24/02/14

Indonesia BERSYUKUR



Tanggal 17 Agustus saban tahun kita peringati sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia. So what? Mungkin kita akan terbayang ritual upacara bendera yang mungkin hanya sekedar rutinitas yang membosankan. Yang kalo bisa milih, mending enggak usah dilakukan deh. Soalnya enggak ada fun-nya sama sekali. Cuma berbaris, nyanyi-nyanyi, hormat bendera, trus udah...bubar.

Pernah lihat liputan CNN tentang negara-negara yang sedang konflik nggak? Misalnya Lebanon, Afganistan, Kosovo, Syria dkk. Kebayang nggak kalo misalnya Indonesia mengalami lagi masa-masa seperti itu dimana desingan peluru udah kayak laler yang beterbangan di atas kepala. Atau bunyi tembakan dan meriam yang sudah seperti layaknya bunyi gledek menjelang hujan.

Dalam keadaan seperti itu, tentu kita enggak bakal bisa melakukan hal-hal seperti yang sekarang ini bisa kita lakukan. Misalnya, nonton film dibioskop, nonton konser musik, bikin blog, main game online, dan lain-lain. Boro-boro deh mikir mau pergi kemana hari ini atau upacara, yang ada mungkin kita bakal ngumpet di kolong meja sepanjang hari.

Jadi sebenarnya kita sangat beruntung masih bisa melakukan upacara bendera, menyanyikan lagu nasional dan menghormat bendera. Percaya deh, tidak semua negara di dunia ini yang bisa melakukannya meski mereka sangat merindukannya.

Kita beruntung banget negara kita dengan segala macam kekurangannya seperti pelanggaran HAM, kesejahteraan rakyat yang terabaikan, pejabat negeri yang tekun  (tekun korupsi maksudnya, bukan tekun bekerja), at least kita masih bisa melakukan sesuatu yang kita ingin lakukan tanpa harus takut mati konyol kena peluru nyasar atau mendadak budek gara-gara letusan ledakan bom di depan hidung, atau rustam rusdy (alias rusak tampang & rusak body) gara-gara nginjak ranjau. Meski negara kita sebenarnya enggak sesempurna yang kita harapkan, tetapi masih ada sisi lain dari negara ini yang masih bisa kita syukuri.

Kembali lagi ke momen 17 Agustus, tidak terasa kita sudah mau 69 tahun merdeka. Waktu yang cukup lama untuk membuat kita lupa mahalnya harga sebuah kemerdekaan. Merdeka dari penjajahan negara asing, tetapi belum tentu merdeka dari penjajahan bangsa sendiri. Penjajahan zaman sekarang bukan lagi sekedar tanam paksa, kerja rodi atau Romusha seperti yang dilakukan bangsa Belanda dan Jepang dulu terhadap bangsa kita.

Pejabat negara yang korupsi dan tidak peduli sama kesejahteraan rakyat namanya apa coba kalau bukan menjajah bangsa sendiri. Tetapi biarlah, kita bukan mau membahas soal itu disini. Kalau memang oknum koruptor tidak juga sadar diri, ya itu derita dia. Yang penting kita mikirin diri kita sendiri aja dulu bagaimana agar kita bisa lebih baik daripada koruptor-koruptor laknat itu.

Ribuan pahlawan kita dulu rela mempertaruhkan nyawa untuk mengusir penjajah, tentu tidak berharap kita akan mengisi kemerdekaan dengan punya pacar lebih dari dua. Atau jadi anak muda yang lebih memilih jadi preman daripada jadi salesman. Atau jadi budak narkoba dan seks bebas, hamil di luar nikah, aborsi, main sinetron, penonton bayaran acara-acara musik alay dan lain-lain.

Tentu ribuan pahlawan kita dulu lebih berharap kita menjadi anak muda yang cerdas, kritis dan optimis menghadapi masa depan. Kalau dulu pahlawan kita berjuang menggunakan otot dan siasat, maka perjuangan kita yang sekarang adalah menggunakan otak dan bakat.

Dulu mungkin bangsa lain kepikiran ingin menjajah Indonesia karena dikira Indonesia itu bangsa yang bodoh. Sekarang adalah tugas kita untuk semakin menunjukkan kepada dunia bahwa kita bukan bangsa yang pantas dijajah atau dipandang sebelah mata. Pokoknya seperti kasih statement ‘Jangan macam-macam ya sama Indonesia!”. Daripada pusing mikirin Indonesia yang enggak ngasih apa-apa sama kita, mending kita yang ngasih sesuatu sama Indonesia. Kan lebih baik memberi daripada menerima?
Share:

0 komentar:

Posting Komentar