Sesuatu yang baik dan berkwalitas akan selalu menemukan jalannya untuk
terus bertahan dan eksis walau telah melewati seleksi alam. Ungkapan ini memang
ada benarnya. Oprah Winfrey, Ellen The Degeneres, Rossie O Donnel adalah
beberapa diantaranya. Berbeda dengan talkshow yang ada di Indonesia yang
walaupun sama-sama berorientasi hiburan, tetapi tentu saja beda kwalitas dan
materi acara.
Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa talkshow yang ada di
televisi Indonesia jelas-jelas berkiblat kepada talkshow TV Amerika
(bisa dilihat dari set panggung, furnitures, formasi penonton
sampai musik pengiring/homeband) yang kemudian disesuaikan dengan kultur
penonton dan masyarakat Indonesia. Penyesuaian kultur ini pastinya punya dampak
dalam bentuk perbedaan mutu topik pembicaraan, narasumber dan konsep acara
karena kultur penonton Amerika jauh berbeda dengan kultur penonton Indonesia.
Di TV Amerika saat ini, anda tidak akan lagi menemukan komedi slapstick
yang memancing tawa penonton lewat parodi gebuk-gebukan dan saling mencaci maki
karena itu dianggap pelanggaran hukum/violence dan bisa berakibat masuk
penjara. Komedi slapstick gebuk-gebukan ini bukannya tidak pernah
menjadi sesuatu yang populer di Amerika. Jika anda pernah menyaksikan serial TV
terkenal Amerika tahun 1925 The Three Stooges, apa yang dilakukan Moe,
Larry dan Curly Joe untuk menghibur dan memancing tawa penonton sama
seperti yang dilakukan oleh komedian-komedian Indonesia saat ini, yaitu saling
memaki, mengejek dan saling memukul.
Bedanya, selera penonton Amerika
berkembang seiring waktu. Komedia a la The Three Stooges yang
sarat dengan kekerasan fisik dan verbal sudah ditinggalkan sejak puluhan tahun
yang lalu. Jangan lupakan talkhow Ricky Lake, sebuah talkshow
yang khusus menampilkan perkelahian dan pertengkaran yang juga sudah bubar
karena tidak lagi sesuai dengan selera tontonan publik Amerika yang berkembang
seiring perkembangan zaman. Sementara di Indonesia, komedi dan talkshow
primitif seperti itu masih saja menjadi pemegang rating tertinggi.
Salah satu talkshow Amerika yang mampu bertahan lama adalah The
Tonight Show. Talkshow ini sudah ada sejak tahun 1987 dengan pemandu
acara Johnny Carson. Lalu sejak tahun 1992, acara dipandu oleh Jay
Leno sampai tahun 2009. Pada tahun yang sama Jay Leno sempat digantikan
oleh Conan O’Brien selama beberapa episode, namun kemudian Jay Leno
kembali mengambil alih untuk memandu acara ini.
Saya termasuk yang menonton acara ini saat saya masih remaja karena
kebetulan antena parabola televisi saya bisa menangkap siaran TV yang
menayangkan acara ini. Yang menarik dari Jay Leno adalah humor yang sarat
dengan satire. Kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya sering secara
terselubung menyindir tokoh-tokoh dunia sebagai bentuk dari kritik sosialnya.
Ya, humor a la Jay Leno bukan humor yang dangkal, misalnya bertingkah
atau memasang mimik wajah dan bertingkah konyol seperti Tukul Arwana.
Jay Leno tampil dengan stelan jas lengkap dan tatanan rambut rapi seperti
layaknya eksekutif pria. Bahkan saat menyampaikan jokes-nya, tampang Jay
Leno tetap terlihat serius seolah-olah dia memang tidak sedang bergurau atau
menyindir. Hebatnya, sindiran ini disampaikan dengan menggunakan joke-joke
yang tidak semua orang bisa memahaminya. Oh OK, mungkin hanya saya yang
tidak bisa memahaminya karena bisa jadi semua orang Amerika bisa memahaminya.
Itu sebabnya ada istilah yang disebut dengan American jokes, joke yang
hanya orang Amerika yang bisa mengerti. Kalau saya sendiri (yang orang Spanyol
ini), saya butuh beberapa menit untuk bisa mencerna apa hal lucu dari kalimat
Jay Leno barusan. Jadi sering sekali saya terlambat nyengir. Saat Jay Leno
sudah mengumbar joke-nya yang kelima, pada saat itu saya baru berhasil ngeh
dan menertawakan joke-nya yang pertama. Maklumlah, saya bukan orang
Amerika, saya butuh waktu untuk mencerna dan memahami joke-joke mereka.
Malah kadang saya gagal memahaminya. Jadi sampai acara berakhir, sampai
seminggu saya masih manyun sambil berpikir keras, berusaha memahami jokes
yang tadi.
Begitu punya kelasnya acara ini, bahkan tokoh-tokoh kelas A dari berbagai
macam profesi seperti penyanyi, atlet, aktor sampai tokoh-tokoh serius seperti senator-senator
Amerika termasuk presiden AS Barrack Obama bersedia hadir menjadi
bintang tamu untuk acara ini. Tokoh-tokoh yang dihadirkan sebagai bintang tamu
sama sekali tidak menunggu sang bintang tamu sedang menjadi headline berita
dulu. Yang jelas sang bintang tamu harus punya wawasan yang luas karena
biasanya Jay leno lebih suka mengajak sang bintang tamu berbicara mengenai issue
atau topik tertentu daripada membahas profil si bintang tamu. Berbeda dengan talkshow
hiburan Indonesia yang berlomba-lomba menghadirkan artis (termasuk yang
memang populer atau sekuter*) yang sedang menebar dan menuai sensasi demi rating
dengan pertanyaan-pertanyaan standar yang memancing jawaban narsis.
Tahun 2014, Jay Leno memutuskan untuk berhenti menjadi pemandu acara The
Tonight Show. Berhentinya Jay Leno bukan berarti acara ini juga ikut
berhenti tayang. Acara The Tonight Show masih akan terus berlanjut
dengan pemandu acara yang baru Jimmy Fallon. Hari kamis kemarin adalah
episode terakhir Jay Leno memandu acara ini. Tak ada aksi drama a la Deddy
Corbuzier yang memasang tampang seolah menjadin pihak yang terzolimi,
menyatakan acara Hitam Putih sudah berakhir dengan kata-kata terakhir
penuh ‘dendam kesumat’ yang entah menyalahkan siapa. Aksi picisan untuk
mencari simpati dan perhatian, karena beberapa pekan kemudian acara ini
tayang lagi dengan dalih klise banyaknya permintaan pemirsa agar acara ini
tayang lagi. Sangat typical drama queen sekali.
Beberapa artis Amerika seperti Oprah Winfrey, Sheryl Crow, Kim
Kardashian, pebasket NBA Chris Paul, aktor Jack Black dan
lain-lain hadir sebagai bintang tamu untuk mengucapkan salam perpisahan pada
Jay Leno, dan semuanya penuh gelak canda tawa. Termasuk presiden Amerika
Serikat Barrack Obama yang menyampaikan pujian dan salam perpisahan
melalui rekaman video. Jay Leno malah mengakhiri penampilannya terakhirnya
memandu acara itu dengan joke yang masih sangat khas Jay Leno. “Saya
mulai memandu acara ini sejak 20 tahun yang lalu. Sungguh sebuah masa lalu yang
indah karena pada saat itu Justin Bieber belum lahir.”
*sekuter : selebriti kurang terkenal, mengacu pada seseorang yang sering masuk acara infotainment tanpa jelas apa profesinya.
0 komentar:
Posting Komentar