28/09/18

SENDOR Surgawi

Misalnya nih saya narapidana yang divonis hukuman mati dengan cara diceburin ke kolam, jika ditanya, "Apa permintaan anda yang terakhir?"

Bertemu keluarga? 
Kencan dengan Nadya Hutagalung? 
Nongkrong dengan Bill Gates & David Beckham? 
Nulis lagu bareng Anggun dan Alicia Keys?
Bikin album yang diproduserin Damon Albarn? 

Maka saya hanya akan meminta disediain dua makanan/minuman favorit saya: duren & sendor. 

Foto yang saya posting di atas disebut sendor dalam bahasa Batak. Bahasa Inggrisnya saya gak tau, tetapi bahasa Prancis-nya: chantoire 😀

Ini adalah minuman favorit saya sejak orok. Saking fanatiknya sama minuman ini, saya pernah mendebat guru saya waktu SD kelas 3.

"Manusia saat dilahirkan tidak bisa langsung makan, makanya diberi ASI", kata guru saya. 
Dan saya dengan pedenya membantah.  
"Saya waktu bayi gak minum ASI. Saya minum sendor, Bu".

Di daerah lain minuman ini (katanya) disebut dawet atau cendol. Tetapi saya sudah pernah mencicipi keduanya, beda kok rasanya. Sekilas memang tampak sama, tetapi tetap ada substansi dan komposisi yang berbeda. 
Hallahhh, ngomongin sendor kok pake istilah substansi & komposisi segala. 

Untuk mendapatkan minuman ini agak susah-susah bedebah. Gak ada dijual di warung atau restoran. Jadi penjualnya yang ngider keliling pulau. 

Dulu zaman saya masih kecil **sekarang sih sudah besar, besar semuanya**, minuman ini dijual dengan cara dipikul keliling negara bagian. 

Sekarang penjualnya sudah lebih modern: ngider sambil naik motor. Dasar pemalas! 
Iya, naik motor dengan kecepatan gigi empat. Jadi kadang kita sudah dengar deru motornya dari kejauhan, pas kita keluar mau beli, eh ternyata penjualnya udah nyebrang laut. 
Eh 'Nyet, niat gak sih jualan sendornya???

Untungnya saya punya langganan penjual sendor. Dia udah hafal kalau saban Senin saya ada di rumah, jadi setiap jam satu siang, dia udah nongkrong di depan rumah sambil manggil-manggil, "Atikah! Atikah! Main yuk!"

Ada sih penjual sendor yang menetap di satu spot alias gak ngider. Biasanya yang jual ibu-ibu gemuk pake sarung.
Tapi itu harus nunggu ada kenduri dulu: entah itu pesta pernikahan, penguburan orang meninggal.

Makanya dulu kalau udah seminggu 'sakaw' gara-gara gak ketemu penjual sendor yang ngider, saya suka diam-diam berdoa semoga ada yang meninggal atau kebelet kawin, supaya ada kendurian.

Cara minum sendor yang paling nikmat adalah meminumnya saat masih panas dan mengepul. Rasanya seperti mereguk nikmat sorga duniawi.

Cuma penjual sendor langganan saya ini agak-agak ganjen, biasanya cuma sebatas transaksi sendor aja: 'loe jual - gue beli'. 


"Baru potong rambut ya, Lae? Makin ganteng aja", katanya. Saya-pun tersipu-sipu malu sambil usap-usap alis.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar