28/02/14

Hitam Putih SELEBRITI



Catatan : Tulisan ini sudah pernah dimuat di Seputar Indonesia (2010)

Pasti sangat menyenangkan menjadi seorang idola. Punya banyak penggemar dan selalu menjadi pusat perhatian. Entah itu penyanyi, anggota group band, aktor/aktris, penulis, dan lain-lain. Yang jelas karir tersebut kita menjadi seseorang yang udah jadi selebriti, tajir pula.

Tidak heran banyak anak-anak muda yang bermimpi pengen jadi orang terkenal. Pokoknya jadi idola deh, terserah mau profesinya apa. Soalnya kalau sudah jadi selebriti, kesannya hidup itu indah melulu. Tak pernah kekurangan uang, tidak kelaparan, punya banyak teman, diidolakan banyak orang dan hal-hal menyenangkan lainnya.

Tetapi sebenernya menjadi seorang selebriti  atau idola itu tidak seindah itu lho. Menjadi seorang idola itu tanggung jawabnya berat.

Menjadi seorang idola, kita seperti punya tanggung jawab moral terhadap orang lain. Segala macam sikap, perkataan kita menjadi sorotan. Salah-salah kata bisa diseret ke pengadilan. Salah jawab pertanyaan bisa dituduh seleb yang tulalit. Salah pergaulan bisa langsung dapat cap stempel ‘seleb nggak bener’. Dan semua itu langsung terpampang di halaman depan media. Kesalahan kita langsung jadi breaking news se-Indonesia Raya. Mau ditaruh dimana muka kita kalo sudah begitu kejadiannya?

Makanya diawal ditegaskan bahwa menjadi selebriti itu ada tanggung jawab moralnya. Kita punya fans yang mungkin secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh tindak tanduk kita. Syukur kalau kita memberi isnpirasi atau pengaruh yang baik untuk fans kita. Lha, kalau kelakuan kita aja nggak benar, terus ditiru sama fans kita, apa nggak berabe judulnya? Hidup kok cuma bisa bikin orang lain susah.

Memang tidak menyenangkan kalau segala macam tindak tanduk kita menjadi sorotan. Kesannya kita itu tidak punya privasi, hidup kita bukan lagi milik kita, tetapi milik banyak orang. Tetapi itu sudah menjadi harga mati ketika kita memilih untuk menjadi selebriti. Makanya sebelum memutuskan untuk menjadi selebriti, dipikir-pikir dulu deh sisi positif dan negatifnya.

Menjadi selebriti juga ada jenisnya. Ada selebriti yang memang berprestasi, punya portfolio yang bagus. Tetapi ada juga selebriti yang hanya sekedar ingin cari sensasi yang kerjanya bikin kasus melulu. Pokoknya semua dilakukan, yang penting tetap eksis.

Kalau selebriti yang berprestasi dihormati oleh masyarakat dan menjadi public’s sweetheart, maka selebriti yang gila sensasi pasti dicibir dan justru menjadi laughing stock masyarakat. Sayang banget kalo hidup hanya menjadi bahan tertawaan, bikin malu anak dan cucu. Iya nggak sih?

At least, orang-orang jangan sampai malu mengaku sebagai fans kita. Soalnya sekarang kan banyak kasus artis A sebenernya fans-nya banyak. Setiap bikin album, menulis buku, atau bikin acara selalu laris. Tetapi ketika di-survey, orang-orang justru malu ngaku kalo mereka ngefans sama dia. Istilahnya, dia hanya sebagai guilty pleasure saja karena orang justru merasa bersalah karena menyukainya.

Beda dengan selebriti yang berprestasi atau yang enggak aneh-aneh. Fans-nya cenderung bangga mengaku kalo dia nge-fans banget sama idolanya itu. Bahkan pake diomongin segala dimana-mana. Mulai dari ngerumpi dengan teman-teman, nulis di blog sampai corat-coret di dinding. Hahaha, saya jadi geli sendiri karena saya sering melakukan ini.

Jadi kalau misalnya kita pengen memasuki percaturan dunia selebriti, sudahkah kita punya pilihan mau  menjadi selebriti kategori yang mana? Yang berprestasi atau yang hanya sekedar haus sensasi?
Share: