/ Photo : Kumparan / |
Dulu tak banyak yang mengenalnya saat lulus dari salah satu akademi hasil besutan sebuah stasiun TV berformat kompetisi Stand Up Comedy.
Tapi sesuai dengan namanya, dia memang terlahir untuk menjadi seorang bintang.
Kebetulan karena saya pengagum
doski sejak viral video edutainment
speech-nya itu, saya juga follow
media sosialnya dia.
Saya juga suka saat dia mulai berani menyentuh ranah serius walaupun tetap dengan gaya yang khas dia. Contohnya, vonis satu tahun untuk penyerang Novel Baswedan dan dalih 'tak sengaja' dari sang terdakwa.
Sayangnya, dia mungkin tak menyadari bahwa ada resiko yang harus dia hadapi jika berani menyentil ranah sensitif. Dia bereaksi berlebihan
saat ada respon negatif atas konten speech menyindir
vonis hukuman untuk penyerang Novel Baswedan tersebut.
Padahal yang menyerang dia hanya
akun-akun robot dengan memposting berita seolah-olah Emon mengkonsumsi narkoba.
Bahkan anak TK juga tau bahwa berita dan foto yang diposting itu editan dan
omong kosong.
Reaksi Emon yang berlebihan lewat
pengakuan mendapat ancaman dan serangan itu pun digoreng pihak-pihak yang anti
pemerintah untuk memberi kesan seolah-olah anak muda yang kritis menyuarakan
pendapat harus dibungkam. Sosok Emon yang sedang jadi idola dijadikan alat
untuk mendiskreditkan pemerintah.
Coba kalau Emon santai saja, semua
akan berlalu begitu saja. Emon bukan figur publik yang pertama pernah mengalami
kejadian serupa. Beberapa artis (yang tidak etis jika saya sebut namanya) pernah
diserang dengan fitnah sebagai pecandu narkoba, penyuka sejenis, pekerja seks
komersial terselubung dan hal-hal yang lebih jahat lainnya. Reaksi mereka?
Santai saja, karena mereka merasa tidak seperti yang dituduhkan. Mereka cerdas
berpikir bahwa semakin bereaksi, semakin gencar fitnah tersebut di-blow up oleh media yang notabene menawarkan popularitas tetapi dalam konteks negatif yang istilahnya disebut
notorious.
Atau memang ini yang diinginkan
Emon? Who knows? Sayang sekali jika
itu benar, karena Emon tidak butuh itu. He
is a natural talent, no need to push.
Saya yang rakyat jelata saja
pernah mendapat ancaman dan serangan (di media sosial) menyangkut tweet dan
tulisan di blog, apalagi mereka yang figur publik yang merupakan sasaran empuk buat
mereka-mereka yang ingin pansos atau menjadikannnya sebagai alat untuk
memperkeruh suasana?
Emon anak muda yang cerdas, itu
harus diakui dari konten-konten yang dia tawarkan di akun media sosialnya. Konten dia
ada value-nya dan jelas mencerdaskan, he is one in a million dalam hal kreatifitas.
Tapi mungkin Emon masih muda dan perlu banyak belajar dalam hal bagaimana bereaksi
terhadap serangan-serangan netizen yang cenderung hanya berani menyerang karena
bisa bersembunyi di balik akun anonim. Hanya berani menyerang lewat kata-kata
dari negeri antah berantah, yang jika bertemu langsung mungkin hanya sebentuk kucing basah.
Ahhh..., Emon, contohlah si Boy
yang cuek dan tak peduli apa kata orang-orang yang gak jelas.
0 komentar:
Posting Komentar