08/11/18

In Memoriam - FIEL

**Tulisan ini saya buat untuk mengenang kembali teman saya yang tekah berpulang setahun yang lalu



Because nothing last forever. We only have what we remember" – WHAT WE REMEMBER / ANGGUN

Filemon Secundus Adeodatus (kami biasanya memanggilnya Mr. Fiel) adalah salah satu teman baik saya waktu masih sama-sama mengajar di Sekolah Dian Harapan (Daan Mogot, Jakarta).

Ruangan saya sebelahan dengan ruang kelasnya, jadi setiap saat kita selalu ada interaksi, mulai dari sebatas hai-hai'an, berbagi makanan, sampai saling nitip pasukan (baca: anak-anak yang sedang belajar di ruangan kita).

Dia banyak membantu saya saat kewalahan menghadapi siswa  yang 'sulit', juga membenarkan bahasa Inggris saya yang sering lari dari rumus & kenyataan. 
Mengajak bercanda saat saya stress dengan urusan silabus dan scope & sequence mingguan. 

Dengan antusias bercerita ke saya tentang anak lelakinya: 'little' Fabian, yang sangat dia banggakan. 

Tidak lelah 'merayu' saya agar ikut main sepakbola sehabis ngajar meskipun selalu saya tolak dengan alasan bahwa saya gampang panik. 

Dulu dia bingung dengan alasan saya itu, tetapi dia gak pernah nanya. Mungkin dia mikir bahwa saya tidak akan merasa nyaman menjelaskannya. 
See? He's a damn good friend. 
Baiklah. Meskipun sudah terlambat, tetapi akan saya ceritakan sekilas. 

Dulu waktu kecil saya sesekali masih suka ikut main sepakbola. Saat sedang 'menguasai' bola di lapangan dan tiba-tim tim lawan hendak 'mencuri' bola,  saya akan panik dan spontan melakukan hal bodoh: bolanya saya pegang dan bawa lari. 

Dulu sih tindakan seperti itu terlihat lucu JIKA pelakunya anak kecil. Lha, kalau orang dewasa,  apa gak minta diminta digebuk tuh? 
Now you know the reason, Mr. Fiel... 

Sama dia, saya paling gak bisa bilang 'tidak'.  Jadi pernah dia meminta saya untuk menyampaikan renungan untuk acara kebaktian anak-anak kelas empat. 

Wait, whaaaattt?  Saya? Menyampaikan renungan? Apa mungkin?  Ke gereja aja jarang. 
Tetapi ya tetap saja saya 'lets go kita kemon'.  Diberi kepercayaan, masa disia-siakan? Dan itu membuat saya sadar bahwa ternyata saya gak iblis-iblis amat. 

Dia hobby fotografi. Tetapi saya selalu lari ke hutan saat mau dijadikan objek foto. Maklum,  saya tidak merasa fotogenik, cuma sedikit manis aja. 

Satu-satunya foto saya hasil jepretan dia adalah waktu minta tolong bikin pas photo. Dan saya suka sekali hasilnya sehingga sampai sekarang saya jadikan sebagai official photo saya untuk ID, CV,  resume, dll. 

Waktu tulisan pertama saya di muat di Kompas, justru dia yang pertama ngasih tau dan kasih selamat.Dia bilang dia bangga sama saya.
OK, sepertinya saya sudah mulai akan menangis ini... 

Saya masih ingat salah satu kalimat dia ke saya yang sedikit banyak mengubah hidup saya:
"Mr. Harrys, you have this charisma to lead everyone to do what you do. Whatever you do, others will eagerly follow. I believe, in life you'll lead into good things".
Ughhhhh, serasa jadi James Bond. 

Pagi itu tanggal 4 November 2017, saya mendapat kabar bahwa dia sudah tiada. Padahal di mata saya hidupnya nyaris sempurna: usianya masih muda, badan tinggi besar, memiliki keluarga kecil yang bahagia, karir cemerlang. Tapi usia siapa yang bisa menduga? 

Selamat bertemu dengan Tuhan, Mr. Fiel. Kenangan akan sosokmu sebagai orang baik & inspiratif akan selalu ada & tetap hidup sebagai salah satu sosok penting dalam hidup saya. 


Terima kasih sudah pernah hadir dan memberi warna dalam hidup saya.
Share:

1 komentar:

  1. Wah....baru saja menemukan tulisan ini secara tidak sengaja 😊 terima kasih, Mr. Harrys 🙏

    BalasHapus