Masih ingat bagaimana dulu nasib ratusan pedagang bakso akibat tayangan Trans
TV (program Investigasi) tentang bakso yang menggunakan daging tikus
sebagai pengganti daging sapi? Konsumen dan pelanggan mereka tiba-tiba merosot
tajam atau bahkan mungkin menjadi sangat sepi. Untung saja Menteri Perdagangan
saat itu Maria Elka Pangestu memiliki empati kemudian menggelar acara
makan bakso massal untuk menghapus kekhawatiran masyarakat terhadap paranoid
ini.
Lalu beberapa waktu kemudian Trans 7 kembali melakukan hal yang
sama, menayangkan berita tentang daging oplosan dimana daging sapi disisipi
dengan daging babi. Sama seperti tayangan polemik bakso tikus, melalui tayangan
tersebut jelas-jelas terlihat Trans 7 mengetahui siapa pelakunya. Masalahnya
adalah Trans 7 hanya sebatas mengaburkan visualisasi wajah dan suara pelaku
sehingga kita tidak pernah tau siapa pelakunya. Trans 7 lupa bahwa ada ratusan
atau bahkan ribuan profesi yang sama diluar sana yang bekerja jujur menjalankan
usahanya. Tayangan tersebut jelas membuat masyarakat luas menjadi paranoid dan
menebak-nebak siapa kira-kira pelakunya. Karena ketidak jelasan siapa oknum
tersebut, maka masyarakat akan memutuskan untuk berhenti mengkonsumsi (bahan)
makanan tersebut. Akibatnya, profesi serupoa kehilangan mata pencaharian akibat
ulah oknum dan tayangan Trans 7 yang hanya memikirkan rating tanpa pedulu
dampak dan efeknya kepada orang lain dengan profesi yang sama.
Satu hal lagi, tentu penggunaan daging tikus atau daging sapi oplosan
adalah bentuk kejahatan dan kriminal. Kenapa Trans Corp seolah-olah melindungi
data si pelaku atas nama menjaga rahasia narasumber? Bukankah ini sama saja
namanya dengan melindugi penjahat? Alih-alih melaporkan pelaku kepada yang
berwajib, Trans Corp malah terkesan membiarkan oknum tersebut tetap menjalankan
usaha haramnya karena Trans Corp tidak pernah mengungkap data pelaku yang
jelas-jelas sudah melanggar aturan dan mencederai kemanusiaan.
Kalau memang ada aturan seperti itu dimana pihak televisi wajib melindungi
narasumber yang sudah jelas-jelas melakukan aksi kriminal, bagaimana dengan
hati nurani? Saat memutuskan untuk menayangkan tayangan tersebut kemudian
melindungi oknum pelakunya, apakah Trans Corp tidak pernah memikirkan dampaknya
terhadap pedagang lain dengan jualan yang sama? Apakah Trans Corp bisa
berbahagia dengan tayangan polemik dengan hasil akhir banyak orang yang tak
bersalah menjadi kehilangan mata pencaharian? Hanya Trans Corp yang bisa
menjawabnya.