Anthony Sinisuka Ginting mungkin adalah satu dari sedikit
anak muda yang memilih untuk menggunakan bully yang
ditujukan kepadanya menjadi cambuk untuk memicu semangat.
Jika ada sosok yang harus dipilih
untuk mewakili jahatnya rundungan netizen yang dibalas dengan kejayaan
kemilang, Anthony adalah sosok yang sangat mewakili.
Masih jelas dalam ingatan ketika
Anthony gagal menyumbang poin untuk sektor tim putra dalam pertandingan
di Asian Games 2018 di Jakarta beberapa waktu yang
lalu. Sempat memberi harapan akan menyumbang poin atas pertarugan dan
perlawanan sengit saat melawan pemain tunggal dari tim China di
partai pertama hingga harus berakhir dengan rubber game,
namun Anthony terpaksa tidak bisa bertarung maksimal gara-gara cedera pada
bagian kaki.
Meski dengan pergerakan yang
sudah tidak lagi bebas dan harus sambil menahan sakit, Anthony memutuskan untuk
tetap meneruskan pertandingan sampai poin terakhir. Anthony kalah dalam
pertarungan 3 set.
Akibat kekalahan yang sempat
memberi harapan itu, netizen yang
maha suci dan maha benar karena salah lahir membombardir kolom komentar media
sosial Anthony dengan hujan cacian dan makian. Penghakiman dan perlakuan buruk
dari segala penjuru yang seolah menjadi cedera dan kalah adalah pilihan yang
dipilih sendiri Anthony.
Entah Anhony membaca banjir
cemoohan itu atau tidak, yang jelas Anthony tampil lebih baik saat tampil pada
sektor perorangan. Dia berhasil mengatasi cedera yang sempat menghadang
langkahnya di sektor group, cedera yang tadinya dikhawatirkan akan membuat
Anthony tidak bisa bertanding untuk sementara waktu.
Di sektor perorangan, Anthony
tampil lebih kuat, melibas semua pemain unggulan termasuk Chen Long sang
Juara Dunia dua kali berturut-turut sebelum akhirnya terhenti di semifinal di
tangan pemain China Taipeh: Chou Tien Chen, yang pada pada partai
final berhasil dikalahkan Jonathan Christie untuk menyumbang
medali emas ke-18 untuk Indonesia. Anthony pun harus puas dengan medali
perunggu.
Pembuktian Anthony ternyata tak
berhenti di Asian Games. Jika Jonathan Christie sepertinya masuk angin karena
keseringan membuka baju saat selebrasi, atau mungkin belum berhasil mengatasi
sindrom kemenangan gemilang sebagai juara tunggal putra di Asian Games 2018
sehingga kalah beruntun di babak awal turnamen selanjutnya: Japan Open
& China Master, Anthony justru tampil semakin garang.
Setelah sempat terhenti di quarter final Japan
Open 2018, di pekan berikutnya di China Master 2018, Anthony menuntaskan misi
menekuk dan 'balas dendam' terhadap deretan pemain handal & kampiun,
termasuk andalan tuan rumah seperti Lin Dan (Juara Olimpiade dan
Juara Dunia lima kali), Chen Long (Juara Dunia beberapa kali &
Juara Olimpiade Rio de Janeiro 2016), juga rangking satu dunia & Juara
Dunia 2017 asal Denmark yang mengalahkannya di turnamen sebelumnya di Japan
Open 2018: Victor Axelsen.
Dan di partai puncak mengalahkan
pemain Jepang sang Juara Dunia 2018: Kento Momota, Anthony keluar
sebagai juara China Master 2018 dimana Indonesia membutuhkan waktu 24 tahun
untuk bisa kembali meraih gelar ini.
Meski Anthony berdarah Batak,
tetapi sepertinya Anthony lebih mahir berbahasa Sunda daripada bahasa Batak
karena dia lahir dan besar di Cimahi pada tanggal 20 Oktober 1996.
Anthony Sinisuka Ginting adalah
harapan untuk regenerasi tunggal putra Badminton Indonesia yang sedikit
terlambat menyeruak setelah era Taufik Hidayat. Tommy
Sugiarto sempat menyalakan bara asa pada awal-awal penampilannya,
namun kemudian performanya yang tidak stabil membuat Tommy tersingkir dari
jajaran elite pemain tunggal putra dunia.
Teruskanlah bersinar, Ginting!!!
0 komentar:
Posting Komentar