Meninggalkan bangku sekolah pada usia 13 tahun demi fokus ke dunia
modelling, itulah model senior berwajah Indo Nadya Yuti Hutagalung.
Lahir di Sidney (Australia), pertama kali berkarir sebagai model di Tokyo
(Jepang) dan sekarang tinggal di Singapura. Di Indonesia, pada tahun 90’an kita
mengenalnya sebagai gadis fotomodel berwajah cantik tapi unik yang menghiasi
halaman fashion majalah remaja dan pria dewasa.
Menjadi model ternyata tidak pernah menjadi cita-cita Nadya. Terlahir
sebagai anak perempuan blasteran Australia (dari ibu) dan Indonesia (dari
ayah), sosok Nadya justru dianggap bukan sosok yang cantik dan ideal di negara
kelahirannya Australia.
“Karena disana mereka sudah punya standar peempuan
cantik itu seperti apa, yaitu berambut pirang dan seratus persen bule.
Sementara aku malah dianggap aneh dengan rambut gelap dan kurus tinggi”, ujar Nadya. Itu sebabnya karir modelnya justru
dimulai Nadya diluar Australia.
Sebagai model, kadang Nadya diharuskan para klien memakai busana dengan
gaya tertentu dan diam berpose selama beberapa waktu didepan banyak orang, dan
itu bukan sesuatu yang membuat Nadya merasa nyaman.
“Aku merasa kurang nyaman ketika berada diantara
banyak orang dan harus diam tak bergerak dan tak berbicara karena aku suka
berinteraksi dengan orang, berbagi dan saling bertukar pendapat dan pemikiran”.
Mungkin itu sebabnya ketika ditawari menjadi Video Jockey (VJ)
stasiun TV musik paling terkenal di era 90’an yaitu Music Television (MTV)
yang baru mengudara pertama kalinya di Asia dengan nama MTV Asia yang
bermarkas di Singapura, Nadya langsung mengambil kesempatan itu. Program
pertama yang di-host Nadya adalah Morning Mania, lalu kemudian
menjadi host untuk progran andalan MTV Asia lainnya seperti MTV Land
dan MTV Most Wanted. Lewat program ini Nadya seperti menemukan medium
yang tepat untuk mengekplorasi bakat diluar modelling. Karena selain memutar
video musik, Nadya juga berinteraksi serta berbagi informasi ringan dengan
pemirsa MTV dimana keahlian public speaking Nadya benar-benar diuji.
Tahun 2012, Nadya dipercaya menjadi host sekaligus juri ajang pencarian model
tingkat Asia : Asia Next Top Model yang diprakarsai supermodel Amerika :
Tyra Bank.
Selain
berkiprah didunia model dan televisi, Nadya juga berkecimpung dalam dunia
bisnis dan usaha yang tentu saja masih berhubungan dengan karir Nadya yang
dekat dengan fashion yaitu Nadya memiliki usaha desain dan produksi perhiasan
dengan merek Osel.
Sebenarnya kebiasaan cinta lingkungan sudah ditanamkan oleh sang ibu sejak
Nadya masih kecil, mulai dari hal-hal yang kecil seperti tidak membuang sampah
sembarangan dan aktifitas daur ulang. Namun karirnya sebagai model dan VJ yang
didominasi oleh lingkungan yang serba glamor dan gemerlap membuat Nadya tidak
bisa fokus dengan gaya hidup seperti itu. Nadya baru mulai benar-benar aktif
sebagai pecinta lingkungan sejak menjadi seorang ibu. Nadya mendeskripsikan
perannya dengan kalkulasi 50% bekerja untuk diri sendiri & keluarga dan 50%
untuk lingkungan.
Setelah memiliki anak, sepertinya Nadya mulai semakin peduli dengan keadaan bumi dimana anak dan cucunya kelak akan tinggal. Itu sebabnya dia memiliki lembaga bernama Green Kampong yang aktif melakukan kegiatan serta kampanye yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mempromosikan gaya hidup sehat.
Dedikasi Nadya tidak hanya sebatas wacana karena dirumahnya di Singapura, Nadya menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Salah satu contohnya adalah Nadya memodifikasi rumahnya sedemikian rupa agar keluarganya tidak perlu menggunakan AC untuk penyejuk ruangan. Nadya juga kemana-mana selalu membawa sedotan kaca sehingga dia tidak perlu menggunakan sedotan plastik sekali pakai untuk minum yang hanya menambah debit jumlah sampah plastik yang butuh puluhan tahun untuk terurai.
Lewat akun Twitter & Instagram-nya Nadya juga kerap berbagi resep dan foto minuman sehat berupa campuran jus buah dan sayur segar, menginspirasi teman dan penggemarnya menjalani hidup sehat lewat makanan dan minuman lewat tampilan hidangan yang sangat artistik dan menggoda selera.
Setelah memiliki anak, sepertinya Nadya mulai semakin peduli dengan keadaan bumi dimana anak dan cucunya kelak akan tinggal. Itu sebabnya dia memiliki lembaga bernama Green Kampong yang aktif melakukan kegiatan serta kampanye yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mempromosikan gaya hidup sehat.
Dedikasi Nadya tidak hanya sebatas wacana karena dirumahnya di Singapura, Nadya menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Salah satu contohnya adalah Nadya memodifikasi rumahnya sedemikian rupa agar keluarganya tidak perlu menggunakan AC untuk penyejuk ruangan. Nadya juga kemana-mana selalu membawa sedotan kaca sehingga dia tidak perlu menggunakan sedotan plastik sekali pakai untuk minum yang hanya menambah debit jumlah sampah plastik yang butuh puluhan tahun untuk terurai.
Lewat akun Twitter & Instagram-nya Nadya juga kerap berbagi resep dan foto minuman sehat berupa campuran jus buah dan sayur segar, menginspirasi teman dan penggemarnya menjalani hidup sehat lewat makanan dan minuman lewat tampilan hidangan yang sangat artistik dan menggoda selera.
Akibat dedikasinya sebagai aktivis peduli lingkungan, pada tahun 2012 Nadya
pernah dinominasikan sebagai salah satu The Most Responsible International Celebrity
oleh International Green Award bersama George Clooney dan Penelope
Cruz yang khusus memberi penghargaan kepada para selebriti dari berbagai
bidang yang aktif dalam upaya kepedulian terhadap lingkungan. Nadya juga
bergabung dengan Green School yang berlokasi di Bali dan baru saja
mendapat anugerah Greenest School On Earth dari lembaga Green
Building Council di Amerika. Kiprah Nadya juga pernah mendapat perhatian
dari stasiun TV kaliber internasional CNN dengan menyebut Nadya sebagai Singapore’s
Top 20 Most Influential People. Dan sebagai pekerja industri televisi
dengan eksistensi yang stabil dan dalam jangka waktu yang lama, majalah Elle
menganugerahi Nadya sebagai Best Host Television.
Tidak hanya sebatas gaya hidup sehat dan cinta lingkungan, Nadya juga
memberi perhatian yang serius terhadap wildlife. Baru-baru ini Nadya
baru saja mengunjungi habitat binatang liar di Afrika dan dikejutkan dengan
informasi bahwa ada sekitar 32 ribu ekor gajah yang dibunuh setiap tahunnya
diseluruh dunia untuk diambil gadingnya. Ironisnya , Asia sebagai salah satu
habitat asli gajah adalah konsumen paling utama dari transaksi jual beli gading
gajah ini.
“Untuk mengambil gading, mereka harus membunuh gajah.
Gading untuk apa? Hanya untuk sebagai hiasan dan aksesori. Ini sangat
menyedihkan dan harus dihentikan”.
Dan besarnya keuntungan uang yang didapat melalui jual beli gading ini
telah membuat sindikat teroris juga merambah bidang ini demi meraup modal yang
lebih besar untuk menambah modal persenjataan. Jadi apa yang harus kita
lakukan?
“Kita harus menghentikan demand. Caranya stop
pembelian gading gajah karena ketika demand berhenti, maka supply juga akan
berhenti”
Ternyata masalah pembantaian gajah untuk diambil gadingnya tidak sesederhana
isu perlindungan hewan langka saja, tetapi sudah menyentuh isu internasional
yang sangat serius, salah satunya memberi ruang sindikat teroris untuk
berkembang.
“Saking butuhnya mereka dengan gading ini untuk
dijual, mereka juga tega membunuh petugas di pusat perlindungan gajah di Afrika
demi mendapatkan gading gajah untuk dijual di Asia. Kenapa hal ini bisa
terjadi? Karena permintaan terhadap gading gajah ini memang sangat besar di
Asia. Mereka tidak butuh modal karena mereka tidak membeli gajah, mereka hanya
cukup memburu dan membunuh gajah secara ilegal untuk diambil gadingnya.
Jadi kita yang di Asia adalah kunci utamanya dengan cara tidak membeli gading
atau aksesori dan hiasan apapun yang terbuat dari gading gajah”.
Kegusaran Nadya memang cukup beralasan karena gading hanya digunakan
sebatas hiasan, bukan untuk tujuan medis atau edukasi yang bernilai dan berguna
untuk kehidupan manusia. Apakah sepadan ketika kehidupan mahluk hidup (gajah)
dikorbankan untuk sesuatu yang artifisial?
Nadya adalah contoh perempuan yang menjadi cerdas tanpa harus mengenyam
pendidikan tinggi. Kata-kata yang meluncur dari bibirnya sarat makna dan
filosofi. Tetapi Nadya juga tidak pernah menekankan soal hubungan kecerdasannya
dengan bangku sekolah yang dulu dia tinggalkan untuk fokus didunia modelling
karena Nadya juga sangat mendukung pentingnya pendidikan. Nadya mengerti ada
paradigma masyarakat yang memberi citra bahwa model itu tidak butuh pintar,
yang penting cantik secara fisik.
“Buat saya itu tidak benar. Kadang saya tidak hanya
diam dan berpose didepan kamera. Saya juga berdiskusi dan bertukar pendapat
dengan pengarah gaya dan fotografer. Juga berbicara didepan media dan klien.
Saya tidak mungkin bisa melakukan itu semua kalau saya tidak punya sesuatu di
otak saya”.
Tidak seperti selebriti lain yang rajin mengekspos anaknya ke berbagai
media untuk tujuan tertentu, Nadya menolak untuk mengekspose anak-anaknya ke
media secara frontal. Dalam akun Instagram-nya, eksposur anak-anaknya
hanya ditampilan sebatas bayangan, tampak belakang saat sedang melakukan
kegiatan atau bahkan hanya tampak kaki dan sepatu. Kenapa Nadya?
“Yang mejadi publik figure itu saya, bukan mereka.
Mereka tidak pernah memilih lahir sebagai anak selebriti, itu sebabnya saya
memilih untuk tidak ‘membebankan’ status selebiriti saya kepada mereka. Saya
tidak mau mereka terganggu dengan media yang nantinya mengekspos mereka tanpa
mereka kehendaki”.
Berbicara mengenai filosofi kehidupan, secara berandai-andai Nadya lebih memilih masuk penjara daripada masuk rumah sakit. Alasannya?
“Kesehatan itu mahal harganya. Tidak peduli anda
memiliki harta atau uang yang tidak terhingga jumlahnya, itu tidak akan berarti
apa-apa jika anda sakit karena anda tidak bisa membeli hidup sehat ketika anda
sudah sakit parah. Ini sama saja seperti ‘dipenjara’, bahkan lebih parah.
Sementara kalau di penjara, anda hanya tidak bisa kemana-mana. Tetapi pikiran,
jiwa dan fisik anda sehat sehingga anda tetap bisa melakukan hal-hal yang
bernilai dan bermanfaat seperti membaca buku, menulis, berinteraksi dan
mengerjakan hal-hal lain secara normal”.
Begitulah Nadya, perempuan blasteran yang sangat bangga sebagai orang
Indonesia, khususnya orang Batak.
“Hutagalung itu termasuk marga yang sangat susah
disebut oleh orang yang bukan dari suku Batak, juga orang asing. Tetapi saya
memilih tetap menggunakan marga itu dibelakang nama saya karena saya bangga
dengan darah Batak didalam tubuh saya”.
Meski belum lancar berbahasa Indonesia, tetapi ketika berada di Indonesia
Nadya tampak sangat bersemangat dan berusaha keras agar kalimat yang dia
ucapkan bisa meluncur dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di usianya
yang hampir mencapai angka 40 tahun, Nadya masih terlihat sangat cantik, awet
muda, segar dan sehat. Apa resepnya kecantikan Nadya?
“Aku menjalani hidup sehat, kebetulan aku adalah
vegetarian 80%. Artinya aku masih mengkonsumsi daging, tetapi dalam porsi yang
sangat terbatas karena aku lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran. Satu
lagi, aku selalu berusaha untuk bahagia setiap hari”.
Dia adalah Nadya Hutagalung yang merupakan salah satu contoh sempurna untuk
representasi sosok perempuan yang cantik luar dalam.