09/07/19

Konser Gemilang ANGGUN

/ Photo: AntaraNews /  

Terakhir nonton konser Anggun tahun 2006 di Bandung. Itu udah berapa tahun yang lalu ya? 13 tahun!!!

Tahun 2011 beliau pernah menggelar konser tunggal juga, tetapi pada saat itu saya pas lagi berada di luar orbit bumi, masih miskin sehingga belum sanggup bayar tiket pesawat ulang-alik dari angkasa ke bumi. Sedih…

Makanya saat mendengar Anggun akan menggelar konser tanggal 5 Juli 2019, jauh-jauh hari sudah mempersiapkan diri. Mulai dari booking tiket konser dan tiket pesawat yang biaya bikin saya langsung jatuh miskin. Tetapi berhubung ini adalah konser amal, dimana seluruh penjualan tiketnya akan dialokasikan sebagai bantuan dana pembangunan sekolah-sekolah di daerah-daerah di Indonesia yang terkena dampak bencana, ya saya fine-fine aja. Bersyukur banget malah, karena bisa menikmati hidup sambil beramal. Ya, buat saya menikmati hidup itu ya aktifitas seperti membaca buku, mendengarkan musik, menonton film & turnamen tennis, dan menonton konser.

Saya malah berharap semoga tiket pesawatnya juga ikut dihibahkan untuk tujuan acara konser, secara empat kali lipat gitu dari  harga tiket. Tetapi apa boleh buat, tidak ada afiliasinya, Bambang!!!

Kurang lebih lima tahun meninggalkan Jakarta cukup membuat saya sedikit pangling. Semua serba e-money. 
Untungnya saya gak goblok-goblok amat, jadi masih bisa keep up-lah. Mulai dari naik Damri sampai nyobain MRT, lancar jaya. 

Trus, langit Jakarta juga bikin kaget, kelabu banget, padahal lagi gak mendung. Mungkin efek dari polusi udara Jakarta yang katanya masuk Guinness Book of Records atau apalah itu.

Perjalanan menuju gedung konser sempat bikin emosi gara-gara ulah babang Gojek. Saya sudah wanti-wanti bilang mau ke Tennis Indoor Senayan, eh di bawa ke JCC. Iya, sama-sama gedung konser, tetapi di JCC mau nonton siapa, Ceunah???

“Lho, tadi katanya mau nonton konser?”, kata si babang Gojek membela diri.
“Iya, tetapi bukan di JCC”
“Konser biasanya di JCC lho, mas”
“Nah, ini JCC-nya  kelihatan kayak mau ada konser gak?”

Dia melayangkan pandangannya ke gedung JCC. Sepi, hanya terdengar bunyi jangkrik. Tiba-tiba sekawanan kelelawar beterbangan dari balik gedung ke angkasa hitam gelap dengan suara riuh mencicit. Lalu terdengar lolongan serigala. Hallahhhh, jadi kayak sandiwara radio.

Singkat cerita, kami menghabiskan waktu kira-kira 30 menit keliling senayan mencari gedung yang berjudul Tennis Indoor. Belum ketemu gedungnya, tiba-tiba hujan turun lumayan deras.

“Kayak di film Korea kita ya, mas”, kata si babang Gojek. “Naik motor sambil hujan-hujanan gini. Hahaha…”
Saya pura-pura mati di belakang. Ada ya adegan kayak gitu di drama Korea? Ini mah bukan drama Korea, tetapi lebih mirip wabah kolera.

Begitu ketemu gedungnya, saya langsung menghambur menuju ticket box untuk menukar e-tiket dengan tiket benaran. Langsung disapa seseorang yang ternyata teman Twitter saya yang sama sekali belum pernah ketemu.
Saya juga heran kok dia bisa langsung mengenali saya. Jangan-jangan, saya artis tetapi saya gak menyadarinya.

Selanjutnya ketemu teman-teman lama di Jakarta yang udah bikin kangen berat: salam, peluk dan ngobrol melepas rindu.

Mungkin ada beberapa orang yang bertanya apa sih pentingnya nonton konser sampe dibela-belain datang dari luar pulau dan ngabisin biaya yang tidak sedikit? Mending uangnya untuk beli siomay, gitu ya?

Well, saya mengagumi beberapa artis. Tetapi dari sejumlah nama tersebut hanya Anggun yang menurut saya bisa memberi pengaruh positif dalam hidup saya. Dia yang menginspirasi saya agar baik ke orang, rendah hati, ramah dan hal-hal positif lain yang berkenaan dengan self-improvement

Saya sudah pernah menulis buku, tulisan saya sudah pernah dimuat di majalah dan koran skala nasional. Itu semua berawal dari kekaguman saya terhadap Anggun.

Dengar lagunya zaman dulu sejak zaman SD, saya sering kecentilan menulis versi bahasa Inggrisnya. Melihat perjalanan karirnya, saya terpecut untuk menulis artikel tentang sosoknya. Berawal dari situ kemampuan menulis saya pun semakin terasah. 

Dan sebagai wujud terima kasih saya karena sudah memberi pengaruh yang baik dalam hidup saya, saya sudah menulis dua buku yang terinspirasi dari Anggun: Mengejar Anggun (2010) dan Kekuatan Mimpi (2013).

Saya percaya bukan hanya saya yang beruntung dan merasa terberkati karena telah mengidolakan Anggun, tetapi mungkin ada ribuan atau bahkan jutaan orang di luar sana yang sama seperti saya, dengan latar belakang berbagai macam profesi.

Meskipun Anggun adalah seorang penyanyi dan musisi, tetapi Anggun Effect-nya mampu menembus cakrawala bathin dan pikiran lintas profesi, tidak hanya sebatas menginspirasi sesama penyanyi atau musisi saja.

Beberapa teman saya yang juga pengagum Anggun rata-rata berprofesi bukan hanya dalam bidang musik. Ada yang business man/woman, pialang saham, penulis skenario film, bankir, dokter, pramugari, karyawan jasa transportasi, karyawan/ti perusahaan, mahasiswa/i, Master of Ceremony (MC), Chef, guru, IT, sales representative, photographer, jurnalis, actor/aktris, model iklan, dll. Dan semua ragam profesi ini pada tanggal 5 Juli 2019 membaur atas nama persaudaraan dan persahabatan yang dilingkup kehangatan energi yang sama dari seluruh penjuru nusantara, disatukan oleh seorang Anggun.

OK, sekarang ngomongin konsernya ya.

Acung jempol untuk Konser Gemilang 30 Tahun P&G ini untuk sisi punctuality, karena sejak awal sampai akhir sama sekali tidak buang-buang waktu. Begitu lampu gedung dipadamkan, satu persatu musisi pengiring mulai menempati wilayah masing-masing.

Dan thank God karena gak pakai MC, secara Anggunnya sendiri sudah cukup komunikatif dengan penonton.

Konser dibuka dengan semacam acara protokoler dimana semua hadirin diundang berdiri (termasuk Anggun kali ya?!) untuk menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’. Nasionalisme saya langsung melambung jauh terbang tinggi, saya pun bernyanyi keras-keras.
Mudah-mudahan gak fals ya.

Rangkaian sesi konser diawali dengan kemunculan Maudy Ayunda. Di barisan penonton namanya sempat kami bahas dan plesetin menjadi “Mau Diayun, Nda?”. “Mau, Bang!”.
Maaf ya, Maudy.

Maudy bermonolog membawakan kisah semut dan pengalaman menyaksikan daerah-daerah yang terkena dampak bencana. Setelah itu menghilang ke balik panggung dan gak nongol-nongol lagi. Kata teman saya, setelah ngambil nasi kotak, Maudy langsung pulang.
Yeee, emang lagi kendurian?

Kemudian disusul dengan penampilan Yura Yunita. Saya tau orangnya, tetapi gak tau lagu-lagunya. Makanya sepanjang penampilan doski, saya hanya bisa tepuk-tepuk pramuka. Tapi suaranya bagus banget. Bahkan saat sempat menginjak ekor blazernya dan nyaris terjungkal, nyanyi falsetto-nya tetap mulus meluncur. Kalau saya di posisi dia, boro-boro falsetto, mungkin justru penonton yang kaget dengar suara latah saya, “Eh, kontrol. Eh, kontrol!”.

Yang jelas Yura suaranya bagus, lagunya enak. Apalagi lagu yang berjudul ‘Naik Rakit’ yang didendangkan bersama anak-anak tunanetra yang juga bersuara keren. 'Naik Rakit' bukan sih judulnya. Saya cuma sempat dengar kata 'rakit'-nya doang.

Jeda antara penampilan Yura dan Anggun juga gak banyak membuang waktu. Begitu Yura raib secara gaib, langsung terdengar geberan musik yang sempat membuat saya bingung, “Ini lagu apa?”.
Begitu terdengar lengkingan lirih, “ Huuuuuuu…uhhh!!!”, saya langsung tersengat aliran listrik arus pendek. Lagu ‘No Promises’ dari album 8.

Anggun nongol dalam balutan kostum gaya kimono warna putih-putih melati Alibaba, dengan bawahan mini dipadukan dengan layer-layer transparan berwarna seragam.

“If you love me don’t tell me then prove it. I don’t need a ring on my finger”.
Lagu ini mengingatkan  saya sama seseorang. Seseorang yang dari dulu sampai sekarang ngomong cinta doang. Iya, ngomong doang. Setelah itu gak ada pembuktian sampai Hari Kebangkitan Nasional tahun berikutnya.

Saya gak hafal urutan lagu-lagu yang dibawain, tetapi lagu-lagu yang bikin saya girang bukan kepalang antara lain: ‘Breathing’.
Ini mah lagu wajib tiap naik angkot dulu zaman masih mas-mas kantoran, duduk di samping sopir yang mengendalikan angkot dengan pelan. Catet ya, saat itu gak turun hujan. Jadi sama sekali gak kayak drama Korea.

Pada lagu ‘The Good is Back’, Anggun duet dengan Rossa yang mirip lampu diskotik. Bajunya berkilau banget.

Selanjutnya Anggun (dengan gaya Pak Lurah nitip pos kamling ke Pak Hansip) menitipkan panggung untuk dikuasai Rossa, karena Anggun mau ganti kostum. Rossa pun manut dan menjajah panggung sambil menyanyikan lagu Anggun berjudul ‘Still Reminds Me’.

Rossa keren deh, karena beneran hafal lirik lagu ‘Still Reminds Me’ sampai bagian chorus yang verse 02. Saya aja masih sering kebalik-balik liriknya, soalnya terbiasa cuma jadi backing vocal aja sih: “Somebody new…., still reminds me of you. My point of view…, still reminds me of you”.

Tapi yang paling merebak sukma adalah saat Anggun (duet dengan sang suami: Christian Kretschmar yang memainkan cello) memainkan piano menyanyikan lagu Paul McCartney ‘This Never Happened Before’. Memakai hiasan kepala model Mohawk dari rangkaian bulu-bulu (entah bulu apa, yang jelas bukan bulu kaki), tanpa banyak  permainan lighting, tanpa banyak gerakan, duduk manis di satu spot saja. Dan sesekali (eh, bukan sesekali sih, tapi seribu kali) saling melempar tatapan mesra satu sama lain.

Saya jadi geregetan sendiri pengen juga saling lempar tatapan mesra. Berhubung saya gak bawa pasangan, jadi saya pengennya saling lembar tombak saja.

Seandainya ya semua lagu dibawakan dengan gaya akustikan seperti ini, terasa banget sentuhan romantis dan intimate-nya. Syahdu!
Benar-benar fokus menikmati lagu dan musiknya. Suka banget dan bagus banget!

Mbak Anggun, next time bikin konser gaya Unplugged gitu dong. Jangan lupa bawain lagu ‘Secret of the Sea’.
Hahahaha, siapa saya ya yang sok mau ngatur-ngatur konser istri orang.

Saat nyanyi lagu ‘Takut’, Iwa K nongol di tengah lagu untuk ngerap. Ya iyalah ngerap, masa ngasih makan bebek? 

Iwa K ini termasuk salah satu idola saya masa SMA. Saya bahkan punya demo rekaman suara sendiri nyanyi lagu ‘Bebas’, dan masih saya simpan sampai sekarang, dan saya putar kalau saya lagi benci sama diri sendiri. 

Meski sempat keteteran tempo di awal, tetapi kemudian klop sampai akhir lagu. Dan benar, saat Iwa K nyanyi lagu ‘Bebas’, saya pun lepas rantai: nyanyi dan joged kerasukan.

Terakhir lihat Anggun dan Iwa K tampil bareng saat jadi co-host acara BASF Award tahun 1993 membacakan nominasi dan nama pemenang, zaman saya masih SMP.

Yang bikin surprise, Anggun juga membawakan lagu ‘Ocean’ yang gaya rap a la Salt & Peppa itu. Dan ya, Anggun beneran ngerap secara live. Keren! 
Liriknya bener atau gak, entahlah ya. Soalnya saya gak hafal liriknya, hanya hafal pas baris “But people get jealous” aja, trus udah…gak tau lagi lirik selanjutnya.

Mungkin karena kelelahan atau memang pecicilan gara-gara dikasih panggung dengan lantai yang menanjak, Anggun pada beberapa kesempatan sempat bernyanyi sambil rebahan di atas panggung. Pada kesempatan lain duduk di tepi panggung dengan satu kaki terlipat, dan satu lagu menjuntai tergantung terayun-ayun ke bawah. Pokoknya, tampil kalem bisa, tampil pecicilan juga bisa. Energinya luar biasa!

Menjelang lagu terakhir, Anggun mendaulat pejabat perwakilan P&G Asia & Timur Tengah (orangnya tinggi besar, pasti besar semuanya), didampingi pimpinan MRA Media dan perwakilan P&G Indonesia untuk tampil ke atas panggung dan secara simbolik menyerahkan dana yang terkumpul dari tiket konser, sponsor, lelang, fund raising events dan acara-acara lain yang mengusung hashtag #KonserGemilang30Tahun dan #RaihMimpi sebesar 3.050.000,000 rupiah.
Wow!!! Duit semua lho itu!

Sempat kepikiran seandainya total jenderalnya dibulatkan jadi 3 M, trus yang 50 juta itu buat saya saja. Alangkah senangnya hati ini. Soalnya hati ini juga sering terkena bencana: bencana perasaan. Duhhh, di acara amal sempat-sempatnya ya saya kesambet begitu.

Bubar konser, sempat berbincang dan bersenda gurau dengan teman-teman sesama penggemar Anggun di luar gedung sambil dalam hati berdoa kencang-kencang semoga ada sesi ketemu dan foto bareng Anggun.

Terakhir saya foto bareng Anggun tahun 2013 di salah satu acara RCTI, waktu itu saya jadi Liaison Officer salah satu artisnya. Teman-teman tiap tahun memperbaharui fotonya, lha masa saya sudah 6 tahun masih mengandalkan foto lama untuk pamer dan bahan kesombongan diri?

Sempat ada acara foto bareng sih di dekat pintu masuk gedung, karena Anggun memang kayak semacam punya ritual menemui fans-nya setelah konser, at least meskipun cuma sekelebat. Baik banget kan?

Antrian cukup banyak dan berdesak-desakan. Saat siap-siap antri, orang-orang di kanan kiri muka belakang pada curhat kalau datang dari luar kota dan luar pulau dan sama sekali belum pernah ketemu langsung dan foto bareng Anggun. Saya pun langsung tau diri, mundur dari barisan biar saingan beratnya berkurang satu ekor.

Dan saat melihat mereka yang berhasil mendapatkan foto bareng Anggun keluar dari kerumunan sambil melonjak-lonjak kegirangan, saya justru bahagia luar biasa. Jauh lebih bahagia dari jika saya yang mendapatkan kesempatan itu.

See? Energi positif itu akan selalu bersinergi dengan energi yang sama. Tanpa saya sadari, spirit dari konser amal yang digelar Anggun & P&G ini juga menginsprasi saya untuk berbagi: berbagi kesempatan bertemu & berfoto bareng Anggun.
Sok banget saya ya? Padahal cuma gitu doang. Haha!

Jadi jika idolamu gak menginspirasi kamu menjadi orang yang lebih baik secara attitude maupun karakter, beneran deh kamu cuma buang-buang waktu, uang dan energi dalam hidup yang suma sementara ini. Sudah saatnya mencari idola baru cepat-cepat sebelum terlambat.

Terima kasih mbak Anggun dan P&G sudah mengajak kami untuk berpartisipasi dalam aksi amal persembahan untuk anak bangsa yang bermakna dan bernilai kehidupan ini.









Share:

2 komentar: