Cowok identik
dengan olahraga. Maksudnya cowok yang benar-benar kental kadar hormon testosteron-nya ya. Kalau yang encer,
mungkin lebih suka merangkai bunga daripada olahraga. Nah, saya termasuk
kategori yang mana? Yang kental atau yang encer?
Waktu kecil saya
tidak terlalu aktif berolahraga. Dulu olahraga yang hits paling hanya sepakbola (pake bola plastik yang kalau kena muka,
sakitnya minta mati).
Sebenarnya saya punya kwalifikasi untuk menjadi pemain
sepakbola kampung. Badan saya kan kecil **lho, sejak kapan ada persyaratan bahwa pemain bola
harus kecil?** dan jago balap lari. Ya, saya dulu paling jago balap
lari. Pokoknya kalau ada perlombaan lomba lari di sekolah atau di komplek
rumah, saya pasti selalu juara satu.
Masalahnya, di sepakbola bukan hanya lari
doang, tetapi juga harus sambil ngocek bola. Nah, saya ini bukan orang yang
bisa multi-tasking begitu. Makanya
kalau disuruh lari sambil ngocek bola, saya bakal bolak-balik jatuh nyium
tanah. Bukan karena di-tackle lawan,
tetapi karena nginjak bola.
Makanya dulu di sekolah, setiap kali ada
pertandingan sepakbola antar kelas, pasti saya tidak dianggap serius. Kalau
juga terpaksa harus masuk tim, itu pasti karena tim kekurangan pemain. Jadi
saya TERPAKSA didaulat masuk tim. Trus, saya jadi apa? Ya, paling cuma disuruh
jagain gawang. Bukan jadi kiper, tapi asisten kiper. Jadi saya hanya akan
kocar-kacir kerasukan kalau tim lawan sudah menyerang area gawang. Selama bola
masih jauh sih, ya sama paling cuma gigit-gigit rumput atau main tebak-tebakan
sama kiper.
Saya pernah jadi
korban bully **saya sudah pernah
menulis tentang ini**, makanya saya pengen banget belajar beladiri. Di kota tempat tinggal saya dulu ada perguruan
silat.Tetapi sama nyokap nggak pernah kasih restu. Sedikit-sedikit dibilang ‘nanti
kamu cidera’, ‘nanti kamu di adu sama anak yang lebih besar’. Maklum, saya anak
bungsu.
Tetapi untuk
urusan beladiri ini, saya memang tertarik banget. Bukan mau jadi jagoan, tetapi
buat antisipasi saja. Saya sudah muak dengan segala macam bentuk bully. At least, dengan menguasai ilmu bela
diri, saya bisa membela diri saya sendiri. Syukur-syukur bisa membela orang
lain juga.
Begitu lepas dari pantauan nyokap karena saya harus ngekost
di luar kota untuk kuliah, saya langsung mendaftarkan diri masuk anggota Taekwondo di kampus saya.
Dan ketakutan
nyokap tentang cedera dan diadu sama banteng memang terbukti. Saya baru pertama
kali ikut latihan, langsung diadu sama anak lain yang sudah lama menjadi
anggota. Alhasil, karena belum memiliki ilmu kanuragan yang sakti mandraguna,
saya hanya bisa bertahan dan menghindar tanpa bisa balas menyerang.
Tangan saya
sakit karena jadi bumper tendangan
dan pukulan lawan. Tetapi menurut pelatihnya, itu sudah cukup bagus. Setidaknya
base defense saya sudah kuat.
Haduhhh, saya langsung merasa seperti Brama Kumbara.
Tapi saya hanya
sempat ikut latihan dan ujian sampai mendapatkan sabuk hijau, karena club-nya keburu bubar, karena pelatihnya
kabur ke Korea.
Saya juga hobby
banget renang. Pokoknya nggak bisa lihat kolam renang, rasanya langsung pengen
nyebur. Tetapi renang ini juga bikin saya sakit hati. Saya lihat orang yang hobby renang rata-rata badannya bagus.
Saya kok badannya nggak bagus-bagus ya?
Saat ini, saya
lagi getol-getolnya sama tennis.
Maksunya bukan main tennis sih, hanya sekedar nonton saja. Padahal dulu saya
sama sekali nggak suka sama tennis. Saya memang tau Andre Agassi dan Steffy
Graff, tetapi sama sekali buta tentang Tennis. Saya baru tertarik dengan tennis
sejak lima tahun yang lalu. Pemicunya juga aneh. Jadi waktu itu saya sedang
mencet-mencet remote TV Kabel
langganan saya, trus mentok di Star Sport.
Di layar TV, tampak Serena Williams
sedang membanting-banting raketnya ke tanah sampai hancur lebur. Lalu
selanjutnya dia marah-marah dan mengejar salah satu hakim garis yang berwajah
Asia untuk dihajar. Wah, seru nih. Ternyata Tennis bukan hanya sekedar
cewek-cewek yang memakai rok pendek berlarian kesana kemari mengejar bola,
tetapi ada saja kejadian yang menarik. Salah satunya ya itu tadi, kalau ada
pemain yang frustasi, kecewa sama diri sendiri, lalu marah-marah sama Tuhan, mukul-muluk
lapangan, ngomelin pelatih dan nakut-nakutin anjing.
Serunya lagi,
hampir semua pemain tennis nggak ada yang jelek. Cakep-cakep semua. Khusus yang
petenis cewek, rasanya kok seru banget melihat mereka keringetan pake kostum
yang mini dan ketat, lari-lari kesana kemari, nggak takut kelihatan jelek, memukul
bola dengan kekuatan dan tehnik yang OK. Seksi!!!!!
Saking cintanya
sama Tennis, saya bahkan sudah punya petenis favorit : Andy Murray (UK), Samantha
Stosur (Australia), Maria Sharapova
(Rusia), Philipp Kohlscreiber (Jerman)
dan Richard Gasquet (Prancis).
Pokoknya kalau mereka main, saya bela-belain begadang sampai subuh. Maklum, kebanyakan
turnamen kan digelar di Amerika dan Eropa yang notabene perbedaan waktunya
dengan Indonesia bangsat banget. Disana sore, disini pagi buta.
Saya bahkan jadi
nyesal kenapa dulu gak tertarik sama Tennis. Setidaknya saya bisa serius
berlatih dan menjadi petenis Indonesia yang berhasil juara Grand Slam. Hallahhh! Kalau sekarang kan sudah telat. Roger Federer saja sudah mau pensiun,
padahal saya seumuran sama dia. Ah, sudahlah! Tetapi setidaknya hormon testosteron saya nggak encer-encer
banget kan? Kalau kamu?
0 komentar:
Posting Komentar