19/03/14

Merugikan Pihak Lain Demi RATING




Masih ingat bagaimana dulu nasib ratusan pedagang bakso akibat tayangan Trans TV (program Investigasi) tentang bakso yang menggunakan daging tikus sebagai pengganti daging sapi? Konsumen dan pelanggan mereka tiba-tiba merosot tajam atau bahkan mungkin menjadi sangat sepi. Untung saja Menteri Perdagangan saat itu Maria Elka Pangestu memiliki empati kemudian menggelar acara makan bakso massal untuk menghapus kekhawatiran masyarakat terhadap paranoid ini.

Lalu beberapa waktu kemudian Trans 7 kembali melakukan hal yang sama, menayangkan berita tentang daging oplosan dimana daging sapi disisipi dengan daging babi. Sama seperti tayangan polemik bakso tikus, melalui tayangan tersebut jelas-jelas terlihat Trans 7 mengetahui siapa pelakunya. Masalahnya adalah Trans 7 hanya sebatas mengaburkan visualisasi wajah dan suara pelaku sehingga kita tidak pernah tau siapa pelakunya. Trans 7 lupa bahwa ada ratusan atau bahkan ribuan profesi yang sama diluar sana yang bekerja jujur menjalankan usahanya. Tayangan tersebut jelas membuat masyarakat luas menjadi paranoid dan menebak-nebak siapa kira-kira pelakunya. Karena ketidak jelasan siapa oknum tersebut, maka masyarakat akan memutuskan untuk berhenti mengkonsumsi (bahan) makanan tersebut. Akibatnya, profesi serupoa kehilangan mata pencaharian akibat ulah oknum dan tayangan Trans 7 yang hanya memikirkan rating tanpa pedulu dampak dan efeknya kepada orang lain dengan profesi yang sama.

Satu hal lagi, tentu penggunaan daging tikus atau daging sapi oplosan adalah bentuk kejahatan dan kriminal. Kenapa Trans Corp seolah-olah melindungi data si pelaku atas nama menjaga rahasia narasumber? Bukankah ini sama saja namanya dengan melindugi penjahat? Alih-alih melaporkan pelaku kepada yang berwajib, Trans Corp malah terkesan membiarkan oknum tersebut tetap menjalankan usaha haramnya karena Trans Corp tidak pernah mengungkap data pelaku yang jelas-jelas sudah melanggar aturan dan mencederai kemanusiaan.

Kalau memang ada aturan seperti itu dimana pihak televisi wajib melindungi narasumber yang sudah jelas-jelas melakukan aksi kriminal, bagaimana dengan hati nurani? Saat memutuskan untuk menayangkan tayangan tersebut kemudian melindungi oknum pelakunya, apakah Trans Corp tidak pernah memikirkan dampaknya terhadap pedagang lain dengan jualan yang sama? Apakah Trans Corp bisa berbahagia dengan tayangan polemik dengan hasil akhir banyak orang yang tak bersalah menjadi kehilangan mata pencaharian? Hanya Trans Corp yang bisa menjawabnya.

Share: