Catatan : Tulisan ini pernah dimuat di Seputar Indonesia (2010)
Punya banyak pacar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Playboy (untuk cowok) atau Playgirl (untuk cewek) dari dulu
mungkin sudah merupakan kebanggaan tersendiri. Karena imej Playboy atau Playgirl memberi kesan kalo orang yang bersangkutan pasti OK. Udah
keren, berprestasi pula. Soalnya kalo cuma berprestasi (misalnya juara kelas
atau jago basket) tetapi tidak terlalu keren, belum tentu juga banyak yang
naksir. Tetapi kalo keren,
meskipun mungkin rada tulalit, pada kesan pertama pasti banyak yang naksir.
Ketika ketahuan tulalitnya, mulai deh yang antri mundur teratur satu
persatu. Keren tetapi tulalit, eughhhh…mana mau!
Tetapi balik lagi ke imej Playboy atau Playgirl yang bikin bangga. Are you really proud to be one?
Selama ini bagaimana sih kita memperlakukan diri kita sendiri?
Apakah kita cenderung menghargai diri sendiri atau justru menjadikan diri
sendiri sebagai the laughing
stock people to make fun on.
Menjadi bahan celaan atau candaan tidak salah, asal ada batasnya.
Karena tidak seru juga kalau kita melulu yang jadi objek penderitanya,
seolah-olah kita ini sosok yang lemah dan tertindas. Ada saatnya kita membela
diri atau balas mencela orang yang mencela kita. Tentu saja mencela dengan
maksud lucu-lucuan dan seru-seruan. Celaan yang SARA dan jorok hanya kerjaan
orang bodoh.
Bagaimana dengan menjadi Playboy atau Playgirl? Apakah itu tindakan
yang menghargai diri sendiri atau justru tidak menghargai diri sendiri? READ ON!
Kalo kita menganggap diri kita berharga atau spesial, tentu kita
akan memperlakukan diri kita dengan spesial pula.
Kayak gimana sih sesuatu yang spesial itu menurut kita? Mungkin sesuatu yang hanya
satu-satunya, limited edition, atau
sesuatu yang tidak banyak orang bisa memiliki/mendapatkannya. Maksud loe?
Yang namanya pacaran, kita itu ibarat ‘memiliki’ seseorang. Karena sense of belonging itu, kita jadi enggak
rela kalo orang lain ikut memiliki dia dalam arti pacaran sama dia. Playboy atau Playgirl khan artinya punya pacar lebih dari
satu. Nah, itu khan sama aja seperti kita dimiliki oleh banyak orang. Kesannya
kita tuh bisa dan gampang dimiliki oleh siapa saja.
Beda kalo kita cuma punya pacar satu orang. Kesannya kita cuma bisa
dimiliki oleh orang tertentu dan orang itu pasti sangat spesial karena mungkin
hanya dia yang memenuhi kriteria atau standar kita.
Gile, hari gini masih pake standar dan kriteria? Hehehehe, tetapi
nggak apa-apa kok. Bodo amat! Kalo orang lain nggak punya standar dan kriteria
dalam memilih pacar, ya derita dia. Kalo kita bisa, ya why not?
Ibarat sebuah benda nih, kalo cuma satu orang yang bisa memilikinya
kesannya kan benda itu spesial dan esklusif banget. Tetapi ketika mulai banyak
orang yang mulai memiliki benda itu, kesan spesial dan esklusif itu akan
berkurang. Tentu saja kita tidak bisa menyamakan manusia dengan benda mati.
Tetapi percaya deh, ilustrasinya kira-kira sama seperti itu kok.
Meski begitu menjadi Playboy atau Playgirl juga memiliki sisi
menyenangkan. Antara lain : tidak pernah menjomblo, karena putus dengan yang
satu, masih jalan dengan yang satu lagi. Atau tidak pernah mati gaya karena
ketika yang satu absen, yang lain masih bisa hadir.
Tetapi imej yang ditimbulkan cukup mematikan. Karena bisa dibenci
banyak orang karena Playboy/Playgirl
cenderung mau sama siapa saja (dengan alasan tertentu) tanpa peduli apakah yang
diincar itu sudah punya pacar atau belum. Istilahnya merebut pacar orang lain
juga tidak haram. Kayak ayam saja.
Belum lagi korban-korbannya yang akhirnya tau kalo mereka selama ini
di-duain, di-tigain atau di-selusinin. Orang yang
dendam kan bisa nekad dan cenderung mau melakukan balas dendam. Serem nggak sih. Jadi kalo bisa memilih tidak menyakiti orang lain, kenapa harus
menyakiti orang lain.
Jadi masih bangga menjadi Playboy/Playgirl? You decide! Karena artikel ini tidak sedang berusaha mengubah
prinsip kita, tetapi sekedar opini dari sudut pandang yang berbeda dari yang
kita pikirkan selama ini.
0 komentar:
Posting Komentar