17/03/14

ANJING : Pet, Friend & Bodyguard




Sejak saya masih anak-anak, saya sudah akrab dengan anjing. Bukan karena saya anjing, tetapi karena dari dulu keluarga saya selalu memelihara anjing. Namanya juga tinggal di kampung, jadi anjing yang kami pelihara juga kebanyakan adalah anjing kampung. Anjing kampung bukan berarti menjadi kampungan atau norak, tetapi buat saya pribadi memelihara anjing itu lebih banyak keuntungannya daripada kerugiannya. 

Kerugian yang saya maksud adalah menyediakan makanannya karena porsinya sama seperti porsi untuk satu anggota keluarga. Bahkan kadang lebih banyak dari ukuran satu porsi anggota keluarga, karena tergantung ukuran anjingnya. Semakin tumbuh besar, semakin besar juga porsi makannya. Sama saja kan seperti anggota keluarga benaran. Sebenarnya tidak bisa juga disebut ‘kerugian’, karena sebagai pemilik kita memang wajib menyediakan makanannya bukan?

Memelihara anjing itu bukan sekedar punya peliharaan, tetapi lebih dari sekedar menjadi binatang peliharaan. Bahkan bisa menjadi seperti anggota keluarga sendiri, juga bisa menjadi pelindung. Saya masih ingat waktu masih kecil dulu, saya sering berpetualang sendirian ke tempat-tempat terpencil yang jauh dari perhatian orang. 
Ya, saya dulu punya sifat penyendiri dan sedikit introvert. Pada mood tertentu, saya lebih suka menyendiri duduk di atas pohon atau keluyuran di kebun orang daripada main petak umpet dengan teman-teman sebaya. Biasanya anjing saya akan menguntit saya. 

Pada beberapa kesempatan, saya ingin bertualang sendirian demi privacy, jadi saya akan meninggalkan anjing saya dirumah. Tetapi anjing saya tidak akan pernah membiarkan saya pergi sendirian. Tak peduli saya lempar atau saya pukul, dia akan tetap mengikuti saya, seolah dia tau saya belum cukup besar untuk membela dan melindungi diri sendiri jika terjadi sesuatu. Kenapa saya bisa bilang seperti itu? Karena beberapa waktu kemudian, setelah saya cukup besar, dia sudah berani membiarkan saya pergi sendirian, kecuali kalau saya yang minta dia ikut.

Berbicara soal melindungi, saya percaya anjing adalah satu-satunya hewan peliharaan yang mampu melindungi kita. Kucing mungkin akan sayang sama anda, tetapi apakah kucing bisa melindungi anda? Saya pikir tidak.

Di rumah saya dulu kami memelihara anjing dan kucing. Jangan bayangkan keakraban anjing dan kucing yang sifatnya kasuistis yang biasanya langsung menjadi berita di koran dan TV. Di rumah saya, anjing dan kucing berkelakuan normal, dalam arti saling memusuhi. Namanya juga tinggal serumah, bukan pemandangan langka lagi setiap jam kucing dan anjing akan kejar-kejaran dengan riuh, meloncat ke atas meja, menyeruduk semua benda. Itu sebabnya dulu kami tidak pernah mempunyai pajangan berupa barang pecah belah.

Kucing saya pernah menggigit jari saya untuk alasan yang hanya dia dan Tuhan yang dia sembah yang tau. Merasakan pedihnya jari saya direndam pakai minyak tanah untuk menghindari tetanus dan rabies membuat saya benci kucing sampai hari ini.

Sementara puluhan tahun memelihara anjing, tak pernah sekalipun anjing saya menggigit saya. Bahkan saat punya sedikit wibawa jika saya berjalan-jalan dengan anjing saya, membuat anak-anak berandalan dan orang gila tidak berani macam-macam sama saya.

Saat sedang berjalan-jalan ke suatu tempat, apakah anda pernah dihadang kucing? Tentu saja tidak. Tetapi apakah anda pernah dihadang anjing? Pasti sering. Anjing peliharaan orang lain tentunya, bukan anjing peliharaan anda. Saya juga dulu sering mengalaminya. Jadi saat anjing milik orang lain mulai menggeram-geram dan mendengus-dengus gemas melihat lenggak-lenggok saya, anjing saya akan langsung pasang badan di depan saya. 

Tidak peduli kalah ukuran dan jumlah, dia akan tetap pantang mundur untuk melindungi saya. Entah sudah beberapa kali kejadian anjing saya berani nekad bertempur dengan anjing-anjing lain untuk memberi kesempatan kepada saya berlari sejauh-jauhnya untuk menyelamatkan diri. Setelah merasa saya sudah berada pada radius jarak yang aman, maka dia juga akan segera meninggalkan pertarungan untuk menyusul saya. 
Bukan karena pengecut, tetapi karena anjing saya realistis. Dia tau bahwa dia tak mungkin memenangkan pertempuran karena kalah jumlah dan kalah ukuran tubuh. Jadi dia memilih meninggalkan arena pada waktu yang tepat daripada mati konyol.

Di kampung, bukan hanya keluarga kami yang memelihara anjing. Beberapa tetangga kami juga memelihara anjing. Dan buat mereka, memelihara anjing itu ada konsekwensinya. Beberapa kali kejadian anjing mereka menggigit orang sehingga mereka harus membayar biaya perawatan rumah sakit. Anjing kami tak sekalipun pernah menggigit orang lain. Gonggongannya memang garang sehingga bahkan sesosok monster-pun akan keder, tetapi tidak pernah sampai menggigit orang. Mungkin ini yang disebut tong kosong nyaring bunyinya dalam konteks positif. Atau mungkin anjing kami tau diri bahwa pemiliknya bukan dari keluarga berada, sehingga sebisa mungkin dia tidak melakukan sesuatu yang bisa merugikan kami secara keuangan.

Rumah tetangga kiri kanan kami pernah dibobol pencuri, tetapi rumah kami tidak pernah. Bukan nantangin lho ya, cuma sekedar sharing saja. Jadi jika kebetulan anda seorang pencuri dan sedang membaca tulisan saya ini, anda tau bahwa saya tidak sedang menantang anda. Jadi tolong urungkan niat anda. Rumah kami bisa aman saya tebak pasti karena kami memelihara anjing. Logikanya, pencuri pasti akan memilih rumah yang tidak memelihara anjing daripada yang memelihara anjing. Anjing kan binatang yang lumayan lebay, reseh dan berisik. Dengar sesuatu langsung menggonggong. Lihat sesuatu langsung menggonggong. Merasakan sesuatu, langsung menggonggong. Bagaimana bisa konsentrasi mencuri kalau ditingkahi dengan suara gonggongan anjing. 

Saya yakin suara yang paling dibenci oleh pelaku kejahatan bukan suara sirene mobil patroli polisi, tetapi suara gonggongan anjing. Kadang berisiknya seekor anjing bisa punya sisi positif juga. Tetapi lain hal waktu saya terganggu dengan gonggongan anjing saya pada suatu hari. 
Setelah saya lihat, ternyata doi sedang menggonggongi tiang jemuran. Sama sekali tidak keren. Atau jangan-jangan ada sesuatu di tiang jemuran yang tidak bisa dilihat oleh mata saya? Hiiiiii……

Waktu masih SMP, saya bahkan setiap hari di antar oleh anjing saya sampai ke depan kelas, karena kebetulan jarak rumah dan sekolah saya lumayan dekat. Saya merasa seperti Laura Ingals di film Little House on the Prairie saja.

Pindah ke Jakarta, kami masih tetap mempertahankan tradisi ini, yaitu memelihara anjing. Entah sudah berapa ekor anjing yang kami pelihara selama ini, mungkin sudah lebih dari sepuluh. Seingat saya, hanya dua di antaranya yang mati. Selainnya hilang dicuri orang, ada yang kawin lalu mengikuti ‘istri baru’-nya untuk mengayuh biduk rumah tangga, dan ada yang dijual untuk membeli pohon Natal. 
Dua ekor anjing kami yang mati, bukan karena ditabrak mobil atau sakit atau sudah saatnya mati karena sudah tua. Anjing yang pertama justru mati beberapa hari setelah baru melahirkan anak-anaknya. 

Saya masih ingat bagaimana kalang kabutnya kami mengurus anak-anak anjing yang mendadak yatim piatu itu. Segala sesuatu sudah kami lakukan, membalut dengan selimut dan memberi susu formula memakai dot untuk manusia. Tetapi pada akhirnya kami tidak berhasil, kelima anak anjing yang imut-imut tersebut satu peratu tidak bertahan hidup. 
Anjing yang kedua justru matinya aneh. Tiba-tiba saja saya dikabari teman saya bahwa anjing saya tergeletak tak berdaya di semak-semak. Saya mendapati anjing saya mendengking-dengking lemah, setelah melihat wajah saya, dia kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir dan mati. Salah satu momen paling menyedihkan di masa kecil saya dulu. 

Waktu itu penyebab kematiannya yang tiba-tiba itu masih misteri, tetapi sekarang saya menduga bahwa anjing saya itu ditabrak mobil, lalu anjing saya dilempar ke semak-semak pinggir jalan raya. Semoga Tuhan mengampuni orang yang menabrak anjing saya itu.

Saat saya masih kerja kantoran dulu, saya harus berangkat jam lima pagi. Saat semua penghuni rumah masih tidur, anjing peliharaan kami-lah satu-satunya yang mengantar kepergian saya. Dia baru masuk ke rumah setelah saya hilang dari pandangannya. Sederhana, tetapi sangat bermakna ketika kita merasa ada yang perhatian dan peduli dengan kita, meskipun itu berasal dari seekor anjing.

Pulang kerja, kadang saya sampai di rumah sudah larut malam. Saat semua penghuni rumah dan anjing sudah tidur, dia tetap akan memaksakan diri bangun dan meloncat-loncat hanya untuk sekedar memberi kode kalau dia senang saya sudah pulang. Karena setelah meloncat-loncat selama lima putaran, dia akan meninggalkan saya dan melanjutkan tidurnya. Seolah hanya sekedar meyakinkan saya bahwa ketika yang lain tidak peduli, dia akan selalu peduli dengan saya.

Seperti hafal dengan jam berangkat kerja saya, saya bahkan pernah terbangun gara-gara gonggongan anjing saya di depan pintu kamar saya. Dia bingung kenapa saya sampai jam segini belum bangun seperti biasa. Ternyata alarm saya mati, dan kalau saja dia tidak berisik di depan pintu kamar saya demi tujuan membangunkan saya, maka saya akan kebablasan tidur sampai lusa dan terlambat berangkat kerja.

Saya pernah mendengar mitos, bahwa anjing juga secara naluri punya kemampuan menghalau mahluk halus dan kekuatan gelap. Soal menghalau mahluk halus, saya sudah beberapa kali membuktikannya tetapi tak usahlah saya ceritakan, nanti saya dibilang musryik. 

Tetapi soal menghalau kekuatan gelap yang diarahkan ke rumah kita, saya tidak pernah benar-benar membuktikannya, tetapi teman saya yang memiliki indra keenam pernah mengatakan kalau dulu waktu saya masih SMA ada orang jahat yang bermaksud buruk kepada keluarga saya sehingga dia melakukan sesuatu secara kasat mata, tetapi tidak mempan karena kami memelihara anjing. Tapi saya ingat beberapa pohon pisang di depan rumah kami tiba-tiba layu seperti baru disambar petir, padahal waktu itu bukan musim hujan. 

Kata teman saya, kekuatan jahat itu menjadi teralihkan ke pohon pisang itu karena rumah saya ‘dilindungi’ oleh naluri pelindung anjing saya. Antara percaya atau tidak percaya saya hanya meresponya dengan kata “Amin…”, saya sih lebih percaya kalau Tuhan yang melindungi kami.

Terlepas dari apakah anjing bisa begini dan begitu, saya pribadi sangat menyukai anjing dan tidak bisa membayangkan jika seandainya kami tidak memelihara anjing karena kehadiran seekor anjing di rumah saya sangat memberi makna dan nilai. Kadang kalau sedang bad mood dan marah, tetapi saat melihat anjing saya dengan tampangnya yang memelas minta dibelai, bad mood dan amarah saya bisa hilang seketika.

Tetapi anjing tetaplah seekor anjing, sebaik-baiknya seekor anjing dia tetap mahluk hidup yang lebih mengandalkan insting yang tidak terduga oleh pikiran manusia. Apalagi saat berinteraksi dengan anak-anak yang belum bisa berpikir tentang hukum sebab akibat, tetap tidak boleh luput dari perhatian dan pengawasan orangtua dan dewasa.
Share: