16/06/20

CORONA Bencooooong!!!

/ Ilustrasi Foto : Dialeksis / 

Siapa yang masih waras setelah kurang lebih tiga bulan disuruh mendekam di rumah #StayHome dan gak bisa kemana-mana?

Kalau dipikir-pikir, dulu kejadian kayak begini hanya kita tonton di cerita film. Film ya, bukan sinetron, apalagi drakor. 

Saya lupa apa saja judul film-film yang pernah bikin setting cerita persis seperti ini. Jadi semua warga sebuah kota atau negara atau bumi terpaksa harus ngumpet di rumah, di gorong-gorong dan tempat persembunyian lainnya karena di luar sana lagi ada serangan virus, alien, zombie, monyet liar dan lain sebagainya.

Jadi memang benar ya, ketika Tuhan sudah berdaulat atas alam semesta, tak ada ilmu pengetahuan dan kekayaan manusia yang sanggup menghentikannya. Mudah-mudahan ini juga bisa menjadi semacam reminder buat kita bahwa kita ini apalah, hanya remahan rengginang di atas taplak meja yang kelak akan diangkut semut yang berduyun-duyun. 
Tak ada alasan untuk sombong, merasa hebat, merasa kaya. Buktinya, saat Coronavirus meraja, semua orang dari segala strata sosial tanpa terkecuali lari berhamburan masuk rumah.

Covid 19 ini memang menakutkan. Takut bukan karena nih virus zahanam bisa bikin mati, wong mati kan bukan hanya disebabkan virus. Apalagi umur juga tidak ada yang tau, itu misteri dan kuasa Tuhan semata. Hari ini sehat seperti kuda, besok bisa saja sudah tinggal nama. Yang namanya kematian kan memang tidak harus tua atau sakit dulu.

Menakutkan karena kamu bisa saja terinfeksi, tetapi yang mati justru bukan kamu, tetapi orang yang berada di sekitarmu. Orang-orang yang imunitas tubuhnya lemah, seperti orangtua atau anak-anak. Kamu hanya jadi carrier (pembawa virus), itu juga kalau imunitasmu sakti mandrawaty. Kalau kamu punya riwayat penyakit serius, kamu juga potensial untuk mati.

And like it’s not bad enough, perlakuan terhadap jenazah pasien Covid 19 juga ada S.O.P-nya. Gak boleh dilayat banyak orang, bahkan oleh keluarga dan kerabat terdekat. Boro-boro dilayat, disentuh saja tidak boleh karena masih beresiko penyebaran virusnya.

Prosesi penguburannya hanya boleh dilakukan oleh petugas dengan APD lengkap.

Kesel? Iya! Makanya saking keselnya, ada saat tertentu saya naik ke atap rumah pada malam hari, lalu teriak, “Corona bencoooooooongggggg!!!!”.

Virus ini kita nggak tau sampai kapan akan eksis karena sampai saat ini belum jua ditemukan vaksin atau apapun yang menjadi penangkalnya. Jadi mau nggak mau, kita memang untuk sementara harus rela hidup ‘berdampingan’ dulu.

Ngendon di rumah aja sampai kiamat tentu bukan solusi yang tepat karena dapur harus ngebul. Nggak semua pekerjaan bisa dilakukan melalui sistem Work from Home toh?

New normal sudah diberlakukan sejak beberapa hari yang lalu. New normal maksudnya kembali menjalani kehidupan seperti biasa, tetapi dengan prosedur yang baru. Prosedurnya nggak ribet-ribet banget sih: pakai masker, rajin cuci tangan dan jaga jarak kayak tulisan di bagian belakang angkot dan truk. Namun prosedur sesederhana itu pun masih sangat susah dilakukan oleh warga dari negara ber-flower ini.

Begitu mall dibuka, udah langsung ada antrian panjang di depan gerai busana. Gerai busana lho, kalau sembako saya mungkin masih maklum. Beberapa pengantri bahkan mengabaikan jarak dan nggak pakai masker.

Para dokter dan perawat yang bertugas menangani pasien Covid 19 pun pasti nangis melihat kelakuan mahluk-mahluk ini. Karena penambahan pasien artinya semakin lama mereka harus menahan diri untuk tidak pulang ke rumah dulu.

Memang banyak orang-orang yang sama sekali nggak mau memikirkan orang lain  demi kesenangan pribadi. Kesenangan pribadi yang sebenarnya nggak penting-penting amat. Mudah-mudahan kita bukan menjadi salah satu dari mereka ya.

Hari pertama New Normal saja saya didatangi oleh tamu saya dari luar kota. Mereka segerombolan, request mau pesta pora di halaman belakang hotel saya untuk merayakan New Normal.
Whaaaaatttt? Merayakan New Normal? Dikira menang perang, apa!? Langsung saja saya tolak, meskipun saya bolak-balik dikedipin sambil jilat bibir.

Soal pemakaian masker, mungkin ini yang bikin beberapa orang agak apatis ya. Mereka bilang masker bukan jaminan bisa bebas dari virus Corona.
Lha, yang bilang bikin bebas dari Corona siapa, coba!?

Sebenarnya aksi memakai masker ini keren banget lho. Kita jadi kayak saling menyelamatkan. Salah satu cara penyebaran virus kan lewat droplet (percikan yang tersembur saat kita batuk atau bersin).

Nah, pada beberapa kasus, orang yang terinfeksi Covid 19 tidak menunjukkan gejala. Jadi kadang kita nggak sadar kalau kita sebenarnya sudah terinfeksi karena mungkin kita belum melakukan test.
Tau sendiri dong, ada beberapa orang tertentu yang kalau batuk atau bersin kayak adegan dalam film kartun: “Hatsyiiiiiiiiiiiiii!!!!!!!!”, lalu semua meja dan kursi beterbangan ke angkasa.

Memang di kehidupan nyata tidak seekstrim itu, tetapi mau seningrat apa pun cara kamu batuk atau bersin, tetap ada semburan droplet. Nah, masker ini fungsinya untuk menahan droplet biar tetap di tempat yang semestinya, nggak piknik kemana-mana.

Jadi sebenarnya masker yang kita pakai berfungsi untuk melindungi orang lain, sementara masker yang dipakai orang lain fungsinya untuk melindungi kita. Ini mungkin salah satu hikmah dari pandemi ini, kita tanpa sdari jadi saling melindungi, padahal biasanya saling lempar-lemparan tombak dan rencong.

Jadi masih malas pakai masker? Toh pakai masker juga bisa bikin keren karena sekarang masker yang beredar bukan lagi yang polos kayak masker rumah sakit, tetapi sudah banyak dengan corak dan motif yang sesuai selera.

Takut maskermu menutupi wajahmu yang rupawan? Ya elah, yang jelek saja jadi kelihatan keren kalau pakai masker yang OK.

Makanya jangan cuma peduli dengan kecantikan atau kegantengan wajah saja, tetapi kecantikan hati juga. Jadi meskipun kamu pakai masker demi alasan kesehatan, kecantikanmu tetap terpancar dari dalam lewat aura dan lewat mata.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar