29/06/14

Antara Mama & JOKOWI


Mama saya adalah warga negara Indonesia yang baik. Seingat saya, Mama saya ini tak pernah sekalipun absen ikut nyontreng atau nyoblos setiap kali Pemilu diadakan. Pada hari pelaksanaan Pemilu, pagi-pagi Mama sudah biasanya sudah menyiapkan  segala pekerjaan rumah tangga, lalu berdandan dengan rapi, lalu pergi ke TPS sambil bersenandung penuh semangat. Bukan lagu Bangun Pemuda-Pemudi sih, tetapi salah satu lagu Batak legendaris: Lissoy-Lissoy!

Saat masih kecil, saya memang tidak terlalu peduli politik dan Pemilu, tetapi saya selalu penasaran apa sih gunanya Pemilu. Dulu Mama bilang kalau Pemilu adalah cara kita untuk menentukan siapa Presiden. Saya tanya bagaimana caranya? Mama menjelaskan bahwa ada berbagai gambar yang harus ditandai (saya sudah lupa, apakah pada zaman itu lambang partai dicontreng atau dicoblos). Hanya boleh pilih satu saja.

Itu sebabnya, setiap kali Mama baru pulang dari TPS, saya akan selalu bertanya “Mama tadi pilih apa?”. Mama akan segera menjawab “Husss, nggak boleh tau”
“Kenapa?”
“Karena itu rahasia”
“Kenapa rahasia?”
“Nanti kamu akan mempelajarinya di sekolah”

Begitu terus, sampai beberapa kali Pemilu, setiap kali saya tanya, jawaban Mama masih sama “Husss, itu rahasia”.

Namun semua berubah sejak Jokowi mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI. Mama saya yang notabene tinggal di Tarutung, malah ngebet pengen ikut pemilu Gubernur DKI. Gimana ceritanya, coba?

“Dia orangnya baik dan jujur, kelihatan dari wajahnya”, kata Mama saya. “Mudah-mudahan nanti dia bisa jadi Presiden”. Jedderrrrrr!!!
“Kurus kayak gitu mana bisa jadi Presiden”, sanggah saya cuek.

Dan ketika kemudian Jokowi akhirnya benar-benar menjadi salah satu kandidat Presiden 2014-2019, saya jadi tertarik ingin tau pendapat Mama. Jadi ketika ada kesempatan ngobrol sama Mama, saya iseng menanyakannya.

“Bagus deh kalo dia jadi Presiden”, jawab Mama antusias. “Kita memang butuh orang seperti dia”
“Jadi nanti Mama akan pilih dia saat Pemilu nanti”
“Iya”
“Kok tumben langsung iya, biasanya kan rahasia-rahasiaan”
“Mama senang lihat Jokowi. Orangnya ramah, baik dan berbaur dengan masyarakat. Mama sekarang gak mau rahasia-rahasiaan lagi. Orang-orang harus tau kalo Mama percaya dan akan memilih Jokowi, supaya mereka juga ikut memilih Jokowi”
“Ahhh, ramah dan baik itu kan cuma kelihatan di TV aja. Aslinya belum tentu begitu”, pancing saya.
“Kamu tau kan kalo naluri Mama nggak pernah salah dalam menilai orang?”.
Saya terdiam. Iya juga sih. Sejak kecil, entah memiliki indra keenam atau tidak, Mama saya memang paling jago dalam menebak dan menilai kepribadian orang hanya dengan melihat wajah dan cara berbicaranya.

“Jadi  Pemilu Pilpres nanti sudah mantap pilih Jokowi?”
“Sudah. Kamu juga ya kan?”
“Iya”
“Pilih Jokowi juga?”
“Iya”
“Bagus”
“Tapi selain Jokowi kan ada Prabowo juga sebagai calon Presiden”
“Mama nggak kenal dia”
“Menantunya Soeharto lho itu”
“Kalau dia orang baik pasti sudah terkenal dari dulu”. Jedderrrrrr...


Begitulah Mama saya. Tidak peduli apa kata orang, tidak akan tergoda kampanye hitam atau bujuk rayu. Mama saya adalah wanita yang mengandalkan nalurinya yang memang tidak pernah membohonginya. Saya bersyukur tidak harus berjibaku menjelaskan panjang lebar kenapa harus memilih Jokowi sebagai Presiden. Karena syarat utama menjadi Presiden versi Mama saya sederhana saja : baik dan jujur. Ya, sesederhana itu.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar