27/09/18

ANEH Tapi Normal

Kedua keponakan saya yang sudah gadis remaja: Celia & Jordanna, pernah mengunjungi saya di tempat kerja saya. Seperti layaknya gadis belia, sepanjang waktu mereka sibuk haha-hihi, ngobrol kanan kiri, sesekali mengambil buku dan menulis atau mencorat-coret sesuatu.

Terlihat bahagia sekali. Tetapi saya seperti melihat ada sesuatu yang 'aneh' dengan mereka. Apakah yang aneh itu?
Mereka tidak pegang ponsel sama sekali. Hari gini?

Karena  "sumpah mati aku jadi penasaran", saya tidak tahan untuk bertanya. 

"Kalian gak punya ponsel?".
"Belum dibolehin sama Papa. Kata Papa baru boleh punya ponsel kalau sudah umur 17 tahun", jawab mereka. 
Seriously? 

Kembali saya perhatikan mereka. Berusaha mencari aura dusta, acting palsu saat menjawab pertanyaan saya tadi. Sia-sia. Mereka menjawab pertanyaan saya segampang menjawab ‘lebih enak pakai sandal atau pakai sepatu?’.

Saya kembali memperhatikan gerak-gerik dan tingkah laku mereka. Mereka tampak bahagia dan tentu saja tetap gaul dengan cara mereka sendiri (walau tanpa ponsel):  ngobrol akrab dengan saya, juga sesekali ngobrol dengan orang yang baru mereka kenal yang kebetulan duduk di sebelah mereka, bercanda, berinteraksi seperti layaknya manusia sang mahluk sosial.

Mereka tidak terlihat minder atau iri saat melihat teman-teman seusianya yang lalu lalang sambil melototin ponsel canggih. Bahkan beberapa orang yang bermain ponsel di kanan kiri mereka diam-diam mulai nguping pembicaraan mereka seakan memendam hasrat ingin nimbrung daripada ‘terpenjara’ menatap layar ponsel mereka dengan interaksi semu dengan orang-orang yang nun jauh di sana. 

Lalu saya sadar, mereka sama sekali tidak tampak 'aneh' seperti pikiran saya semula. Justru merekalah yang menjalani kehidupan normal: bisa hidup (dengan atau) tanpa ponsel.

Mungkin memang benar bahwa kebahagiaan dan gaul itu sebenarnya adalah state of mind. Kuncinya ada dalam pikiran kita sendiri yang bisa kita ciptakan sendiri, bukan tergantung dari orang lain atau ponsel atau benda mati lainnya. 

Ah, saya iri dengan dua keponakan saya ini. Saya merasa diri saya manusia goa jika sehari saja tidak memegang ponsel saya. Saya sendiri masih sangat susah untuk bisa lepas dari ponsel (dalam konteks ingin terlihat gaul & bahagia) 


**lempar ponsel ke jurang**
Share:

0 komentar:

Posting Komentar