/ Ilustrasi Foto : Dialeksis / |
Siapa yang masih waras setelah
kurang lebih tiga bulan disuruh mendekam di rumah #StayHome dan gak bisa
kemana-mana?
Kalau dipikir-pikir, dulu
kejadian kayak begini hanya kita tonton di cerita film. Film ya, bukan
sinetron, apalagi drakor.
Saya lupa apa saja judul film-film yang pernah bikin
setting cerita persis seperti ini. Jadi semua warga sebuah kota atau negara
atau bumi terpaksa harus ngumpet di rumah, di gorong-gorong dan tempat persembunyian
lainnya karena di luar sana lagi ada serangan virus, alien, zombie, monyet liar dan
lain sebagainya.
Jadi memang benar ya, ketika
Tuhan sudah berdaulat atas alam semesta, tak ada ilmu pengetahuan dan kekayaan
manusia yang sanggup menghentikannya. Mudah-mudahan ini juga bisa menjadi
semacam reminder buat kita bahwa kita ini apalah, hanya remahan rengginang di
atas taplak meja yang kelak akan diangkut semut yang berduyun-duyun.
Tak ada
alasan untuk sombong, merasa hebat, merasa kaya. Buktinya, saat Coronavirus meraja, semua orang dari
segala strata sosial tanpa terkecuali lari berhamburan masuk rumah.
Covid 19 ini memang menakutkan.
Takut bukan karena nih virus zahanam bisa bikin mati, wong mati kan bukan hanya
disebabkan virus. Apalagi umur juga tidak ada yang tau, itu misteri dan kuasa
Tuhan semata. Hari ini sehat seperti kuda, besok bisa saja sudah tinggal nama. Yang namanya kematian kan memang tidak harus tua atau sakit dulu.
Menakutkan karena kamu bisa saja
terinfeksi, tetapi yang mati justru bukan kamu, tetapi orang yang berada di
sekitarmu. Orang-orang yang imunitas tubuhnya lemah, seperti orangtua atau
anak-anak. Kamu hanya jadi carrier (pembawa
virus), itu juga kalau imunitasmu
sakti mandrawaty. Kalau kamu punya riwayat penyakit serius, kamu juga potensial
untuk mati.
And like it’s not bad enough, perlakuan terhadap jenazah pasien Covid 19 juga ada S.O.P-nya. Gak boleh dilayat banyak orang, bahkan oleh keluarga dan kerabat
terdekat. Boro-boro dilayat, disentuh saja tidak boleh karena masih beresiko penyebaran virusnya.
Prosesi penguburannya hanya boleh dilakukan oleh petugas dengan APD lengkap.
Prosesi penguburannya hanya boleh dilakukan oleh petugas dengan APD lengkap.
Kesel? Iya! Makanya saking keselnya, ada saat
tertentu saya naik ke atap rumah pada malam hari, lalu teriak, “Corona bencoooooooongggggg!!!!”.
Virus ini kita nggak tau sampai
kapan akan eksis karena sampai saat ini belum jua ditemukan vaksin atau apapun
yang menjadi penangkalnya. Jadi mau nggak mau, kita memang untuk sementara
harus rela hidup ‘berdampingan’ dulu.
Ngendon di rumah aja sampai kiamat tentu bukan solusi yang tepat karena dapur harus ngebul. Nggak semua pekerjaan bisa dilakukan melalui sistem Work from Home toh?
Ngendon di rumah aja sampai kiamat tentu bukan solusi yang tepat karena dapur harus ngebul. Nggak semua pekerjaan bisa dilakukan melalui sistem Work from Home toh?
New normal sudah diberlakukan sejak beberapa hari yang lalu. New
normal maksudnya kembali menjalani kehidupan seperti biasa, tetapi dengan
prosedur yang baru. Prosedurnya nggak ribet-ribet banget sih: pakai masker,
rajin cuci tangan dan jaga jarak kayak tulisan di bagian belakang angkot dan
truk. Namun prosedur sesederhana itu pun masih sangat susah dilakukan oleh
warga dari negara ber-flower ini.
Begitu mall dibuka, udah langsung ada antrian panjang di depan gerai
busana. Gerai busana lho, kalau sembako saya mungkin masih maklum. Beberapa
pengantri bahkan mengabaikan jarak dan nggak pakai masker.
Para dokter dan
perawat yang bertugas menangani pasien Covid 19 pun pasti nangis melihat
kelakuan mahluk-mahluk ini. Karena penambahan pasien artinya semakin lama
mereka harus menahan diri untuk tidak pulang ke rumah dulu.
Memang banyak orang-orang yang sama sekali nggak mau memikirkan orang lain demi kesenangan pribadi. Kesenangan pribadi yang sebenarnya nggak penting-penting amat. Mudah-mudahan kita bukan menjadi salah satu dari mereka ya.
Memang banyak orang-orang yang sama sekali nggak mau memikirkan orang lain demi kesenangan pribadi. Kesenangan pribadi yang sebenarnya nggak penting-penting amat. Mudah-mudahan kita bukan menjadi salah satu dari mereka ya.
Hari pertama New Normal saja saya didatangi oleh tamu saya dari luar kota.
Mereka segerombolan, request mau pesta pora di halaman belakang hotel saya
untuk merayakan New Normal.
Whaaaaatttt? Merayakan New Normal? Dikira menang perang, apa!? Langsung saja saya tolak, meskipun saya bolak-balik dikedipin sambil jilat bibir.
Whaaaaatttt? Merayakan New Normal? Dikira menang perang, apa!? Langsung saja saya tolak, meskipun saya bolak-balik dikedipin sambil jilat bibir.
Soal pemakaian masker, mungkin
ini yang bikin beberapa orang agak apatis ya. Mereka bilang masker bukan
jaminan bisa bebas dari virus Corona.
Lha, yang bilang bikin bebas dari
Corona siapa, coba!?
Sebenarnya aksi memakai masker ini keren banget lho. Kita jadi kayak saling menyelamatkan. Salah satu cara penyebaran virus kan lewat droplet (percikan yang tersembur saat kita batuk atau bersin).
Sebenarnya aksi memakai masker ini keren banget lho. Kita jadi kayak saling menyelamatkan. Salah satu cara penyebaran virus kan lewat droplet (percikan yang tersembur saat kita batuk atau bersin).
Nah, pada beberapa kasus, orang
yang terinfeksi Covid 19 tidak menunjukkan gejala. Jadi kadang kita nggak sadar
kalau kita sebenarnya sudah terinfeksi karena mungkin kita belum melakukan
test.
Tau sendiri dong, ada beberapa orang tertentu yang kalau batuk atau bersin kayak adegan dalam film kartun: “Hatsyiiiiiiiiiiiiii!!!!!!!!”, lalu semua meja dan kursi beterbangan ke angkasa.
Tau sendiri dong, ada beberapa orang tertentu yang kalau batuk atau bersin kayak adegan dalam film kartun: “Hatsyiiiiiiiiiiiiii!!!!!!!!”, lalu semua meja dan kursi beterbangan ke angkasa.
Memang di kehidupan nyata tidak
seekstrim itu, tetapi mau seningrat apa pun cara kamu batuk atau bersin, tetap
ada semburan droplet. Nah, masker ini fungsinya untuk menahan droplet biar
tetap di tempat yang semestinya, nggak piknik kemana-mana.
Jadi sebenarnya masker yang kita
pakai berfungsi untuk melindungi orang lain, sementara masker yang dipakai
orang lain fungsinya untuk melindungi kita. Ini mungkin salah satu hikmah dari
pandemi ini, kita tanpa sdari jadi saling melindungi, padahal biasanya saling
lempar-lemparan tombak dan rencong.
Jadi masih malas pakai masker?
Toh pakai masker juga bisa bikin keren karena sekarang masker yang beredar
bukan lagi yang polos kayak masker rumah sakit, tetapi sudah banyak dengan
corak dan motif yang sesuai selera.
Takut maskermu menutupi wajahmu
yang rupawan? Ya elah, yang jelek saja jadi kelihatan keren kalau pakai masker
yang OK.
Makanya jangan cuma peduli dengan kecantikan atau kegantengan wajah
saja, tetapi kecantikan hati juga. Jadi meskipun kamu pakai masker demi alasan
kesehatan, kecantikanmu tetap terpancar dari dalam lewat aura dan lewat mata.
0 komentar:
Posting Komentar