18/05/14

TESTOSTERON Kental Atau Encer

Cowok identik dengan olahraga. Maksudnya cowok yang benar-benar kental kadar hormon testosteron-nya ya. Kalau yang encer, mungkin lebih suka merangkai bunga daripada olahraga. Nah, saya termasuk kategori yang mana? Yang kental atau yang encer?

Waktu kecil saya tidak terlalu aktif berolahraga. Dulu olahraga yang hits paling hanya sepakbola (pake bola plastik yang kalau kena muka, sakitnya minta mati). 

Sebenarnya saya punya kwalifikasi untuk menjadi pemain sepakbola kampung. Badan saya kan kecil **lho, sejak kapan ada persyaratan bahwa pemain bola harus kecil?** dan jago balap lari. Ya, saya dulu paling jago balap lari. Pokoknya kalau ada perlombaan lomba lari di sekolah atau di komplek rumah, saya pasti selalu juara satu. 
Masalahnya, di sepakbola bukan hanya lari doang, tetapi juga harus sambil ngocek bola. Nah, saya ini bukan orang yang bisa multi-tasking begitu. Makanya kalau disuruh lari sambil ngocek bola, saya bakal bolak-balik jatuh nyium tanah. Bukan karena di-tackle lawan, tetapi karena nginjak bola. 

Makanya dulu di sekolah, setiap kali ada pertandingan sepakbola antar kelas, pasti saya tidak dianggap serius. Kalau juga terpaksa harus masuk tim, itu pasti karena tim kekurangan pemain. Jadi saya TERPAKSA didaulat masuk tim. Trus, saya jadi apa? Ya, paling cuma disuruh jagain gawang. Bukan jadi kiper, tapi asisten kiper. Jadi saya hanya akan kocar-kacir kerasukan kalau tim lawan sudah menyerang area gawang. Selama bola masih jauh sih, ya sama paling cuma gigit-gigit rumput atau main tebak-tebakan sama kiper.

Saya pernah jadi korban bully **saya sudah pernah menulis tentang ini**, makanya saya pengen banget belajar beladiri.  Di kota tempat tinggal saya dulu ada perguruan silat.Tetapi sama nyokap nggak pernah kasih restu. Sedikit-sedikit dibilang ‘nanti kamu cidera’, ‘nanti kamu di adu sama anak yang lebih besar’. Maklum, saya anak bungsu.

Tetapi untuk urusan beladiri ini, saya memang tertarik banget. Bukan mau jadi jagoan, tetapi buat antisipasi saja. Saya sudah muak dengan segala macam bentuk bully. At least, dengan menguasai ilmu bela diri, saya bisa membela diri saya sendiri. Syukur-syukur bisa membela orang lain juga. 

Begitu lepas dari pantauan nyokap karena saya harus ngekost di luar kota untuk kuliah, saya langsung mendaftarkan diri masuk anggota Taekwondo di kampus saya.
Dan ketakutan nyokap tentang cedera dan diadu sama banteng memang terbukti. Saya baru pertama kali ikut latihan, langsung diadu sama anak lain yang sudah lama menjadi anggota. Alhasil, karena belum memiliki ilmu kanuragan yang sakti mandraguna, saya hanya bisa bertahan dan menghindar tanpa bisa balas menyerang. 
Tangan saya sakit karena jadi bumper tendangan dan pukulan lawan. Tetapi menurut pelatihnya, itu sudah cukup bagus. Setidaknya base defense saya sudah kuat. Haduhhh, saya langsung merasa seperti Brama Kumbara.
Tapi saya hanya sempat ikut latihan dan ujian sampai mendapatkan sabuk hijau, karena club-nya keburu bubar, karena pelatihnya kabur ke Korea.

Saya juga hobby banget renang. Pokoknya nggak bisa lihat kolam renang, rasanya langsung pengen nyebur. Tetapi renang ini juga bikin saya sakit hati. Saya lihat orang yang hobby renang rata-rata badannya bagus. Saya kok badannya nggak bagus-bagus ya?

Saat ini, saya lagi getol-getolnya sama tennis. Maksunya bukan main tennis sih, hanya sekedar nonton saja. Padahal dulu saya sama sekali nggak suka sama tennis. Saya memang tau Andre Agassi dan Steffy Graff, tetapi sama sekali buta tentang Tennis. Saya baru tertarik dengan tennis sejak lima tahun yang lalu. Pemicunya juga aneh. Jadi waktu itu saya sedang mencet-mencet remote TV Kabel langganan saya, trus mentok di Star Sport. Di layar TV, tampak Serena Williams sedang membanting-banting raketnya ke tanah sampai hancur lebur. Lalu selanjutnya dia marah-marah dan mengejar salah satu hakim garis yang berwajah Asia untuk dihajar. Wah, seru nih. Ternyata Tennis bukan hanya sekedar cewek-cewek yang memakai rok pendek berlarian kesana kemari mengejar bola, tetapi ada saja kejadian yang menarik. Salah satunya ya itu tadi, kalau ada pemain yang frustasi, kecewa sama diri sendiri, lalu marah-marah sama Tuhan, mukul-muluk lapangan, ngomelin pelatih dan nakut-nakutin anjing.

Serunya lagi, hampir semua pemain tennis nggak ada yang jelek. Cakep-cakep semua. Khusus yang petenis cewek, rasanya kok seru banget melihat mereka keringetan pake kostum yang mini dan ketat, lari-lari kesana kemari, nggak takut kelihatan jelek, memukul bola dengan kekuatan dan tehnik yang OK. Seksi!!!!!

Saking cintanya sama Tennis, saya bahkan sudah punya petenis favorit : Andy Murray (UK), Samantha Stosur (Australia), Maria Sharapova (Rusia), Philipp Kohlscreiber (Jerman) dan Richard Gasquet (Prancis). Pokoknya kalau mereka main, saya bela-belain begadang sampai subuh. Maklum, kebanyakan turnamen kan digelar di Amerika dan Eropa yang notabene perbedaan waktunya dengan Indonesia bangsat banget. Disana sore, disini pagi buta.


Saya bahkan jadi nyesal kenapa dulu gak tertarik sama Tennis. Setidaknya saya bisa serius berlatih dan menjadi petenis Indonesia yang berhasil juara Grand Slam. Hallahhh! Kalau sekarang kan sudah telat. Roger Federer saja sudah mau pensiun, padahal saya seumuran sama dia. Ah, sudahlah! Tetapi setidaknya hormon testosteron saya nggak encer-encer banget kan? Kalau kamu? 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar