13/03/14

Nguping CERITA HOT




Meja kerja saya sebagai supervisor dan cashier restoran yang berdekatan dengan salah satu meja restoran di dekat pintu masuk terkadang membuat saya secara tidak sengaja menguping pembicaraan tamu. Mulai dari pembicaraan rahasia sampai yang remeh temeh. Yang ngomongin bos/teman/suami/istri orang, membahas gosip artis, rapat kantor, kencan mesra, sampai yang aneh-aneh.

Saya pernah nguping gerombolan PNS pria, rata-rata mereka masih muda seperti saya. Eh, nggak usah meringis gitu dong. Saya memang masih muda kok. Mau lanjut nggak nih?

Ceritanya, salah satu di antara mereka ini ada yang baru menikah minggu lalu. Kampret-nya, sambil makan, dia bercerita tentang ritual malam pertama dengan istrinya kepada teman-temannya. Sampe sedetil-detilnya, bahkan memperagakan beberapa gerakan-gerakan segala, yang membuat empat orang temannya yang mengelilingi meja sampai kelihatan bego saking menyimak dan menghayati cerita, sambil mungkin berfantasi. Semua itu diceritakan dan diperagakan dengan volume suara yang sama sekali tidak dijaga agar tidak terdengar meja sebelah.

Terus terang saya tidak terganggu, malah makin semangat nguping. Saya nggak munafik-lah. Enak, gila! Tetapi saya khawatir jika tamu berbentuk tiga orang ibu-ibu dan dua orang bapak-bapak yang di meja sebelahnya terganggu. Mekipun mereka sudah cukup umur, tapi kayaknya ini kan bukan pembicaraan yang propriate di tempat umum. Maka saya sengaja berdehem keras untuk memberi kode. Sang narator mesum itupun menoleh ke saya. Ternyata ibu-bu dan bapak-bapak yang di meja sebelahnya juga menoleh ke saya, seolah menyalahkan saya karena telah mengganggu narasi cerita hot barusan. Ya elahhh, ternyata mereka juga ikut nguping.

Salah satu yang tak kalah absurd menurut saya adalah saat segerombolan bapak-bapak seumuran Madonna, mampir dan memesan kopi. Saya tidak tau mereka ini dari mana atau bekerja dimana, mereka tidak memakai seragam kerja. Setelah kopi terhidang, mulailah pembicaraan absurd itu.

Entah dari mana asal mula pembicaraannya, tiba-tiba saya saya mendengar salah satu dari mereka berbagi tips cara membuat anak laki-laki atau anak perempuan, tergantung si suami pilih mau punya anak dari jenis kelamin mana.

Dengan sok taunya, sang ahli akan sangat bersemangat berbagi rahasia. Tanpa malu-malu atau sungkan, meskipun di meja sebelah ada tamu restoran lain. Tentu saja dengan volume suara yang jelas terdengar, seolah-olah dia sedang berbagi kabar sukacita.

“Jadi kalau mau dapat anak perempuan, sorong ke kiri. Kalau mau anak laki-laki, sorong ke kanan,” katanya bersemangat sambil menyeringai.
“Kalau sorong ke tengah-tengah?” tanya salah satu temannya serius.
“Jangan, nanti anaknya jadi banci atau tomboy” Gubrak!

Sok tau banget ya? Padahal jenis kelamin sang calon bayi kan tidak ditentukan oleh gaya atau posisi seks yang sorong ke kiri atau sorong ke kanan kayak lirik lagu anak-anak Potong Bebek Angsa itu, tetapi ditentukan oleh kromosom yang lebih dominan. Apakah kromosom dari si ibu atau si ayah yang paling dominan. Saya yakin Si Tukang Sorong Kanan Kiri itu pasti dulu dapat merah melulu nilai Biologinya. Bener nggak sih? Atau jangan-jangan saya yang salah dan dia yang benar. Hmmm....sorong ke kiri atau sorong ke kanan?
Share:

0 komentar:

Posting Komentar