaraan sendiri atau naik taksi. Indahnya dunia. Benarkah?


Andai Saja + Setelah Kau Hadir

Di jalan saya mencegat Kopaja P20 yang sopirnya terkenal ‘pembalap’ itu. Saya tanya kondekturnya.
Bang, lewat TIM gak?“. Dia jawab, “Lewat!”. Bingo!

Singkat kata singkat cerita, setelah melalui beberapa kawasan, saya tiba-tiba disuruh turun. Lho, saya kan sudah bayar ongkos.

“Sudah sampai, Mas”, katanya. Saya memandang keluar? Ada pohon Beringin besar. Maksud loe? Saya disuruh musryik menyembah pohon Beringin?

“Saya mau ke TIM, bang”, saya protes dong.
“Iya, yang mau ke TIM turunnya disini”
Saya memandangi pohon Beringin yang berdiri menantang, tak ada tulisan Taman Ismail Marzuki, juga tak ada tanda-tanda akan digelar konser disini.

“Mas tinggal jalan aja ke arah sana”, ujar si kondektur sambil menunjuk arah sekedarnya, sepertinya menunjuk ke langit.
“Trus, kalau saya jalan ke arah sana nanti pasti ketemu TIM?”
“Belum tentu”, jawabnya cuek. Oh, sepertinya ngajak berantem nih.
“Tadi katanya lewat TIM”, saya mengingatkan alasan saya menaiki ‘armada perang’ berwarna hijau dusta ini.
“Iya, memang lewat TIM…tapi bukan lewat dari depan”, si kondektur masih ngeles.
“Trus?
“Lewat dari jauh”

Sialan. Itu sih bukan lewat namanya. Kalau bukan karena mengejar waktu, sudah saya bakar tuh Kopaja, tetapi penumpang dan sopirnya saya suruh keluar dulu biar tidak ikut terbakar.


Tak Kan Berhenti

“Mas nggak marah kan?”, tanya si Kondektur. Belum sempat saya jawab, Kopajanya sudah kabur duluan. Kurang ajar! Saya melirik jam tangan saya. Whoaaa… sudah jam 7.30. Saya melihat pohon Beringin di depan saya. Whoaaaaa…saya langsung lari tunggang langgang takut keburu ada penampakan. 

Sepanjang jalan saya lari dan terus berlari. Saking semangatnya berlari, tiba-tiba saya sadar saya melewati sebuah kawasan bertuliskaan Theater TIM. Ibarat film kartun, pasti saya mengerem langkah saya dengan efek bunyi rem mendecit, lalu berlari dengan gerakan mundur untuk memastikan.

“Bang, ini Taman Ismail Marzuki ya?”, tanya saya kepada penjual Nasi Goreng dialun-alun depan kawasan yang saya curigai sebagai TIM itu.
“Bukan. Dealer Suzuki sebelah sono tuh, tapi jam segini sudah tutup”, jawab si abang penuh perhatian.
“Taman Ismail Marzuki, Bang. Bukan dealer Suzuki”
“Oh, Taman Ismail Marzuki? Bukan, ini bukan Taman Ismail Marzuki…tapi TIM”. GUBRAK!!!!
Menuju gedung konser, saya langsung dicegat para calo tiket memanggil-manggil saya.

"Be three, be three !", katanya. Apa'an sih? Udah dandan jantan gini kok masih saja disangka personil Be3.

“Mas sudah punya tiket?”, tanya beberapa calo tiket yang langsung mengerubungi saya. Oh, ternyata mau nawarin tiket.
“Sudah”
“Mau jual nggak?”
“Mau”
“Berapa?”
“Sepuluh juta”
“Kelas apa tuh?’
“Festival”
“Mahal banget”
“Lho, saya kan juga calo. Jual tiket harus mahal dong. Baru jadi calo ya?”, bakat songong saya langsung keluar.

“Nggak sih, tapi itu kemahalan, Mas”
“Ya nggak apa-apa, kalo nggak ada yang beli nanti tiketnya saya pakai sendiri saja”
“Nggak rugi, Mas?”

“Oh enggak, saya kan orang kaya”. Dan si calo-pun menyingkir. Badak kok dilawan. Rasakan itu!


Pertemuan Kita

Tanpa membuang waktu, saya langsung memasuki gedung konser. Sebagian bangku penonton VIP masih kosong. Asyik, mudah-mudahan nanti kosong sampai kiamat supaya saya bisa duduk. Panggung masih ditutupi layar putih yang menampilkan proyeksi sponsor. 

Di atas panggung di depan layar penutup tampak Evan Sanders berdiri menghadap kamera. Nggak tau lagi ngapain, nggak kedengaran dia ngomong apa. Mungkin lagi baca puisi.

Konser dimulai setelah molor empat puluh lima menit dari jadwal yang tertulis di tiket. Begitu layar penutup panggung mulai dibuka, saya menoleh ke belakang. Aduh, semua kursi ternyata telah terisi penuh. Saya duduk dimana dong? 

Seorang tante-tante dibelakang memandangi saya dengan tatapan penuh makna. Maaf tante, saya pria baik-baik…jadi tolong jangan tatap saya seperti itu. Oh, ternyata doski memandangi saya sebagai kode. Bukan kode yang gimana-gimana, tetapi kode yang menyuruh saya enyah dari depannya karena saya menghalangi pandangannya ke panggung. 
Oh, maaf, ternyata itu maksudnya. Saya langsung kabur ke bagian sisi panggung dan tak berani noleh-noleh ke belakang lagi.

JEDDERRRRRR!!!! Bunyi drum digebuk dari speaker sebesar lemari brankas di sebelah saya langsung menghajar gendang telinga.


“Eh kontrol, eh kontrol…”, saya langsung latah dalam hati saking kagetnya. Saya berdiri persis didekat speaker bertumpuk di bagian kanan panggung. Panggung terdiri dari dua lantai yang dihubungkan dengan tangga a la negeri dongeng yang membentuk setengah lingkaran dan anak tangganya ditaburi pecahan kaca dan beling. Sumpe loe? Ini Be3 mau konser atau main debus? Ternyata bukan pecahan kaca dan beling, tetapi sesuatu bubuk rahasia yang membuat anak tangganya terlihat berkilauan dengan ornamen bintik-bintik bercahaya.


Setelah Kau Hadir

Di ujung tangga atas yaitu panggung lantai dua, tampak Andi Rianto dengan gagahnya duduk di depan piano. Ya, beliau adalah penata musik konser ini. Lalu dibelakang Andi Rianto muncul….eng-ing-engDORA the Explorer

Bukan cuma satu Dora, tetapi tiga Dora sekaligus dengan ukuran yang berbeda-beda. Kalau Dora yang di film kartun pakai baju monyet, maka Dora yang diatas panggung ini memakai baju mirip kostum beladiri KungFu warna hitam. Nola, Widi dan Cynthia muncul sambil memakai wig a la Dora The Explorer, langsung menggeber lagu pembuka Love Song di pinggir panggung lantai dua. 
Hati-hati Bu, jangan sampai jatuh lho

Lalu kemudian ketiganya berjalan menuruni tangga dengan lenggak-lenggok yang sengaja dibuat berlebihan a la peragawati. Begitu berhasil menapak panggung lantai satu dengan selamat sentosa, mereka langsung didampingi oleh dancers berjenis kelamin perempuan yang juga memakai kostum serba hitam. Untuk pertama kalinya saya melihat Widi, Nola dan Cynthia dengan mata kepala saya sendiri dari jarak dekat. Minta cium dong! Lho!?


Segmen kedua dibuka dengan empat orang laki-laki bertelanjang dada sambil membawa-bawa lentera berisi lilin. Melihat para pria dengan kostum a la India ini menjagai lilin yang menyala begitu, saya jadi mikir kira-kira yang ngider keliling kampung siapa ya? Yang jelas bukan Be3 karena mereka buru-buru muncul lagi dipanggung, mungkin mereka takut dicurigai sebagai pihak yang ngider keliling kampung. 

Satu persatu memasuki panggung dengan gerakan teatrikal maju mundur sambil bungkuk-bungkuk kemudian membawakan lagu Kasih dan Cintamu memakai kostum dewi Yunani versi mini berwarna coklat susu. Eh, saya sebut warna ‘coklat muda’ saja, nggak enak ngomong ‘coklat susu’. Tampak perhiasan bling-bling menghiasi leher, tangan, mata kaki dan dengkul.

Cintailah Aku

Setelah sejak tadi saya hanya bisa terpaku karena lagu-lagu yang tidak begitu familiar di telinga saya, akhirnya saya mulai bisa sedikit goyang saat Be3 menyanyikan lagu Get Into The Heat

Untuk lagu ini Be3 didampingi tiga orang pria bertopi prajurit Romawi namun berkostum army look. Perpaduan yang sebenarnya tidak nyambung, tetapi tetap saja kelihatan keren. 

Be3 bernyanyi a la ratu sejagad, mereka bernyanyi tanpa harus pegang mike karena mike-nya dipegangi oleh pasangan dancer-nya masing-masing yang terlihat sedikit repot mengikuti gerakan Be3 yang super lincah karena mike harus tetap berada di depan bibir masing-masing personil Be3. 
Sebuah inovasi yang keren: microphone yang bisa bergerak dan berdansa.


Saat mendapat kesempatan bernyanyi solo untuk lagu Peluk Diriku, Nola tiba-tiba tidak kuasa melanjutkan nyanyiannya karena tidak tahan untuk tertawa. Oh ternyata bukan tertawa, tetapi Nola menangis terharu. Entah terharu karena lega akhirnya bisa menggelar konser setelah menunggu selama 20 tahun atau terharu karena ingat momen Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober kemarin. Entahlah, hanya Nola dan Tuhan yang tau.


Guest Stars : Maya Hasan, 5 Romeo, Cherrybelle & Raisa

Momen yang paling emosional adalah ketika giliran Cynthia yang bernyanyi solo menyanyikan lagu Andai Saja (karya Lusy), tiba-tiba dari panggung lantai dua muncul Lusy bernyanyi lagu Setelah Kau Hadir (karya Cynthia) yang kemudian berlanjut dengan duet yang apik saling mengerahkan dan mengadu kemampuan vokal yang sama-sama dahsyat. 

Untung di akhir lagu Nola dan Widi buru-buru muncul sebelum Lusy dan Cynthia hanyut terbawa suasana sehingga akhirnya berkelahi benaran di atas panggung. Namanya juga cewek. kalau sudah saingan, bisa gawat dunia persilatan.

Melihat Lusy,Nola, Widi dan Cynthia muncul dalam satu panggung adalah salah satu momen spesial dari konser ini karena Lusy memang adalah bagian penting dari eksistensi Be3 di tujuh tahun pertama karir musik AB Three sebelum kemudian digantikan oleh Cynthia lalu berubah nama menjadi Be3.


Lalu mereka berempat dengan kostum Thinkerbell (nama peri dalam cerita Peter Pan) berwarna pastel dan topi Justin Timberlake menggeber lagu wajib AB Three ditahun 90’an dulu yaitu Tak Kan Berhenti dengan koreografi yang sama seperti dulu yaitu gerakan berputar-putar tanpa pusing kepala, sambil sesekali menendang udara ke kanan dan kiri. Bahkan intro-nya sempat membuat saya pangling, saya pikir mereka akan menyanyikan lagu Masa Muda Menanti.


Kerinduanku, Apa Adanya + Bernyanyi Dari Hati

“Ku rentangkan tangan-tangan kecilku, raih kemenangan…”. Ini adalah lagu pertama yang dulu membuat saya suka AB Three, itu sebabnya saya tidak tahan untuk ikut bernyanyi dan sedikit goyang badan. 
Ya, cuma sedikit karena saya  berdiri persis di sebelah suami-suami para personil Be3 : Baldi (suami Nola), Surya Saputra (suami Cynthia) dan Dwi Sasono (suami Widi). Sesama lelaki harus harus menjaga wibawa masing-masing dong.

Oh ya, para suami siaga ini juga pada satu kesempatan tiba-tiba naik keatas panggung untuk memberi minum dan menyeka keringat istri masing-masing. Para istri yang kaget dengan perhatian sang suami langsung girang. Untungnya dengan dandanan dan kostum yang nyaris sama (hanya beda warna), para suami idaman ini masih bisa mengenali istri masing-masing tanpa ada kejadian salah pegang istri orang.

Lalu kemudian ada segmen dimana masing-masing personil Be3 pamer kemampuan menguasai budaya leluhurnya. Segmen dibuka dengan penampilan Maya Hasan memainkan harpa, lalu Be3 muncul diatas panggung memakai busana warna cerah dengan model kostum bidadari kayangan yang khas dengan selendang yang menjuntai panjang. Tiba-tiba saya ingin jadi Ken Arok. Eh, yang mencuri selendang para bidadari di cerita rakyat itu Ken Arok atau Jaka Tingkir ya?


Hasratku + Optimis

Dengan diiringi harpa yang dipetik oleh Maya Hasan, Be3 menyanyikan lagu Suaramu. Namun tiba-tiba ditengah lagu Widi yang berdarah Sunda menyanyikan verse lagu ini dengan gaya sinden. Sungguh sebuah kejutan yang sontak membuat penonton riuh tepuk tangan. 

Lalu kemudian Nola yang berdarah Minang (tapi mengaku Spanyol) melakukan atraksi tari piring dengan sangat lihai sambil disemangati tepuk tangan penonton. Tak ketinggalan Cynthia yang berasal dari Gorontalo pamer kemampuannya memainkan alat musik tradisional tifa.

Setelah puas bernarsis-ria dengan suku asal masing-masing, tiba-tiba Nola, Widi dan Cynthia berubah menjadi inang-inang Batak lengkap dengan logatnya yang khas saat berdialog. 

Lalu dengan gaya yang kocak, suara yang melengking setinggi atmosfir dan rahang yang bergetar-getar khas penyanyi perempuan tradisional Batak saat bernyanyi penuh penghayatan, Be3 membawakan lagu Dirimu Satu milik Bornok Hutauruk. Sontak seisi gedung langsung bergemuruh dengan campuran tawa, tepuk tangan dan teriakan kagum.

Bagaimana tidak kagum, meski dengan ekspresi dan gerakan-gerakan konyol, harmonisasi vokal Be3 tetap terjaga, apalagi pas bagian chorus yang dibikin dengan gaya choir : “Kini dirimu satu satu ku rindu. Kini namamu satu ku seru…”. Dahsyat!!!

Selanjutnya Be3 mempersembahkan segmen tribute to trio dimana Be3 menyanyikan lagu-lagu dari trio penyanyi yang pernah mengharu biru blantika musik Indonesia. Mulai dari lagu milik Lingua, Rida Sita Dewi, Tiga Diva, Tiga Dara, Trio Libels dan lain-lain. Ketiganya bahkan turun dari panggung. Nah, saat turun dari panggung ini Nola benar-benar lewat dari depan saya.


Saya sudah pasang aksi supaya Nola melihat saya dan naksir di tempat, tetapi ternyata Nola tidak peduli dan terus berlalu. Kasian deh saya. She was one of my celebrities crush when I was a boy! Mau nyolek, tetapi tidak berani karena saya kan sudah bilang tadi bahwa suaminya duduk persis disebelah saya berdiri. Badannya lebih gede dari saya, man!  

Be3 feat. Lusy Rahmawati

Bertiga mereka mendatangi barisan bangku penonton VIP untuk bisa bernyanyi dengan para penyanyi aslinya seperti Titi DJ, Ruth Sahanaya, KD, Edwin Manansang dan Ronny Sianturi

Di barisan penonton VIP lainnya juga tampak Rossa, Melly Goeslaw, Titiek Puspa, Mario & Hedy Yunus (Kahitna), Guruh Soekarnoputra, Ubiet (pelatih vokal), Dian HP dan banyak lagi wajah-wajah yang sering saya lihat di TV dan majalah tetapi saya tidak tau namanya siapa.


Saat giliran menyanyikan lagu Nona Manis milik Tiga Dara, justru Mona Ratuliu yang berdiri dan heboh bergoyang. Mungkin sebelumnya Ita Purnamasari, Paramitha Rusady dan Silvana Herman sudah menitahkan Mona untuk mewakili mereka. 

Yang paling mengundang tawa adalah Be3 menutup segmen ini dengan menyanyikan lagu Trio Kwek-Kwek : “Ku takut mamaku marah. Ku takut papaku marah. Kalau terlambat sekolah”. Sebuah ide segar untuk segmen yang mengundang tawa sekaligus cerdas.

Setiap perpindahan segmen di-isi dengan penampilan bintang tamu yang menyanyikan lagu-lagu Be3 seperti 5 Romeo membawakan lagu Salam Cinta Pertama, lalu CherryBelle menyanyikan lagu Ayaya dan Raisa untuk lagu Tetap Menunggu.

Kasih & Cintamu

Saat menyanyikan lagu KerinduankuBe3 seperti membawa visualisasi video clip yang tematik itu ke atas panggung. Video clip Kerindukanku identik dengan hujan dan payung transparan. 

Dan itulah ornamen yang dihadirkan oleh Be3 ke atas panggung, bernyanyi berbalut mantel plastik warna putih sambil memakai payung dibawah siraman rinai efek hujan diatas panggung. 

Ya, benar-benar turun hujan di atas panggung dengan suasana yang temaram dan orang-orang lalu lalang. Dramatis!

Setelah sukses dengan efek hujan diatas panggung, otomatis panggung basah oleh air. Dari kanan kiri panggung bermunculan sosok-sosok hitam membawa tongkat pel. Astaga, apa tidak bisa panggung ditutup layar dulu agar para kru panggung ini bisa mengepel panggung tanpa disaksikan oleh para penonton. Apa indahnya melihat orang mengepel lantai? 


Oh, ternyata adegan mengepel lantai ini juga merupakan bagian dari pertunjukan karena lama-lama gerakan ngepel-nya kok begitu amat, mulai goyang-goyang pinggul seperti Inem Pelayan Seksi, terlalu elegan untuk hanya sekedar ngepel dan kemudian mengikuti gerakan musik dan menjadi tarian yang mengiringi Be3 bernyanyi untuk lagu selanjutnya yaitu Auraku. Mantap!


Auraku
Tak terasa, penonton baru tersadar bahwa konser sudah berakhir saat Be3 mempersembahkan lagu terbarunya yang tulis oleh Andi Rianto bersama Be3 berjudul Bernyanyi Dari Hati yang bertempo lincah dan riang. 

Sambil menapak tangga menuju panggung lantai dua, Be3 memperkenalkan satu persatu penanggung jawab teknis konser ini, mengucapkan terima kasih kepada penonton dan pihak sponsor dan konser resmi berakhir saat layar kembali menutupi panggung.

Share: