Tak ada olahraga yang secara spesifik saya gemari. Dulu suka nonton bulutangkis gara-gara euforia Susi Susanti. Saat itu teman-teman saya di SD dan SMP hampir semuanya membicarakan Susi Susanti, sehingga mau tidak mau saya selalu usahakan nonton pertandingannya biar besok pagi bisa ikut nimbrung.
Sepakbola?
Saya hanya tertarik dengan sepakbola saat musim Piala Dunia saja. Kenapa Piala
Dunia? Karena pertandingan membela negara, bukan club yang notabene lebih bertendensi bisnis daripada jiwa
patriotisme. Sekarang, coba tanyakan
kepada saya siapa-siapa saja pemain sepakbola atau club yang sedang hits, saya akan diam seribu bahasa. Bukan karena
merendah dan tidak mau menyombongkan diri, tetapi karena memang benar-benar
tidak tau. Tapi coba tanya saya mengenai sepakbola saat Piala Dunia sudah
begulir.
Saya akan menjelaskan secara panjang lebar negara-negara mana yang berpotensi menjadi juara lengkap dengan analisa dan oralisa mendalam, siapa pemain yang ball possesion-nya OK, siapa yang selfish, mana yang benar-benar diving da mana yang pelanggaran, kiper dari negara mana yang paling lengket dengan bola, seperti layaknya komentator Indonesia yang paling jago dan paling heboh dalam urusan berkomentar.
Saya akan menjelaskan secara panjang lebar negara-negara mana yang berpotensi menjadi juara lengkap dengan analisa dan oralisa mendalam, siapa pemain yang ball possesion-nya OK, siapa yang selfish, mana yang benar-benar diving da mana yang pelanggaran, kiper dari negara mana yang paling lengket dengan bola, seperti layaknya komentator Indonesia yang paling jago dan paling heboh dalam urusan berkomentar.
Taekwondo?
Saya tidak bisa bilang saya menyukai olahraga ini. Saya terpaksa aware dengan olahraga ini karena saya
dulu pernah menjadi begabung dengan club
Taekwondo di kampus. Rajin latihan, tetapi ogah ikut ujian kenaikan tingkat
karena takut diadu dengan lawan dari club lain yang badannya lebih besar.
Tetapi
akhirnya saya menemukan pelabuhan hati saya, yaitu tennis. Padahal dulu di mata
saya tennis ini adalah olahraga paling tidak jelas. Dalam benak saya ‘apa serunya sih menonton orang yang
mengejar-ngejar bola Tenis yang memantul?’. Kesukaan saya pada tennis justru
bermula dari kejadian yang boleh dibilang absurd.
Saat itu saya sedang iseng-iseng mencari acara melalui remote TV. Lalu tiba-tiba
saya terhenti di channel Fox Sport yang sedang menampilkan Serena Williams sedang memukul-mukulkan
raketnya ke tanah sambil meneriakkan semua nama-nama hewan di kebun binatang Ragunan.
Sejak itulah saya jatuh cinta dengan olahraga Tennis. Ternyata Tennis bukan hanya sebatas lari pontang-panting ke kanan dan ke kiri untuk mengejar bola, tetapi ada banyak hal lain yang membuat Tennis adalah olahraga yang menarik.
Beberapa hal diantaranya adalah :
Sejak itulah saya jatuh cinta dengan olahraga Tennis. Ternyata Tennis bukan hanya sebatas lari pontang-panting ke kanan dan ke kiri untuk mengejar bola, tetapi ada banyak hal lain yang membuat Tennis adalah olahraga yang menarik.
Beberapa hal diantaranya adalah :
ADUH, ADA YANG NYELIP
Kerap
berlari ke kanan dan ke kiri untuk mempertahankan daerah kekuasaan membuat
pemain tennis bersimbah keringat. Efeknya ya membuat ‘pohon dan kebun basah
semua’. Entah disadari atau tidak, keadaan ini sering membuat pemain tennis
tertangkap kamera sedang menarik bagian bawah dalemannya yang mungkin lengket
atau nyelip.
Yang paling fenomenal adalah rangking satu dunia putra saat ini yaitu Rafael Nadal (Spanyol). Soal selip-selip ini sudah seperti ritual untuk Nadal. Sebelum menerima serve atau melakukan serve, Nadal akan terlebih dahulu membetulkan letak underwear bagian belakangnya, lalu menyentuh hidung dan mengaitkan untaian rambut ke belakang telinga kanan dan kiri seperti layaknya kembang desa.
Saya yakin saat membaca kalimat barusan, anda pasti langsung mempraktekkannya : mengaitkan rambut ke belakang telinga kanan dan kiri. Iya kan? Saya kadang iseng menyanyikan lagu anak-anak ‘kepala pundak lutut kaki’ saat Nadal sedang melakukan gerakan ritualnya itu, dan ternyata pas sekali irama dan gerakannya.
Yang paling fenomenal adalah rangking satu dunia putra saat ini yaitu Rafael Nadal (Spanyol). Soal selip-selip ini sudah seperti ritual untuk Nadal. Sebelum menerima serve atau melakukan serve, Nadal akan terlebih dahulu membetulkan letak underwear bagian belakangnya, lalu menyentuh hidung dan mengaitkan untaian rambut ke belakang telinga kanan dan kiri seperti layaknya kembang desa.
Saya yakin saat membaca kalimat barusan, anda pasti langsung mempraktekkannya : mengaitkan rambut ke belakang telinga kanan dan kiri. Iya kan? Saya kadang iseng menyanyikan lagu anak-anak ‘kepala pundak lutut kaki’ saat Nadal sedang melakukan gerakan ritualnya itu, dan ternyata pas sekali irama dan gerakannya.
PARADE PAHA
Bukan,
bukan bermaksud mesum atau cabul. Tetapi ini seperti sebuah komitmen dalam
dunia tennis putri. Tidak peduli seorang petenis putri itu se-tomboy kingkong, tetapi ketika turun ke
lapangan pasti wajib memakai rok pendek.
Sebut saja petenis ‘jantan’ seperti Francesca Schiavone (Italy) atau Samantha Stosur (Australia) yang gaya jalannya saja gagah. Sulit membayangkan mereka memakai rok, rok yang ketat dan ukuran mini pula. Tetapi ketika sudah berada di lapangan kok ya kelihatan pantas-pantas saja.
Sebut saja petenis ‘jantan’ seperti Francesca Schiavone (Italy) atau Samantha Stosur (Australia) yang gaya jalannya saja gagah. Sulit membayangkan mereka memakai rok, rok yang ketat dan ukuran mini pula. Tetapi ketika sudah berada di lapangan kok ya kelihatan pantas-pantas saja.
Dulu
petenis putri saat break ke game atau set berikutnya, mereka cuek saja duduk di bangku pemain dengan
posisi kaki kemana-mana. Namanya juga atlet, kelelahan dan keringetan, mana
sempat mikirin duduk seperti layaknya seperti tuan putri.
Namun rupanya keadaan ini menjadi objek empuk untuk para fotografer nakal. Sering beredar foto petenis putri dengan ‘kilatan cahaya’ akibat posisi duduk yang salah.
Dan sepertinya panitia turnamen mulai menyadari hal ini. Beberapa tahun terakhir ini, para petenis putri sudah menutupi paha dan kakinya dengan handuk saat sedang break game atau set. Yahhhh, penonton kecewa.
Namun rupanya keadaan ini menjadi objek empuk untuk para fotografer nakal. Sering beredar foto petenis putri dengan ‘kilatan cahaya’ akibat posisi duduk yang salah.
Dan sepertinya panitia turnamen mulai menyadari hal ini. Beberapa tahun terakhir ini, para petenis putri sudah menutupi paha dan kakinya dengan handuk saat sedang break game atau set. Yahhhh, penonton kecewa.
TUKANG JERIT
Entah
untuk tujuan memberi daya pukulan yang lebih kuat atau bermaksud menakuti lawan, beberapa petenis putri dan
putra menjadi tukang jerit di lapangan.
Jadi setiap kali memukul bola, mereka berteriak. Jenis teriakannya juga beraneka macam. Yang populer dengan kebiasan menjerit ini adalah Maria Sharapova (Rusia) dan Victoria Azarenka (Belarusia).
Kalau Maria Sharapova jeritannya mirip teriakan orang yang sedang berkelahi, kalau Victoria Azarenka jeritannya mirip teriakan petani yang hendak mengusir burung.
Beda lagi jeritan Sara Errani (Italy) yang lebih mirip teriakan atlet Taekwondo. Serena Williams juga kadang menjerit, kadang tidak. Sepertinya tergantung mood dan musim.
Jadi setiap kali memukul bola, mereka berteriak. Jenis teriakannya juga beraneka macam. Yang populer dengan kebiasan menjerit ini adalah Maria Sharapova (Rusia) dan Victoria Azarenka (Belarusia).
Kalau Maria Sharapova jeritannya mirip teriakan orang yang sedang berkelahi, kalau Victoria Azarenka jeritannya mirip teriakan petani yang hendak mengusir burung.
Beda lagi jeritan Sara Errani (Italy) yang lebih mirip teriakan atlet Taekwondo. Serena Williams juga kadang menjerit, kadang tidak. Sepertinya tergantung mood dan musim.
MARAH SAMA TUHAN
Kalau
yang ini sepertinya hampir terjadi pada semua petenis. Entah karena frustasi
atau kesal sama diri sendiri, banyak petenis yang tidak bisa menahan emosinya
saat berada di lapangan.
Bentuk kemarahan ini bermacam-macam. Sebut saja petenis sekaliber Serena Williams dan Roger Federer (Swiss) pernah kebablasan membanting-banting raketnya sampai hancur berantakan disaksikan oleh jutaan penonton tenis di seluruh dunia. Bentuk kemarahan lain adalah berteriak-teriak.
Mantan petenis putri nomor satu dunia (yang sampai saat ini belum sekalipun mendapatkan gelar juara Grand Slam) Jelena Jankovic termasuk yang terkenal dengan kelakuan ini. Ketika baru melakukan error atau tidak mampu menjangkau bola pengembalian dari lawan, dia bisa langsung marah-marah sambil menunjuk-nunjuk ke langit seolah marah sama Tuhan. Dan itu dia lakukan dengan menggunakan bahasa Serbia. Mudah-mudahan saja Tuhan mengerti bahasa Serbia.
Bentuk kemarahan ini bermacam-macam. Sebut saja petenis sekaliber Serena Williams dan Roger Federer (Swiss) pernah kebablasan membanting-banting raketnya sampai hancur berantakan disaksikan oleh jutaan penonton tenis di seluruh dunia. Bentuk kemarahan lain adalah berteriak-teriak.
Mantan petenis putri nomor satu dunia (yang sampai saat ini belum sekalipun mendapatkan gelar juara Grand Slam) Jelena Jankovic termasuk yang terkenal dengan kelakuan ini. Ketika baru melakukan error atau tidak mampu menjangkau bola pengembalian dari lawan, dia bisa langsung marah-marah sambil menunjuk-nunjuk ke langit seolah marah sama Tuhan. Dan itu dia lakukan dengan menggunakan bahasa Serbia. Mudah-mudahan saja Tuhan mengerti bahasa Serbia.
Beda
Jelena Jankovic , beda juga kompatriotnya Novak
Djokovic yang juga dari Serbia. Kalau Jelena marah sama Tuhan, maka Novak
marah sama pelatihnya. Jadi saat baru melakukan kesalahan atau gagal
mengembalikan bola, Novak sering mendelik ke arah pelatihnya lalu mengomel
dengan gaya berteriak. Padahal yang bikin kesalahan kan dia, kenapa juga dia
marah-marah ke pelatihnya?
Petenis
muda Simona Halep (Rumania) yang
akhir-akhir ini sedang mentereng prestasinya punya gaya marah-marah sendiri. Dia
tidak segan-segan menjitak kepalanya sendiri jika kecewa dengan hasil poin.
DRAMA QUEEN
Beberapa
petenis suka mencari kesempatan dalam kesempitan, dan itu sebenarnya bukan
sesuatu yang melanggar regulasi. Menurut editor Djakarta Post Bruce Edmon,
hal ini disebut gamesmanship.
Kadang saat tinggal beberapa poin lagi untuk menang atau kalah, ada pemain (entah benar-benar atau pura-pura) yang meminta medical time out atau sekedar minta izin pipis ke toilet.
Tak lain dan tak bukan, tujuannya adalah untuk memecah atau menganggu konsentrasi lawan. Bayangkan saja, saat sedang on fire, tiba-tiba ada jeda beberapa menit, pasti akan mempengaruhi adrenalin lawan sehingga mengendur lagi.
Yang sering melakukan ini adalah Victoria Azarenka, Marion Bartoli, Nadia Petrova (Rusia).
Kadang saat tinggal beberapa poin lagi untuk menang atau kalah, ada pemain (entah benar-benar atau pura-pura) yang meminta medical time out atau sekedar minta izin pipis ke toilet.
Tak lain dan tak bukan, tujuannya adalah untuk memecah atau menganggu konsentrasi lawan. Bayangkan saja, saat sedang on fire, tiba-tiba ada jeda beberapa menit, pasti akan mempengaruhi adrenalin lawan sehingga mengendur lagi.
Yang sering melakukan ini adalah Victoria Azarenka, Marion Bartoli, Nadia Petrova (Rusia).
Drama queen versi Jelena Jankovich beda
lagi. Dia ini tukang challenge. Dalam
turnamen tennis, petenis diberi kesempatan mereview hasil pukulannya yang diklaim
keluar oleh hakim garis jika dia yakin pukulannya tersebut masuk. Nah, si
Jelena Jankovich ini terkenal suka men-challenge
hal-hal yang tidak penting.
Misalnya, sudah jelas terlihat (bahkan dilihat dari planet Pluto) bolanya keluar, dia akan tetap ngotot bahwa bolanya masuk. Sampai pernah ada penonton yang berteriak lega ‘Terima kasih, Tuhan’ saat wasit mengumumkan bahwa jatah challenge Jelena Jankovich sudah habis sehingga dia tidak bisa lagi ngotot.
Misalnya, sudah jelas terlihat (bahkan dilihat dari planet Pluto) bolanya keluar, dia akan tetap ngotot bahwa bolanya masuk. Sampai pernah ada penonton yang berteriak lega ‘Terima kasih, Tuhan’ saat wasit mengumumkan bahwa jatah challenge Jelena Jankovich sudah habis sehingga dia tidak bisa lagi ngotot.
RITUAL
Jika
Nadal punya ritual yang berhubungan dengan celana dalam, maka Maria Sharapova
sangat religius. Sebelum melakukan atau menerima serve dia akan menenangkan
diri dulu di bagian belakang lapangan selama beberapa detik seperti sedang
berdoa.
Gaya ini sempat ditiru-tiru oleh Daniela Hantucova (Slovakia).
Lalu ada Marion Bartoli yang punya ritual yang lebih atraktif. Dia akan melakukan pemanasan yang lebih mirip pemanasan sebelum bertinju daripada bermain tennis. Mulai dari stretching, senam pagi sampai squad jump.
Gaya ini sempat ditiru-tiru oleh Daniela Hantucova (Slovakia).
Lalu ada Marion Bartoli yang punya ritual yang lebih atraktif. Dia akan melakukan pemanasan yang lebih mirip pemanasan sebelum bertinju daripada bermain tennis. Mulai dari stretching, senam pagi sampai squad jump.
MISTER RIBET
Apa
perbedaan Serena Williams dengan Stanislas
Wawrinka (Swiss)? Selain beda jenis kelamin, ada lagi perbedaan yang sangat
mencolok diantara kedua petenis ini.
Kalau Serena adalah type pemain yang tidak mau ribet, Wawrinka justru sebaliknya. Serena adalah petenis yang ogah mengantungi bola, jadi dia akan asal terima saja bola yang dilemparkankan ballboy.
Selain itu, Serena juga tidak pernah merepotkan ballboy dengan hantaran handuk. Serena hanya handukan saat break saja.
Kalau Wawrinka benar-benar ‘menyiksa’ ballboy. Selain cerewet soal bola (karena dia akan meminta semua koleksi bola-bola dari ballboy untuk dia pilih sendiri), Wawrinka juga setiap saat minta handuk.
Baru melakukan/menerima serve, pasti minta handuk, tak peduli apakah serve tersebut berhasil atau tidak. Pokoknya selama tidak sedang berlari mengejar-ngejar bola, dia akan handukan melulu. Saya yakin ballboy yang berada di lapangan Wawrinka harus punya stamina ekstra. Karena selain menyediakan bola, mereka juga harus rela bolak-balik mengantar handuk.
Kalau Serena adalah type pemain yang tidak mau ribet, Wawrinka justru sebaliknya. Serena adalah petenis yang ogah mengantungi bola, jadi dia akan asal terima saja bola yang dilemparkankan ballboy.
Selain itu, Serena juga tidak pernah merepotkan ballboy dengan hantaran handuk. Serena hanya handukan saat break saja.
Kalau Wawrinka benar-benar ‘menyiksa’ ballboy. Selain cerewet soal bola (karena dia akan meminta semua koleksi bola-bola dari ballboy untuk dia pilih sendiri), Wawrinka juga setiap saat minta handuk.
Baru melakukan/menerima serve, pasti minta handuk, tak peduli apakah serve tersebut berhasil atau tidak. Pokoknya selama tidak sedang berlari mengejar-ngejar bola, dia akan handukan melulu. Saya yakin ballboy yang berada di lapangan Wawrinka harus punya stamina ekstra. Karena selain menyediakan bola, mereka juga harus rela bolak-balik mengantar handuk.
Itulah
beberapa hal menarik yang bisa saya dapat dari menonton pertandingan tennis.
Kadang yang membuat menarik sebuah pertandingan itu bukan melulu soal bakat
atau tehnik, tetapi juga attitude dan
tingkah laku atletnya di lapangan. Jadi siapa bilang yang menarik dari turnamen
tennis itu hanya parade paha saja?
0 komentar:
Posting Komentar