26/09/18

Anthony Ginting Melawan BULLY

Anthony Sinisuka Ginting mungkin adalah satu dari sedikit anak muda yang memilih untuk menggunakan bully yang ditujukan kepadanya menjadi cambuk untuk memicu semangat.

Jika ada sosok yang harus dipilih untuk mewakili jahatnya rundungan netizen yang dibalas dengan kejayaan kemilang, Anthony adalah sosok yang sangat mewakili.

Masih jelas dalam ingatan ketika Anthony gagal menyumbang poin untuk sektor tim putra dalam pertandingan di Asian Games 2018 di Jakarta beberapa waktu yang lalu. Sempat memberi harapan akan menyumbang poin atas pertarugan dan perlawanan sengit saat melawan pemain tunggal dari tim  China di partai pertama hingga harus berakhir dengan rubber game, namun Anthony terpaksa tidak bisa bertarung maksimal gara-gara cedera pada bagian kaki.

Meski dengan pergerakan yang sudah tidak lagi bebas dan harus sambil menahan sakit, Anthony memutuskan untuk tetap meneruskan pertandingan sampai poin terakhir. Anthony kalah dalam pertarungan 3 set.
Akibat kekalahan yang sempat memberi harapan itu, netizen yang maha suci dan maha benar karena salah lahir membombardir kolom komentar media sosial Anthony dengan hujan cacian dan makian. Penghakiman dan perlakuan buruk dari segala penjuru yang seolah menjadi cedera dan kalah adalah pilihan yang dipilih sendiri  Anthony.

Entah Anhony membaca banjir cemoohan itu atau tidak, yang jelas Anthony tampil lebih baik saat tampil pada sektor perorangan. Dia berhasil mengatasi cedera yang sempat menghadang langkahnya di sektor group, cedera yang tadinya dikhawatirkan akan membuat Anthony tidak bisa bertanding untuk sementara waktu.

Di sektor perorangan, Anthony tampil lebih kuat, melibas semua pemain unggulan termasuk Chen Long sang Juara Dunia dua kali berturut-turut sebelum akhirnya terhenti di semifinal di tangan pemain China Taipeh: Chou Tien Chen, yang pada pada partai final berhasil dikalahkan Jonathan Christie untuk menyumbang medali emas ke-18 untuk Indonesia. Anthony pun harus puas dengan medali perunggu.

Pembuktian Anthony ternyata tak berhenti di Asian Games. Jika Jonathan Christie sepertinya masuk angin karena keseringan membuka baju saat selebrasi, atau mungkin belum berhasil mengatasi sindrom kemenangan gemilang sebagai juara tunggal putra di Asian Games 2018 sehingga kalah beruntun di babak awal turnamen selanjutnya: Japan Open & China Master, Anthony justru tampil semakin garang.

Setelah sempat terhenti di quarter final Japan Open 2018, di pekan berikutnya di China Master 2018, Anthony menuntaskan misi menekuk dan 'balas dendam' terhadap deretan pemain handal & kampiun, termasuk andalan tuan rumah seperti Lin Dan (Juara Olimpiade dan Juara Dunia lima kali), Chen Long (Juara Dunia beberapa kali & Juara Olimpiade Rio de Janeiro 2016), juga rangking satu dunia & Juara Dunia 2017 asal Denmark yang mengalahkannya di turnamen sebelumnya di Japan Open 2018: Victor Axelsen

Dan di partai puncak mengalahkan pemain Jepang sang Juara Dunia 2018: Kento Momota, Anthony keluar sebagai juara China Master 2018 dimana Indonesia membutuhkan waktu 24 tahun untuk bisa kembali meraih gelar ini.
Meski Anthony berdarah Batak, tetapi sepertinya Anthony lebih mahir berbahasa Sunda daripada bahasa Batak karena dia lahir dan besar di Cimahi pada tanggal 20 Oktober 1996.

Anthony Sinisuka Ginting adalah harapan untuk regenerasi tunggal putra Badminton Indonesia yang sedikit terlambat menyeruak setelah era Taufik HidayatTommy Sugiarto sempat menyalakan bara asa pada awal-awal penampilannya, namun kemudian performanya yang tidak stabil membuat Tommy tersingkir dari jajaran elite pemain tunggal putra dunia.


Teruskanlah bersinar, Ginting!!!

Share:

0 komentar:

Posting Komentar