28/02/14

Good MUSIC Is...



Musik sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Betul nggak? Melewati hari tanpa musik rasanya seperti ada yang kurang. Ibarat makan pecel tanpa sambel kacang. Ya elahhh, analoginya jauh bener.

Musik adalah bagian dari seni. Dan pada hakekatnya seni itu adalah sesuatu yang ada estetikanya, yang identik dengan keindahan. Jadi musik itu seharusnya indah? Ya iya dong, masa ya iyalah? Konser musik aja digelar digedong, bukan disawah. Masih zaman ya kalimat begini hari gini? Bodo ah!

Pertanyaannya, apakah selama ini kita cenderung mendengarkan musik yang ‘benar’ atau justru musik yang salah kaprah?

Pernah dengar musik yang liriknya penuh dengan makian dan kata-kata kasar kan? Misalnya artis A sengaja bikin lirik lagu yang maksudnya menyindir artis B. Atau seorang penyanyi atau band yang bikin lagu dengan lirik yang rada-rada jorok,  atau menghasut pendengarnya untuk melakukan hal-hal cemen seperti seks bebas, narkoba, bunuh diri, dan lain-lain. Atau yang paling cemen, lagu tentang sakitnya putus cinta. Eughhh, putus cinta aja kok bangga? Atau tentang nikmatnya selingkuh? Eughh, makin cemen. Selingkuh aja pake diumumin segala. Apa nggak cari mati namanya?

Seru sih lagu dengan tema seperti itu, tetapi apakah lagu seperti itu mempenagruhi orang untuk menjadi pribadi yang lebih baik. NO! Jujur saja, mereka mungkin bisa main musik, tetapi tidak mengerti hakekat dari musik itu sebenarnya apa? Musik yang indah itu tidak hanya masuk ketelinga, tetapi juga masuk ke hati orang yang mendengarkan.

Boleh-boleh saja menyindir kelakuan minus orang lain lewat musik, itu termasuk bagian dari kreatifitas juga. Tetapi ada baiknya menyindir dengan menggunakan bahasa yang lebih halus atau idiom cerdas. Ibaratnya, membuat seseorang basah kuyup kan nggak harus nyiram pake air panas. Pake air dingin juga bisa.

Dulu Iwan Fals pernah melakukannya. Tak tanggung-tanggung, beliau menyindir fenomena buruk masa pemerintahan Orde Baru zaman dulu. Orang-orang respek dengan bang Iwan karena beliau menggunakan idiom dan kiasan yang halus, tetapi cukup menohok bagi yang merasa disindir.

Yang paling gress, group band Slank juga melakukannya. Meski maksudnya menyindir pihak tertentu, tetapi pilihan katanya yang tepat sehingga tidak terkesan personal attack. Hasilnya, musik mereka tidak kehilangan estetika seninya meski sebenarnya sedang nyinyirin orang atau golongan tertentu.

Jadi sebenarnya musik yang baik itu seperti apa sih?
Seperti yang diuraikan sebelumnya, musik adalah bagian dari seni. Seni itu adalah bagian dari pelajaran. Nah, dengan menghubungkan antara musik, seni dan pelajaran, maka musik bisa dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran.

Kok bisa? Ya bisa dong, masa ya bisa kok. Kucing aja ngumpetnya di kolong, bukan di mangkok.

Pasti pernah dong pas dengar musik, tiba-tiba kita merasa bahagia banget karena liriknya seperti kasih pencerahan sama kita untuk menjadi optimis menghadapi hidup. Atau lagu yang musiknya langsung bikin kita pengen serius bisa bermain musik. Atau pas denger sebuah musik, tiba-tiba otak kita langsung jalan dan mikir ‘hmmm, kayaknya seru nich kalo video klipnya kayak begini atau begitu’.

Jadi musik yang baik itu adalah musik yang bisa ‘menyentuh’ kita. Musik yang bisa membuat kita terinspirasi melakukan  atau berpikir hal-hal yang positif. Musik yang bisa mempengaruhi kita berubah menjadi lebih baik.

Sekali lagi, musik tidak melulu hanya sebatas hiburan saja. Tetapi juga bisa bikin kita menjadi cerdas atau kreatif.

So’ apakah selama ini kita mengisi telinga kita dengan musik yang baik atau yang salah kaprah? Hati-hati lho, harus selektif.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar