Kedua
keponakan saya yang sudah gadis remaja: Celia & Jordanna,
pernah mengunjungi saya di tempat kerja saya. Seperti layaknya gadis belia, sepanjang
waktu mereka sibuk haha-hihi, ngobrol kanan kiri, sesekali
mengambil buku dan menulis atau mencorat-coret sesuatu.
Terlihat bahagia sekali. Tetapi saya seperti melihat ada
sesuatu yang 'aneh' dengan mereka. Apakah yang aneh itu?
Mereka tidak pegang ponsel sama sekali. Hari gini?
Karena "sumpah mati aku jadi penasaran",
saya tidak tahan untuk bertanya.
"Kalian gak punya ponsel?".
"Belum dibolehin sama Papa. Kata Papa baru boleh
punya ponsel kalau sudah umur 17 tahun", jawab mereka.
Seriously?
Kembali saya perhatikan mereka. Berusaha mencari aura
dusta, acting palsu saat menjawab pertanyaan saya tadi. Sia-sia. Mereka
menjawab pertanyaan saya segampang menjawab ‘lebih enak pakai sandal atau pakai
sepatu?’.
Saya kembali memperhatikan gerak-gerik dan tingkah laku
mereka. Mereka tampak bahagia dan tentu saja tetap gaul dengan cara mereka
sendiri (walau tanpa ponsel): ngobrol akrab dengan saya, juga
sesekali ngobrol dengan orang yang baru mereka kenal yang kebetulan duduk di sebelah
mereka, bercanda, berinteraksi seperti layaknya manusia sang mahluk sosial.
Mereka tidak terlihat minder atau iri saat melihat
teman-teman seusianya yang lalu lalang sambil melototin ponsel canggih. Bahkan
beberapa orang yang bermain ponsel di kanan kiri mereka diam-diam mulai nguping
pembicaraan mereka seakan memendam hasrat ingin nimbrung daripada ‘terpenjara’
menatap layar ponsel mereka dengan interaksi semu dengan orang-orang yang nun
jauh di sana.
Lalu saya sadar, mereka sama sekali tidak tampak 'aneh'
seperti pikiran saya semula. Justru merekalah yang menjalani kehidupan normal:
bisa hidup (dengan atau) tanpa ponsel.
Mungkin memang benar bahwa kebahagiaan dan gaul itu
sebenarnya adalah state of mind.
Kuncinya ada dalam pikiran kita sendiri yang bisa kita ciptakan sendiri, bukan
tergantung dari orang lain atau ponsel atau benda mati lainnya.
Ah, saya iri dengan dua keponakan saya ini. Saya merasa
diri saya manusia goa jika sehari saja tidak memegang ponsel saya. Saya sendiri
masih sangat susah untuk bisa lepas dari ponsel (dalam konteks ingin terlihat
gaul & bahagia)
**lempar ponsel ke jurang**
0 komentar:
Posting Komentar